LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
"Kiw...Anita!" goda Radit kepada seorang wanita yang sedang menjaga kasir di sebuah kedai.
"Eh ada bang Radit sama temen-temennya!" seorang wanita menyambut Rion dan kedua temannya di sebuah kedai makan. Anita namanya, wanita yang disukai oleh Radit walaupun bertepuk sebelah tangan.
Tidak terlalu besar memang kedai makannya tapi cukup banyak untuk pilihan menunya, terlebih lagi harganya sangat ramah di kantong.
"Iya dong."
"Mau pesen apa bang?" tanya wanita itu.
"Mau pesen cincin tunangan aja buat kamu boleh gak?" Rion dan Faisal menggeleng bersamaan. Radit itu tidak tahu tempat, kebetulan kedai yang mereka datangi milik keluarga Anita.
"Ya gak boleh atuh, kan gak ada hubungan." menusuk! Kalimatnya tak terlalu panjang tapi terlalu jelas untuk didengar. Tak masalah, Radit sudah biasa mendapat penolakan dari Anita.
"Mampus!" sorak Faisal sambil tertawa.
"Ta, mau kebab satu!" pinta Faisal.
"Iya bang."
"Gua mau lumpia beef aja satu," ucap Rion ikut memesan.
"Bang Radit mau apa?" tanya Anita pada akhirnya.
"Pisang cokelat kejunya satu!" jawab Radit. Hatinya berbunga-bunga ditanya oleh sang pujaan hati. Tapi jika dipikir lagi, Anita menanyakannya ke semua yang mendatangi kedai.
"Mau sekalian minumnya?" tanyanya lagi.
"Gak usah Ta," tolak Faisal.
"Mau dibungkus aja?" Rion mengangguk.
"Iya tunggu sebentar."
"Bertiga aja sih kalian, gak bosen barengan terus?" seorang pria dengan sarung dan kaos putih menghampiri Anita yang sibuk menyiapkan pesanan.
"Bosen sih mang, tapi terpaksa weh," tutur Faisal.
"Dih teu hayang aing oge babaturan jeung maneh." Radit mendelik tak senang dengan penuturan Faisal.
"Dusta."
"Kali-kali bawa pacar kalo ke warung!"
"Maklumlah mang, ldr ieu teh," curhat Rion. Meskipun hubungannya dengan Rayna bisa dibilang baik-baik saja tapi di lain waktu juga Rion menginginkan hal yang baru.
"Atuh kan bisa diajak!"
"Muhun, kalo ada waktu nanti dibawa main ke sini."
"Gimana sih kalian? Masa cuma Rion aja yang punya pacar!" kedua pria itu saling menoleh, hanya Rion saja yang tertawa.
"Eh kan calon pacarnya mah ada di sini." jari jempolnya menunjuk Anita dengan sopan.
"Kalo kata bapak mah ya pilih laki-laki itu yang bener neng jangan sembarangan," peringat pria paruh baya itu kepada Anita yang dibalas senyuman singkat.
"Iya pak."
"Bukan ke gua sih tapi ko nusuk ke ulu ati ya," bisik Radit.
"Emang tujuannya kan lo."
"Daripada sama Anita mending sama waria yang waktu itu Dit!" mengingatnya saja membuat Radit bergidik ngeri. Sembarangan sekali Rion berbicara.
Sepertinya Radit sedikit trauma dengan dengan waria mulai saat ini. Ingatkan Radit jika ia harus berhati-hati jika sedang bersama kedua temannya.
"Amit-amit gua ketemu banci gila lagi!"
"Emang terbaik deh masakan ayang gua." Radit memakan dengan rakus pisang cokelat dalam satu kali suapan. Seperti tak akan ada hari esok lagi untuk melahapnya.
Sudah pukul sebelas malam dan mereka masih saja bersama. Kali ini mereka memutuskan untuk berbincang di pos ronda tempat biasa mereka berkumpul. Tenang saja, tak akan ada yang menegur mereka. Warga di sekitaran komplek memang sudah biasa melihat anak muda berkumpul di beberapa tempat, setidaknya tak ada yang berbuat macam-macam dan membuat kegaduhan.
