NovelToon NovelToon
Mari Kita Menikah! Tapi...

Mari Kita Menikah! Tapi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Bercocok tanam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: CatVelvet

"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.

Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.

Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.

Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.

Yuk simak keseruan ^⁠_⁠^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Sebuah senyuman

Waktu berdetak menunjukkan pukul 01:15 malam. Gyan menempati kamar kakek Haris yang berada didepan. Tubuhnya meriang. Ia memakai selimut tipis milik kakek yang tersedia diatas kasur. Tubuhnya menggigil kedinginan. Dan suhu tubuhnya mulai panas 39°. Hembusan napasnya hangat.

Ia belum makan samasekali sejak tadi siang setelah berurusan dengan Jasmine. Bu Nayla sempat menawarinya untuk makan pada sore hari. Namun Gyan menolak dan mengatakan hanya ingin istirahat karena kepalanya sudah terasa berat.

Tapi kini perutnya lapar dan tubuhnya lemah. Tenggorokannya kering. Ia lupa bahwa ini bukanlah rumahnya yang dimana setiap membutuhkan air minum, ia akan mengambilnya di meja sebelah ranjangnya yang sudah disiapkan pembantu. Kini ia terpaksa harus ke dapur untuk mengambil minumnya sendiri.

Gyan memaksakan diri untuk bangkit. Matanya seperti berkunang-kunang. Namun ia mencoba untuk fokus. Dengan langkah gontai ia mencoba berjalan menuju dapur. Setelah usahanya berhasil mengambil minum. Tubuhnya yang lemah seakan tak sanggup untuk kembali ke kamarnya. Gyan duduk dikursi meja makan dengan menelungkupkan wajahnya diantara tangan yang menjadi bantalan wajah.

Sementara itu dikamar Jasmine.

“Hah… gara-gara dia aku jadi susah tidur memikirkan jawaban,” gumam Jasmine.

Merasa hawanya sangat dingin akibat hujan deras yang tak kunjung reda. Jasmine berencana membuat minuman hangat di dapur. Ia keluar dari kamarnya dengan santai. Saat melihat pria itu duduk dengan wajah terlungkup. Jasmine berpikir bahwa pria itu sedang ketiduran.

Dengan cueknya ia memanaskan air dan mengambil susu coklat bubuk untuk diseduh. Tapi matanya sesekali melirik pada Gyan yang tak bergeming samasekali.

“Hei, kalau tidur itu dikamar. Bukan didapur.“

Tak ada respon samasekali. Jasmine menuangkan air panas ke gelas dan mengaduk susu coklat hangatnya.

“Kalau nggak bangun, ku tinggal nih.“

Masih tak bergeming samasekali. Jasmine mulai curiga. Ia kemudian menggoyangkan lengan pria yang mengenakan kaos oblong hitam. Namun tak kunjung bangun. Jasmine cukup terkejut saat merasakan bahwa lengannya terasa panas saat disentuh. Dengan refleks ia menyentuh dahi pria itu dan benar saja.

“Astaga, dia benar-benar panas. Aku harus bagaimana? Haruskah ku panggil ibu untuk membantuku? Tapi… nggak! Aku kan lagi marahan. Sebaiknya aku atasi sendiri.“

Jasmine mencoba menyadarkan Gyan sampai akhirnya ia sadar dengan lemahnya. “Ada apa?“ suaranya terdengar lirih.

“Ayok bangun. Akan ku bantu masuk kamar.“

“Kepala ku pusing.“

Jasmine jadi merasa bersalah. Karena dia, pria ini jadi kehujanan dua kali. Biar bagaimanapun dia telah menolongnya saat berada dalam masalah. Maka dari itu ia ingin membalas kebaikannya. Jasmine membantu memapah tubuh tinggi itu masuk ke kamar kakek. Memapah dan menopang pria yang lebih tinggi darinya itu ternyata cukup berat. Sesampainya di kamar.

“Berbaringlah. Aku akan kembali.“

“Kembali? Untuk apa?“

“Sudah… diam saja.“

Saat Jasmine hendak beranjak tiba-tiba suara perut seseorang berbunyi begitu nyaring seakan berpesan, 'ambilkan aku juga makanan' begitulah kira-kira. Tentu saja hal itu membuat Gyan malu dan mengalihkan pandangannya. Jasmine tertawa kecil.

“Pfftt… ia, ia, aku akan mengambilkan apa yang kau butuhkan.“

Gyan memijat keningnya menahan malu.

Setelah menunggu selama 10 menit. Jasmine datang membawa nampan berisi semangkuk nasi yang dicemplungkan bersama kuah sop daging. Sepiring kecil potongan buah pir. Dan segelas minuman tradisional hangat yang berisi jahe, kunyit, lemon dan madu.

