Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.
itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.
Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Terakhir
Fuuuutsssss
Suara angin dingin bertiup, menyapu segala yang dilewatinya.
Danu terjebak dalam ilusi alam bawah sadar yang kian membawanya kepada kejadian yang tidak pernah dia dengar atau lihat secara langsung.
Danu dipaksa berjalan pada pada gurun salju yang luas dan tidak berujung dengan ratusan atau ribuan kerangka tulang manusia di sekitarnya. Langit terus tertutup mendung bersalju, hanya menyusahkan sedikit cahaya yang masuk.
Huff
Huff
Nafas Danu terdengar berat, meski dia tidak merasakan dingin tapi secara alami perilakunya bertindak sesuai dengan apa yang dia lihat.
"Kapan semua ini akan berakhir? Kenapa tidak ada habisnya?
Apakah sesulit itu untuk pulang?
Ibu, Bapak, siapa saja tolong keluar aku dari tempat ini" kelu Danu, dengan pandangan mata yang tidak terlihat hidup - kosong, tidak jelas melihat kemana.
suara tulang yang patah karena injakan kaki Danu dan kerangka mayat yang bertebaran tidak membuat Danu berhenti berjalan. Danu terus berjalan meski dia tidak tahu sampai berapa langkah lagi untuk ke depan.
Entah itu seratus langkah yang membuat dia merinding dan lari dari semua hal-hal mengerikan yang tidak masuk akal,
Atau ribuan langkah tak terhitung yang membuatnya kehilangan akal sedikit demi sedikit, berjalan seperti orang yang tidak punya arah tujuan, dan hanya berjalan dan terus berjalan.
Sampai datang di hadapannya, melalui badai angin yang semakin kencang dan membuat sekitarnya buram. secercah cahaya berwarna ungu terlihat mendekat dari arah depan, dibarengi suara langkah kaki yang terdengar tegas dan berat.
Danu ingin menghentikan langkahnya tapi tiba-tiba ratusan kerangka yang diam itu bangkit bersamaan, menimbulkan suara tulang yang saling bergesekan.
Danu ingin menyerah.
Dia tidak sanggup menghadapi cahaya ungu di depannya atau kumpulan tengkorak hidup yang mengelilinginya.
"Bunuh akuuuu!! Bunuuuuuuh! Aaaaaaaah"
Teriak tengkorak yang ada di belakangnya.
............
Di kehidupan nyata,
Ny. Cendana menyentuh kepala anaknya dan kaget karena suhu tubuh Danu yang meningkat, nafas yang tidak beraturan, dan keringat dingin yang membasahi tubuhnya.
"sayaaang!! Sayang!" Ny. Cendana memanggil suaminya dengan panik.
Tuan Senja segera datang dan langsung mengerti dengan sekilas pandang pada anaknya yang mulai mengerang lemas.
"Kamu jaga dulu Danu, aku mau siapkan air hangat dan kompresnya dulu." perintah Tuan Senja, menenangkan istrinya.
Ny. Cendana mengangguk dan membantu Danu membuka pakaian dan perban yang melilitnya. Luka Danu telah sembuh sepenuhnya tapi dia tidak kunjung sadar.
Di saat Ny. Cendana dan Tuan Senja merawat Danu dengan penuh kekhawatiran, Kakek Surya datang dari rapot yang panjang.
Dia segera menghampiri cucunya yang belum sadarkan diri.
"Bagaimana dengan keadaan Danu?" tanyanya pada Nyonya Cendana yang baru selesai mengenakan kembali baju Danu.
"Ayah.." Nyonya Cendana ingin mengatakan keadaan anaknya pada mertuanya tapi sangat suaranya terhenti.
Dari wajah Ny. Cendana saja sudah cukup untuk mengetahui kalau Danu sedang tidak baik-baik saja.
............
Kembali pada alam bawah sadar Danu.
