Annette seorang bangsawan miskin yang tinggal jauh dari kekaisaran. Hidupnya terbilang sederhana akan tetapi penuh kebahagiaan. Hingga suatu hari masalah muncul di hidupnya.
Utusan kekaisaran tiba-tiba datang kerumahnya dan mengatakan jika dirinya telah menikah dengan kaisar dengan cara yang tidak diduga.
"Aku tidak mau! Aku mau cerai!"
Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Annette bisa bercerai atau tidak? Ayo pantengin terus ceritanya di "KAISAR AYO BERCERAI!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengajari
Setelah perdebatan yang cukup panjang kali ini akhirnya Annete bisa menyelesaikan satu kasus dari buku tersebut.
"Huh, berapa banyak lagi manusia yang harus aku hadapi ke depannya," sungut Annete lalu dengan segera meninggalkan tempat tersebut. Tapi baru saja ingin melangkahkan kakinya ia justru melihat anak perempuan dari pasangan jahat tersebut.
"Kakak, kemana ayah dan juga ibuku akan di bawa?" tanya anak kecil tersebut.
"Ha? Mereka berdua melakukan sesuatu yang tidak baik jadi mereka harus di hukum," jelas Annete sebaik mungkin.
"Terus aku bagaimana kak?" tanya anak tersebut yang terlihat begitu santai. Annete pikir mungkin saja jika anak itu akan menangis tapi siapa sangka anak ini justru bersikap baik.
"Hmm apa kamu punya keluarga?" tanya Annete.
"Keluarga lain maksudnya," jelas Annete karena anak ini tidak kunjung menjawab.
"Hmm aku punya nenek dan juga kakek yang tinggal di desa bintang," jawab anak tersebut.
"Apa kamu mau tinggal bersama mereka? Maksud kakak, apa mereka baik padamu?" tanya Annete memastikan. Takutnya anak ini justru di perlakukan kejam dengan keluarga lainnya.
"Iya kak, mereka sangat baik padaku bahkan nenek dan kakek sangat baik berbeda dengan dua orang itu," jelas anak tersebut.
Mendengar penjelasan tersebut Annete hanya menganggukkan kepalanya.
'Sebenarnya bagaimana dua orang itu membesarkan anak mereka,' batin Annete.
"Baiklah aku akan mengantarmu hingga bertemu dengan nenek dan juga kakekmu di desa bintang," ujar Annete dengan penuh semangat.
Tapi mungkin beberapa jam kemudian Annete akan menyesali keputusannya kali ini.
Hingga kini ia berada di dalam kereta kuda dengan saling berhimpitan. Ini bahkan sudah empat jam tapi masih belum sampai pada desa bintang.
"Hei Bina apakah desanya masih jauh?" tanya Annete.
Saat ini ia berisik bukan karena tempat ini sempit atau apapun tapi yang lebih penting adalah bahwa ia sama sekali belum izin pada kekaisaran jika dia akan pergi lama.
"Tidak kak, sebentar lagi kita akan tiba di desa bintang," jawab anak tersebut dengan begitu santai, berbeda dengan Annete yang hanya bisa merasakan sakit di seluruh badannya saat mengendarai kereta kuda yang terombang-ambing.
"Kak, sebenarnya apasih pekerjaanmu? Kenapa bisa menangkap ibu dan juga ayahku?" tanya Bina dengan sangat penasaran.
"Hmm entahlah, bisa dikatakan aku masuk dalam tim penyelidik Kekaisaran," jawab Annete dengan asa tebak.
"Oh ternyata begitu, apa kakak bisa ilmu bela diri?" tanyanya.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal tersebut?" tanya Annete dengan menyipitkan matanya.
"Itu karena..."
"BUGH," mendadak saja kereta yang di tumpangi oleh Alana dan juga Bina berhenti.
"Ada apa ini?" tanya Alana pada kusir yang ada di depan.
"Cepat turun! Serahkan semua harga benda kalian jika ingin nyawa kalian selamat!" ancam seorang pria bertubuh besar dengan senjata di tangannya.
"Huh, bebas dari masalah satu dan dapat masalah lainnya," gumam Annete.
"Apa yang kau pikirkan, cepat serahkan harta bendamu!" pintanya.