Jasmine meletakkannya di atas meja. Ia mengambil semangkuk sop dan menyodorkannya pada Gyan. Tangan Gyan menyambutnya namun terlihat lemas dan gemetar sehingga Jasmine ragu.

Apakah dia bisa memegangnya dengan benar? Kalau tidak, pasti akan tumpah ke badannya.

Jasmine merasa was-was. Dan saat Gyan berusaha menyendokkan makanan itu ke mulut. Mangkuk yang dipegangnya hampir jatuh dan kuahnya sedikit tumpah di dadanya. Jasmine dengan sigap langsung membantunya.

“Sudahlah, berikan padaku,”ucap Jasmine merebut mangkuk itu. Lalu ia mengambil tisu diatas meja dan mengelap dada pria itu.

Hal itu membuat Gyan cukup terkejut dan… sedikit gugup. Ini pertama kalinya seorang wanita menyentuh dadanya. Sebelumya, saat ibunya tengah asyik menjodoh-jodohkan dirinya dengan wanita pilihannya. Gyan tak pernah suka jika mereka mulai menyentuhnya dan menanggapi dengan sinis. Namun kali ini… anehnya ia membiarkan gadis itu melakukan apa yang diinginkannya..

Gyan mencoba untuk tenang. “Sini biar aku saja. Aku masih bisa makan sendiri,” ucapnya lirih.

"Jangan, nanti tumpah lagi. Kau harus segera menghabiskannya, lalu minum obat. Kebetulan aku masih punya obat penurun demam. Lagi pula aku nggak suka lihat orang makan dengan lelet,” oceh gadis itu mengomel sambil memotong daging dengan sendok.

“Namanya juga orang sakit.“

“Ssttt! Ayok aaa…” perintahnya untuk membuka mulut. Gyan menuruti tanpa protes sedikitpun.

Meski Jasmine menyuapinya. Namun sedari tadi Gyan bisa memperhatikan bahwa mata gadis itu berusaha untuk tidak saling bertatapan dengannya.

“Pintar. Anak baik.“

Dia memperlakukan ku seperti anak kecil. Batin Gyan.

“Jasmine,“ panggil Gyan.

“Ya?“

“Apa kau sudah menemukan jawabannya?“

Jasmine menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Eum… entahlah. Hal itu terlalu tiba-tiba. Aku merasa bingung,“ jawabnya sambil menyuapi pria dihadapannya dengan sedikit kaku.

“Hanya butuh satu tahun, itu tidak akan lama," bujuknya.

“Kenapa kakekmu menjadikanku sebagai syarat agar keinginanmu terwujud? Kenapa bukan dengan gadis lain?“

“Entahlah, aku juga tak tau alasannya. Yang ku tahu dia sangat menyukaimu, mungkin karena kau adalah cucu sahabatnya. Padahal kau itu sangat nakal dan menyebalkan."

Jasmine melotot mendengarnya dan mendengus sesaat.

"Setelah satu tahun maka pergilah dengan bebas jika kau ingin pergi. Aku sudah tidak butuh.“

Kenapa kalimat terakhir kedengerannya agak menyebalkan ya? Batin Jasmine.

“Eum… tawaran yang menarik.“

“Tentu saja menarik, kau hanya perlu berperan sebagai istri selama setahun dengan bayaran hutang ayahmu yang nominalnya sekian ratus juta. Bukankah itu sangat menguntungkan. Tidak ada orang lain yang seberuntung itu.“

“Iya… iya, akan aku pikirkan. Oh ya, aku… minta maaf, gara-gara aku, kau jadi kehujanan dua kali. Dan gara-gara itu juga kau jadi begini.“

“Makannya jangan suka nambah masalah.“

“Iya...“

Tumben dia nggak membantah. Batin Gyan.

Gyan menatap pipi gadis itu. Masih merah. Sebenarnya seberapa kuat tamparan ibunya sampai meninggalkan jejak yang tak kunjung hilang? Pikir Gyan. Sebisa mungkin ia mengunyah makanannya dengan cepat. Melihat kantung mata yang semakin hitam pada gadis itu membuatnya tak ingin menyita waktunya lebih banyak agar dia bisa segera beristirahat.

Tapi mengapa muncul perasaan senang disaat seperti ini? Gyan berusaha untuk mengartikannya. Apakah karena sudah lama tidak berjumpa dan rindu itu telah sedikit terobati? Perasaan ini lebih rumit untuk diperjelas bagi seseorang yang belum menemukan arti 'cinta'.