Tubuh Danu bergetar hebat, dia ingin berteriak tapi tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
Saat ini kakinya telah dipegang erat oleh salah seorang tengkorak yang terus menyuruh-nyuruhnya untuk membunuh tengkorak itu.
"haah, hah, jangan.." rintihan tengkorak sambil menjadikan Danu sebagai sandaran berdiri, merangkak perlahan, dan memberikan sentuhan aneh pada kaki Danu.
Saat itu Danu tersadar kalau kini dia juga merasakan dengan nyata ilusi itu.
Danu menatap dengan panik kerangka yang telah memeluknya, tapi pandangan matanya teralihkan pada suara kerangka besi yang mendekat.
Kini dia dapat melihat dengan jelas kalau cahaya keunguan itu berasal dari mata Kesatria ber-armor hitam yang berjalan mendekatinya. Armor yang dikenakannya telah aus, tapi tetap terlihat kokoh, meski beberapa bagian telah digerogoti oleh karat, dan mengeluarkan kepulan asap hitam dari sela-sela armor.
"Serahkan padaku!! Tubuh dan jiwamu!!!" perintah armor itu dengan lantang.
"Jangan... Berhenti berjalan.."
Danu kembali fokus kepada dirinya yang telah diselubungi oleh para kerangka hidup.
"jangan.. Berhenti berjalan atau mati.." rintih tengkorak yang sedari tadi merangkul pundak Danu seolah sedang berbisik, "jangan berhenti berjalan...
Jangan berhenti apapun keadaan mu...
Jangan... Jangan.. Mati dan bunuh lah aku.."
Danu sempat tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Tengkorak itu jelas sedang menyuruhnya untuk hidup jauh berbeda dengan kesatria hitam di depannya.
"Kamu adalah pemilik kesadaran ini..
Jangan takut dengannya..
Jangan takut... Hah.... Jangan takut.."
Kini tengkorak itu mulai bicara agak jelas padanya.
...........
Nyonya Cendana memegang tangan Danu dengan erat, air mata yang mengalir dari matanya menunjukkan seberapa berharga Danu baginya. Dia mencium punggung tangan anaknya dengan penuh harap, sementara Kakek Surya dan Tuan Senja berdiri disampingnya.
"Permisi" terdengar suara Tuan Daniel dari luar, "Aku datang bersama dengan seorang Gadis Kuil yang ingin melihat keadaan Danu."
Mendengar ini seluruh keluarga saling memandang dan merasa ada sebuah harapan.
Tuan Senja segera keluar dan menyambut mereka.
Tuan Daniel datang bersama seorang gadis kecil dengan pakaian seperti orang yang sedang berkabung dan seorang pengawal dengan pedang hitam di sampingnya.
Tn. Senja begitu antusias tapi ekspresi ketakutan dari gadis kuil itu menjadi pukulan telak baginya dan orang yang melihatnya.
Gadis itu gemetar, dia melihat dengan jelas aura hitam pekat menyerupai dark knight dan kumpulan mayat yang mengekangnya keluar dari tubuh Danu.
Nyonya Cendana mendatangi gadis itu, berharap kalau masih ada harapan yang tersisa. Dia memegang tangan gadis kecil itu dengan penuh harap. "Nak.. Kamu bisa menolong anakku kan?"
Gadis itu tidak langsung menjawab tapi mengangguk perlahan dan memaksakan diri untuk mendekat.
"Fahreza, apa ada yang salah?" tanya pengawalnya.
Fahreza menggelengkan kepala dan menyentuh tangan Danu tapi segera melompat kebelakang karena takut.
Seluruh orang terlihat panik.
"Ada apa? Apakah ada yang salah dari anak kamu?!" tanya Tuan Senja.
Gadis itu memejamkan matanya, dengan gugup dia menjawab. "Anak kalian terkontaminasi oleh energi hitam yang kuat, saya tidak dapat menanganinya, sudah suatu keajaiban dia bisa hidup hingga saat ini."
