NovelToon NovelToon
Mekar

Mekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Aku tidak tahu jika nasib dijodohkan itu akan seperti ini. Insecure dengan suami sendiri yang seakan tidak selevel denganku.

Dia pria mapan, tampan, terpelajar, punya jabatan, dan body goals, sedangkan aku wanita biasa yang tidak punya kelebihan apapun kecuali berat badan. Aku si pendek, gemuk, dekil, kusam, pesek, dan juga tidak cantik.

Setelah resmi menikah, kami seperti asing dan saling diam bahkan dia enggan menyentuhku. Entah bagaimana hubungan ini akan bekerja atau akankah berakhir begitu saja? Tidak ada yang tahu, aku pun tidak berharap apapun karena sesuatu terburuk kemungkinan bisa terjadi pada pernikahan kami yang rentan tanpa cinta ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan Tak Terduga

Moon jelas tidak berani, kepindahannya dari rumah lama adalah karena dia berulah dengan keluarga bu Galih saat itu. Anak laki-laku usia 10 tahun kala itu yang dibebaskan bermain dengan anak-anak bu Galih di dalam rumah besar itu, ia usil menuangkan deterjen ke kolam ikan koi bu Galih hingga puluhan ikan koi ukuran raksasa itu mati terkapang di atas permukaan kolam yang sudah berbusa.

Bu Galih memang tidak marah, tetapi bisik-bisik tetangga dirasakan menekan mental keluarga Moon hingga mereka memutuskan pindah meski alasan yang mereka berikan bukan karena itu, tetapi jelas-jelas Moon pernah mengatakan jika dia tidak kuat mendapat sanksi sosial. Katanya, sanksi sosial itu melekat sepanjang hayat.

Sejak saat itu keluarga Moon tidak pernah menampakan diri di pemukiman kami, benar-benar tidak ada kabar. Hanya aku saja yang masih berhubungan dengan Moon karena kami bersekolah di sekolah yang sama hingga lulus kuliah.

"Kalau bertemu langsung dengan mereka, gue gak bisa bantu, Mbul. Gue takut suruh ganti rugi ikan koi yang pada mati itu, trauma masih ada nih."

Ucapannya membuatku tertawa, dia yang tadi menggebu-gebu malah jadi melempem seketika.

"Aku tahu, tidak ada yang bisa membantu. Maksudku, ini sudah tidak bisa dibawa mundur, sudah terlalu jauh. Tapi aku hanya ragu, apakah benar dia jodohku atau bukan. Bagaimana kalau nanti ada penyesalan di tengah jalan?" ujarku.

Moon tahu posisiku yang sedang galau, dia sama-sama menghela napas panjang bersamaku. Namun, dia mempunyai keterbatasan geraknya untuk mencoba memecahkan masalahku.

"Gue juga gak tahu kalau soal keraguan itu, ini tanya sama yang udah pernah nikah ni. Let! Ulet keket, sini!" Moon memanggil adiknya.

Devy mendekat dan Moon menjelaskan apa yang menjadi kegalauanku. Meski awalnya Devy terkejut dengan kabar pernikahan itu, tetapi dia lekas mengerti dan memberi pengertian bahwa semua calon pasangan yang akan menikah mengalami hal demikian.

"Padahal saat itu, aku jelas-jelas udah ada baby di perutku, Mbak, tapi masih aja ragu buat nikah. Apalagi mbak yang baru pertama, kan? Tapi, pas udah dijalanin juga biasa aja. Malah aku kasih yang terbaik buat mereka. Dibawa asyik saja, Mbak. Percaya, deh. Marriage is not scary."

"Tadi kapan, Mbak, nikahnya?"

"Senin, Dev."

"Walah, aku juga ada undangan dari bos suamiku. Dia juga baru nikah. Nanti kita datang, deh, habis acara atasan suami, ya, mbak?"

Sampai malam aku berada di kafe itu, baru aku tahu juga jika kafe itu sudah menjadi milik Moon. Dia membelinya karena kafe itu nyaris tutup dulunya. Ini membuatku semakin senang untuk berlama-lama mengobrol dengan mereka karena anggap saja tempat sendiri.

Moon juga tidak membiarkanku pulang sendiri dengan sepeda motorku. Dia menawarkan supaya aku menginap semalam di hotel, tetapi aku menolak karena besok ada yang harus aku bereskan di sekolah dan persiapan wedding yang belum usai.

"Oke. Tapi, aku antar, ya?"

"Kamu gapapa? Bukannya gak mau lagi datang ke perumahan itu?" tanyaku.