"Iya-iya sabar dong," jawab Annete lalu mengambil sesuatu dari kantong bajunya.
"Nah, cuman ini yang ku punya," ujarnya dengan menyerahkan beberapa lembar uang kertas yang cukup lusuh dari dalam kantongnya. Annete tidak berbohong, ia memang tidak memiliki apapun kecuali beberapa lembar uang yang lecek itu.
"Apa kau pikir kami bisa kau bodohi ha!" marah pria tersebut.
"Aku tidak membodohi kalian, memang hanya itu saja uang yang aku miliki. Jika aku punya banyak uang maka aku akan memilih untuk menggunakan kereta kuda yang bagus atau lebih baik menggunakan lingkaran sihir saja," jelas Annete dengan di bumbui oleh kekesalan.
"Kau!" geram pria bertubuh kekar tersebut yang saat ini sudah mulai menaiki kereta itu, lalu menodongkan pisau tepat di depan leher Annete dan juga Bina.
"Sekarang cepat serahkan harta kalian!" teriak pria tersebut.
Annete melirik ke arah Bina yang sudah begitu ketakutan.
"Hmm, aku benar-benar tidak membawa harta apapun lagi tapi..."
"Apa!" kesal pria itu.
"Aku memang miskin tapi suamiku orang kaya bahkan sangat kaya. Bukankah lebih baik mengancam suamiku dan meminta tebusan?" saran Annete.
Ini adalah cara yang terpikir dikepalanya, jika ingin kabur maka itu percuma karena masih ada sekitar 7 orang pria lainnya. Jadi melarikan diri hanya percuma saja.
"Suamimu orang kaya?"
"Iya dia orang kaya bahkan sangat kaya."
"Bagaimana mungkin suamimu kaya tapi istrinya begitu miskin," ragu pria tersebut.
Perkataannya benar-benar terasa cukup pedas di telinga Annete. Tapi kali ini ia harus bersabar jika ingin selamat.
"Hmm sebenarnya aku sedang kabur darinya, itu semua karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kekaisaran. Dia bahkan tidak punya waktu untuk istrinya sendiri dan membuatku kesepian setiap waktunya hiks, hiks, hiks," Annete mulai menyadari jika ia tampaknya memiliki bakat akting yang bagus.
Bandit tersebut tampaknya mulai percaya dengan Annete. Terlihat dengan dia yang perlahan menurunkan pisau dari leher Annete.
"Baiklah, cepat ikat mereka berdua lalu kita akan minta tebusan pada suaminya. Untuk kusirnya biarkan saja dia!" perintah pria tersebut yang langsung di kerjakan dengan anak buahnya.
Setelahnya mereka berdua benar-benar dibawa ke tempat persembunyian para bandit tersebut.
"Cepat sebutkan dimana alamat suamimu!" ujar pimpinan bandit tersebut.
'Mampus aku, bagaimana ini...' batin Annete. Jujur saja walaupun wajahnya sangat santai tapi yakinlah jika saat ini jantungnya sudah mau copot karena ketakutan.
"Hei!"
"Akh itu istana kekaisaran..." cicit Annete.
Semua orang di dalam ruangan tersebut terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Lebih tepatnya tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Kau pikir aku bodoh ha!"
"Bukan begitu, dia bekerja di istana kekaisaran."
"Jangan menipuku!" bentak pria tersebut.
"Aku tidak menipumu, dia memang bekerja di istana kekaisaran makanya dia kaya. Antar saja surat ancamannya ke tuan Gabriel dan katakan jika itu surat dari Annete. Maka dia akan memberikan surat itu untuk suamiku," jelas Annete.
"Bagaimana jika ini jebakan dan justru kesatria kekaisaran yang datang?" tanya pria tersebut.
"Huh...makanya buat di surat itu jangan beritahu siapapun jika ingin nyawa istrimu selamat. Dan katakan bahwa dia harus datang sendiri dengan uangnya!" jelas Annete.
"Bagaimana jika kau berbohong dan menuliskan hal lain?"
"Astaga! Kan kau yang menulis surat itu jadi bagaimana aku bisa berbohong!"
"Akh kau benar juga,"
'Kenapa aku mengajarinya,' pikir Annete.