"tidak, kemarin dia baik-baik saja. Anakku pasti masih bisa hidup, aku tahu itu!! Aku tahu!!" Teriak Nyonya Cendana dengan histeris dan berlari mendekatinya namun dihalangi oleh pengawal gadis kuil itu.
Tuan Senja dengan sigap memegang istrinya dengan lembut dan menahan gagang pedang pengawal yang akan digunakan untuk mendorong istrinya.
Tuan Senja memandang sang pengawal dengan tajam.
"Jangan macam-macam dengan keluarga ku" ancam Tuan Senja bersamaan dengan suara perabotan yang bergetar dan aura kuat sangat mendominasi darinya.
Bahkan pengawal itupun bergetar ketakutan karenanya.
Nyonya Cendana menangis dan kembali pada Danu memeluknya erat bersama suaminya.
Fareza merasa bersalah saat melihat kesedihan keluarga itu. memejamkan mata, menguatkan dirinya setelah menghela nafas sejenak. Dia mendekat perlahan dan berkata. "Mungkin, ada satu cara terakhir yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan anak ini."
Mendengar ini, pengawalnya menunjukkan keterkejutan di wajahnya.
Nyonya Cendana menatap Fareza dengan penuh harap. "Apa yang bisa kita lakukan?" tanyanya.
Fareza menjawab dengan mantap. "Meski kemungkinannya kecil, saya bisa membantu anak anda melawan energi gelap dalam tubuhnya, tapi saya butuh persetujuan dari anda sekalian."
"Selama anak saya bisa sembuh, saya akan melakukan apa saja." jawab Nyonya Cendana.
"Kalau begitu, saya harap selain pihak keluarga, bisa keluar terlebih dahulu."
Mendengar isyarat Fareza, Tuan Daniel dan Pengawalnya keluar. Sang pengawal tetap menurut meski sangat jelas dari ekspresi wajahnya kalau dia sedang khawatir.
Fareza menjelaskan kalau pihak keluarga harus bersentuhan langsung dengan Danu untuk membantunya terbangun sementara dia akan mengalirkan energinya kepada Danu.
...........
Danu masih tertahan di dalam mimpinya, sosok dark knight di depannya semakin jelas dengan energi yang semakin menggelora. Armor hitam memperbaiki dirinya perlahan dan mengeluarkan kobaran api berwarna ungu, menarik partikel-partikel kecil pada bagian yang rusak.
sedikit demi sedikit memperbaikinya.
Begitu juga tengkorak disekitarnya yang menumbuhkan daging dan kulit melalui debu yang mendekat pada mereka.
"Bergeraklah.. Nak.. Bergerak....
Bukan kesatria itu musuh terbesar mu..
tapi ketakutan mu itulah musuh... Mu.."
Tengkorak itu menyuruhnya berjalan tapi tubuh Danu dirangkul dengan erat olehnya dan kawannya. Danu kesulitan bernafas, pandangan matanya mulai kabur, dan semakin gelap.
"Jika kamu tidak bisa bergerak demi dirimu..
Bergeraklah untuk kembali kepada keluarga mu.."
"Danu... Nak.."
Suara samar terdengar dari segala arah, suara yang sangat mirip dengan ibunya.
"Ibu?" gumam Danu.
Tengkorak itu telah menjadi mayat hidup dan terlihat kalau di juga dapat mendengarnya.
"Dengar itu!" kini suara mayat hidup terdengar seperti komandan yang sebelumnya mati, "Bergeraklah nak!! Dengar suara ibumu yang menunggu mu!!
Karena itu, bergerak lah!!"
Jantung Danu bergetar hebat, nafasnya semakin menggebu-gebu.
" Hah hah hemp..."
Danu memaksa tubuhnya bergerak ke depan menghadapi sang dark knight yang terlihat menyeramkan.
"Percuma saja kamu bergerak. Tak akan aku biarkan kamu melewati ku!!" seru sang dark knight.