Semenjak insiden beberapa waktu tahun yang lalu. Saat usianya menginjak 12 tahun. Jasmine mengejutkannya tanpa tau bahwa Gyan sedang mengemut permen bulat. Akibatnya, ia tersedak hingga kesulitan bernapas. Untung saja Jasmine segera meminta pertolongan pada kakeknya dan berhasil diselamatkan dengan cepat. Meski begitu, ibunya tetap khawatir dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Semenjak itulah Jasmine menghilang dari kehidupannya. Ia tak lagi ikut bersama kakeknya untuk kerumah kakek David. Dan saat kakeknya berkunjung kerumah Jasmine bersama dirinya untuk bertemu dengan kakek Haris. Disitu pula gadis itu berusaha untuk menghindar. Dia bahkan sampai rela bersembunyi dikamar seharian.

Di tahun berikutnya pun tetap sama. Saat mereka beranjak remaja dan Gyan memasuki bangku SMP. Mereka pernah tak sengaja berpapasan dijalan saat Gyan kebetulan berlibur dirumah kakeknya. Saat itu Jasmine sedang menuntun sepedanya, namun ketika mata mereka tak sengaja bertatapan. Gadis itu justru secara terang-terangan menghindarinya. Sepeninggal neneknya di tahun itu. Untuk kedepannya Gyan tak lagi ikut berkunjung kesana. Mereka benar-benar berpisah. Dan itu membuat Gyan menyadari bahwa ada secercah rindu menyelinap dihatinya. Rindu yang semakin dalam seiring berjalannya waktu.

Setelah suapan makanan itu habis. Gyan menyeruput minuman hangat yang disodorkan Jasmine. Membuat tubuhnya merasa jauh lebih baik. Gadis itu terlihat sangat perhatian. Ia membuka kemasan obat dan mengambil air putih untuk menelan obat tersebut. Ia menyiapkan cerek berisi air penuh agar saat dirinya merasa haus tak perlu lagi pergi ke dapur karena kondisinya masih lemah. Dan lagi, dia memperhatikan selimut yang dipakai Gyan terlalu tipis sehingga ia mengambil selimut tebal di kamarnya.

“Mau ku kompres?“ ucap Jasmine menawarkan.

“Nggak perlu. Ini sudah cukup.“

“Sungguh?“

“Ya, kau bisa istirahat sekarang.“

“Yah… baiklah kalau begitu. Jika kau perlu sesuatu langsung saja telpon aku. Bagaimana bisa demam se-panas itu kau hanya diam saja? Sini berikan ponselmu supaya aku memasukan nomorku.“

Gyan menyodorkan ponselnya. Menatap Jasmine mengetik nomornya membuat Gyan sempat berpikir. Apa dia juga se-perhatian ini pada mantan pacarnya? Entahlah… ada sedikit rasa kesal mengusik perasaannya.

“Nih,” Jasmine mengembalikan ponsel Gyan. “Kalau gitu aku akan langsung kembali ke kamar ku. Dan… jawabannya akan ku usahakan besok.“

“Ah, itu. Aku berubah pikiran. Kau bisa memberikan jawaban itu kapanpun kau siap. Tapi kalau bisa secepatnya. Karena si tua brengsek itu mungkin akan bertindak cepat setelah aku membuatnya kesal. Bisa saja nanti dia akan menyeret mu ke pelaminan dengan paksa dan… sepertinya aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa kau sudah siap?“ ucap Gyan mencoba menggodanya.

“Haisshhh menjijikkan! Bikin merinding saja! Jangan bicara aneh-aneh ya? Kalau itu sih lebih baik aku menikah denganmu. Sudahlah aku balik ke kamarku dulu. Hah… ini sudah jam tiga. Aku pasti nanti bangun siang,” gerutunya kesal seraya membereskan mangkuk dan membawa nampan itu meninggalkan Gyan.

Setelah pintu kamar itu tertutup. Gyan menarik selimutnya lalu memejamkan matanya untuk bersiap tidur. Namun… entah mengapa, tiba-tiba sebuah senyuman terlukis indah di bibirnya.

Dia bilang, lebih baik menikah denganku?

Jika saja kau tau apa yang akan terjadi setelah itu... Apa kau akan menyesalinya?

***

1
Roxanne MA
yuk bantu ramein karya ku jugaa💖
Roxanne MA
akhirnya up jugaa
ARM
oke kak siyap 👍🏻
ARM
Terima kasih banyak kak🙏🏻 btw aku masih pemula, banyak kesalahan yg perlu ku koreksi 🙏🏻☺️
Roxanne MA
lanjut thor
Roxanne MA
baru awalan bab sudah sebagus inii
riniasyifa
Semangat terus berkarya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!