Ternyata Aku Adalah Yang Kedua

"apa kamu akan berdiam diri di situ " ucap Azzam berhasil mengagetkan Aisyah yang saat ini tengah mengumpat nya dalam hati

"maaf tuan" Aisyah pun berjalan mendekati Azzam

"apa kamu akan berdiri terus " tanya Azam yang menatap lurus ke arah televisi , mata nya tidak berpindah dari layar besar itu karna begitu lah Azzam, dia jarang sekali menatap lawan bicara nya.

"apa saya boleh duduk tuan,?" tanya Aisyah gugup

"hmm" mendengar jawaban dari mulut Azzam Aisyah pun hendak duduk di sofa yang sama seperti yang Azzam duduki

"siapa yang menyuruh mu duduk di sofa itu " bentak Azam yang mana membuat Aisyah sontak berdiri lagi seperti semula.

"j jadi s,saya harus duduk dimana t tuan " tanya Aisyah gugup

" duduk di lantai , kamu itu se orang pembantu , tidak pantas duduk si sofa mahal ku" ucap Azzam tajam, tajam seperti pisau yang menusuk hati Aisyah saat ini.

seperti itu lah Azzam, ia tidak perduli pada siapa pun , entah apa yang di ucapkan nya baik atau tidak , ia tidak perduli , angkuh , sombong itu lah Azzam Alcantara, orang tua nya pun merasa sangat bingung dengan sifat anak nya , entah sifat dari siapa yang ia ikuti, kenapa anak pertama nya sangat dingin , padahal papa dan mama Azzam adalah pribadi yang sangat ceria , sama seperti adik nya , cuma Azzam saja yang berbeda sendiri, tapi walaupun seperti itu Azzam sangat menyayangi orang tua nya , apa lagi adik satu satu nya itu, Azzam yang selalu di tanya kapan akan menikah , membuat nya muak dan memilih tinggal di apartemen dibanding tinggal bersama orang tua nya, padahal tanpa orang tua nya bertanya pun Azzam juga ingin sekali cepat meng halal kan diri nya dengan kekasih nya , tapi sayang nya mora sang kekasih belum mau menikah , ia masih ingin mengejar karir nya yang saat ini tengah melejit , mau tidak mau Azzam terpaksa harus menunggu, karna ia sangat mencintai kekasih nya .

"i iya tuan maaf kan saya" jawab Aisyah gugup, yang ada dalam hati nya saat ini antara sakit dan juga benci karna ucapan Azzam secara langsung sudah menghina diri nya.

"apa dia tidak tau kalau perkataan nya sangat menyakiti hati ku atau memang dia tidak punya hati , sehingga dia tidak berpikir kalau apa yang keluar dari mulut nya itu seperti pisau yang menusuk dihati ku,, kalau bukan karna aku membutuh kan pekerjaan ini, sudah aku ulek ulek mulut berbisa nya itu" batin Aisyah kesal

"berapa umur mu?"

"23 tahun tuan"

"apa kamu siap jadi pembantu di apartemen ku"

"saya siap tuan"

"apa kamu bisa memasak?"

"bisa tuan"

"apa kamu siap tinggal disini,? karna aku tidak terlalu suka makan makanan di luar jadi kamu harus memasak pagi , siang dan malam untuk ku"

"saya siap tuan "

"baik lah, satu lagi aku tidak suka melihat rumah ku kotor atau berantakan , jadi sebisa mungkin rumah ini harus terlihat bersih setiap hari, kamu mengerti?."".

"mengerti tuan "

"baik lah kamu di terima , mulai hari ini kamu langsung bekerja"

"tapi tuan , apa kah boleh saya mengambil dulu pakaian ke rumah saya tuan? "

"tidak perlu , , Ibnu akan mengantar pakaian baru khusus art untuk mu , jadi tidak perlu membawa pakaian kotor mu ke dalam apartemen ku "

"baik tuan" lagi lagi mulut berbisa itu mengeluarkan racun nya,

" kenapa mulut nya sangat berbisa seperti itu?"

"sekarang kamu lansung saja memasak makan siang untuk ku dan juga Ibnu , didapur sudah banyak bahan makanan "

"baik tuan "

Aisyah pun berdiri dan bergegas menuju dapur yang ada di apartemen milik tuan nya ,

tidak lupa Aisyah mengedar kan pandangan nya pada setiap sudut apartemen itu saat berjalan menuju dapur ,

"apartemen nya sangat besar dan mewah , apa dia sangat kaya raya?? . ,,iss,, apa si syah ya jelas kaya raya lah , dia kan bos " monolog nya dalam hati

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...