Dark knight berjalan semakin cepat terdapat sekitar 100 langkah lagi untuk mereka saling berhadapan.
"Cukup satu langkah saja nak, ingat cukup satu langkah pertama." ujar mayat hidup, tak mau kalah darinya.
Danu mengangkat kakinya, semua mayat yang semula memegang kakinya menyingkir memberikan jalan, beberapa dari mereka mendorong dari belakang.
Tinggal 86 langkah mereka saling bertemu dark knight mengeluarkan aura api yang menyebar ke sekitarnya, membuat semuanya penuh dengan kobaran api ungu sejauh mata memandang.
"Jangan pedulikan!! Maju..!"
Danu berjalan dan terus berjalan, sementara seluruh gerombolan mayat hidup menghalangi kobaran api, membiarkan diri mereka terbakar, dan membuka jalan.
"Danu.. " suara yang menggema semakin jelas dalam pendengaran Danu.
Suara yang terus memanggil namanya, suara yang berasal dari orang-orang yang menunggu dan merindukannya.
45 langkah tersisa.
Dark knight menghentakkan kakinya, membuat retakan besar yang menyebar luas. Suara teriakan orang kesakitan terdengar dari dasar retakan itu.
Tapi Danu tetap berjalan maju, nafasnya telah stabil dan secara bertahap mulai masuk dalam mode penggunaan aura.
...........
Dari dunia nyata, Danu menggunakan teknik pernafasan yang langsung disadari oleh Tuan Senja, dia merasakan adanya harapan dari Danu. Begitu juga Nyonya Cendana dan Kakek Surya yang secara samar juga merasakan pernafasan Danu.
Fareza tersenyum, dia tidak menyangka kalau Danu akan melawan dari dalam saat ini dia sedang mengumpulkan energi bercahaya yang berkumpul pada tangkuban tangannya.
...........
Danu dan dark knight saling mendekat dan menyisakan beberapa langkah lagi untuk saling berhadapan.
"Haaaaaa"
Dark knight berteriak, mengeluarkan pusaran api ungu pada kedua lengannya tapi para mayat hidup berlari dan melompat pada lengannya menahan kedua lengan itu dengan berat tubuh mereka.
terjadi pembantaian sepihak oleh dark knight, tapi semua mayat hidup yang tersentuh api langsung menjadi abu dan kembali uti dengan cepat lalu terus menyerang.
Mereka terus hancur dan kembali.
Menyisakan seorang mayat hidup yang berjalan dengan gagah meski seluruh tubuhnya sedang terbakar hebat.
Akhirnya mereka saling bertemu Danu menggeram dan mengangkat tangannya, mengepalkan tangan bersiap untuk memukul kesatria yang 2 kali lebih besar darinya.
Danu merasa kalau dia cukup kuat untuk saling beradu serangan dengan sang kesatria kegelapan.
Ke duanya menggeram, beradu tinju yang menyebabkan getaran besar pada alam bawah sadar Danu.
Tangan Danu sempat terbakar sesaat tapi sembuh dan mengeluarkan kobaran api berwarna kebiruan setelah Fareza menyalurkan kekuatannya pada Danu.
Api biru itu semakin besar dan membakar dark knight secara bertahap.
dark knight tetap berusaha melawan meski tubuhnya telah diselimuti oleh api biru yang menyala.
"heehhh, ti tidaak mungkin, aku tidak akan kalah.." teriak dark knight bersamaan dengan lebur nya tubuh.
............
Dalam kamar Danu,
Danu berhenti menggunakan aura. Tubuhnya secara bertahap semakin rileks.
Nyonya Cendana melebarkan kelopak matanya, melihat Danu secara perlahan membuka mata.
"Ibu.." panggil Danu yang segera disambut dengan pelukan hangat ibu dan keluarganya.
Fareza menyaksikan dari samping dan turut berbahagia dengan keberhasilan mereka. Dia terduduk lemas, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, sementara wajahnya tampak pucat.