"Kan ke rumahmu, bukan bu Galih. Bisalah gak ketemu, udah malam juga.

Kami tiba saat sudah malam, aku baru sadar jika ponselku mati karena baterai lemah dan aku lupa mengabarkan pada orang rumah jika aku pergi ke kota sejak siang tadi. Di depan rumah sudah berjejer mobil-mobil mengkilap.

"Ada apa ini, Mbul?"

Aku menggeleng, tidak tahu. Tadi pagi semua berjalan baik sampai akhirnya semua berucap syukur setelah aku menampakkan diri di tengah kerumunan orang yang berkumpul di ruang tamu, termasuk ada bu Galih dan mas Elham di sana.

Papa, satu-satunya orang yang aku mintakan penjelasan. Mengapa ada ramai-ramai di rumah kita.

"Pa, ada apa?" tanyaku pada papa.

"Kakak kemana aja seharian, Kak? Mama begitu gara-gara kamu!" Bukan papa yang menjawab melainkan adikku, Dira. Apa maksudnya, mengapa mengatakan mama begitu gara-gara aku, apanya?

Aku sadar bahwa di tengah keramaian itu tidak ada mama, aku berlari ke kamar mama. Namun, papa menarikku.

"Kenapa, Mama, Pa?" tanyaku saat sudah di depan pintu kamar mama, papa menggeleng menahanku dan malah memelukku.

Aku mendengar papa menangis saat memelukku, aku masih tak mengerti apa yang terjadi. "Aku mau ketemu mama."

"Buka kamarnya pelan-pelan, Dita yang sabar."

Meski aku tidak tahu apa maksud papa, tetapi aku menurut. Membuka pintu kamar mama dengan pelan. Seketika pintu terbuka secara perlahan, tetapi aku tidak menemukan mama di sana, hanya ada kain putih yang menutupi sebagian sisi ranjang.

"Dimana mama, Pa?" tanyaku meski air mataku sudah menetes. Aku berharap, kain putih itu bukan sedang menutupi tubuh mama. Papa tak menjawab.

"Dira, di mana mama?" tanyaku kepada adikku yang berdiri di tengah pintu sembari memeluk papa dari samping. Jawaban Dira hanya berupa tangisan bersembunyi di dada papa.

"Ma? Mama?" panggilku pada akhirnya. Aku hendak membuka kain putih itu, ini pasti prank. Ini pasti hanya guling yang ditutupi dengan kain, mereka hanya sedang menjahiliku.

Aku membukannya. Namun, ternyata, penutup kain itu bener-bener menutupi tubuh mama. Tubuh mamaku yang sudah pucat membiru dan mata yang terpejam.

"Gak, ini gak mungkin!"

Tadi pagi mama masih sehat, mama masih beraktivitas seperti biasanya.

"Ma, mama bangun, Ma. Mama? Mama bangun, Ma. Bangun," ucapku memeluk mama.

Hatiku hancur. Sungguh, aku yang tidak mampu membayangkan hidupku tanpanya dan aku benar-benar belum ikhlas jika mama pergi begitu saja bahkan untuk selama-lamanya.

1
Indah Lestari
ayok moy...ikuti perintah suami.. kembalikan z bilang buat modal usaha....
Ayu
Semangat up nya Thor
Wanita Aries
Pasti resa sama dewi kecewa krna perusahaan dipimpin elham
Akasia Rembulan
selalu suka.. semangat thor.
Rahma Intan
lanjutkan semakin seru 😘
Vtree Bona
suka kka thor tetap semangat yah
Wanita Aries
Cerita bagus
Wanita Aries
Semangat thor
echa purin
/Good/
kalea rizuky
nikah model. apa abis lahiran cerai. aja percuma suami. cuek kayak. berasa g punya suami. mending janda
kalea rizuky
jangan2 anastasia pcr el bnr gk
Rahma Intan
😍
Rahma Intan
ceritanya bagus kenapa kurang yg like
hello shandi: Terima kasih, Kak😊
total 1 replies
Wanita Aries
Sabar ya moy
hello shandi: my pleasure... Thanks, Kak.
total 1 replies
Wanita Aries
Haduh dita malah kabur.
Wanita Aries
Hubungan gk ada komunikasi, gk terbuka, gk jujur ya ancur
Wanita Aries
Salah dita jg gk jujur dr awal. Namanya sebuah hubungan ya harus jujur
Wanita Aries
Nah lho
Wanita Aries
Kok trllu polos kali dita ini masa gk cari tau searching gtu
Wanita Aries
Krna kurangnya komunikasi diawal ya jdinya hambar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!