"Gak usah ngaku-ngaku lo!" kata Rion menyadarkan. Sepertinya Radit ini memang perlu disadarkan terus-menerus jika Anita tak ingin menjadi pasangannya.
"liat aja ya, nanti gua kasih bukti kalo gua udah jadian sama Anita." bagi Radit percaya diri itu harus.
"Kalo kata gua sih mending lo cari yang lain lagi deh daripada maksa sama Anita," saran Faisal.
"Ehh cinta itu butuh perjuangan." Radit berbicara seolah ia adalah ahlinya. Satu tangannya mengapit rokok di sela jarinya.
"Nah itu dia, butuhnya perjuangan bukan penolakan," koreksi Rion.
"Penolakan itu proses."
"Itu mah udah jelas gak mau, gak bisa dirubah," tegas Faisal.
"Gak usah sok nasihatin, lo sendiri masih jomblo sampe sekarang." dasar Radit, diberikan masukan dan disadarkan berkali-kali tetap saja tak mengerti.
"Aing mah rek jadi pria berkualitas," jawab Faisal.
"Maksud lo gua gak berkualitas?" sinis Rion.
"Masih pada nongkrong aja!" tegur seorang pria yang umurnya jauh lebih tua dari mereka.
Pria yang hanya memakai kaus berwarna hitam dan celana kolor pendek yang juga berwarna hitam. Dengan wajah kusutnya pria itu mendekati Rion dan temannya.
"Iya nih pak, masih males pulang ke rumah," jawab Radit.
"Iya atuh, sekalian jagain rumah-rumah juga biar aman."
"Mau gabung pak?" tawar Rion.
"Boleh." pria itu ikut duduk bersama ketiga pria muda.
"Darimana pak?" tanya Faisal basa-basi. Biarlah, bosan juga Faisal terus-menerus bersama dengan kedua temannya. Sepertinya benar jika ia harus memikirkan pasangan mulai saat ini.
"Dari rumah." pria itu tersenyum.
"Ngapain keluar malem-malem gini?" tanya Rion heran.
"Hehe..." pria itu tersenyum kikuk. "Diusir istri saya." ketiga pria muda itu saling bertatap wajah dengan bingung.
"Gimana tuh pak kronologinya?" Radit merasa penasaran.
"Lo pikir kecelakaan!" sentak Rion. Dengan mudah telapak tangannya memukul punggung Radit.
"Ya namanya rumah tangga, pasti ada aja masalahnya."
"Jadi bapak gak bisa pulang sekarang?" bodoh. Faisal seperti tak paham arti kata diusir.
"Namanya juga diusir."
"Saya dimarahin istri saya gara-gara kebanyakan main sama ayam." pria itu mulai bercerita.
"Ko bisa?"
"Kata dia saya lebih sering manjain ayam daripada dia terus dia cemburu, jadinya ayam saya dipotong terus jadi ayam bakar." terlihat ekspresi ketiga pria muda dihadapannya menyimak dengan serius. Mereka berpikir bahwa kehidupan setelah berumah tangga tak akan mempermasalahkan hal sepele, nyatanya sama saja.
"Ko bapak gak marah sih?" heran Faisal.
"Saya mau marah juga gimana? Ayam bakarnya enak juga ko," tutur pria itu dengan tawa.
"Lah harusnya bapak yang marah dong!" Radit seolah tak terima.
"Kamu pasti jomblo ya?" tebak pria itu.
"Hahah bener pak, jomblo lumutan mereka berdua." puas sekali Rion menertawakan kedua temannya.
"Pantes belum paham." pria itu mengelus dagu dengan jari telunjuknya.
"Paham apa?" tanya Faisal penasaran.
"Cewek itu cemburuan! Gak cuma sama manusia tapi sama semua hal," jelas pria itu.
"Tapi ayam loh itu," ujar Faisal. Tidakkah wanita berpikir bahwa ayam itu binatang. Apakah mereka pikir ayam bisa menjadi makhluk yang membuat pria selingkuh?.
"Ehh jangan salah, kalo cowoknya fotografer tuh cewek bisa aja cemburu sama kamera," jelas pria itu.
"Terus nanti dia bilang kamera aja terus yang dibawa, sama pacar sendiri mah lupa," lanjut Rion.
"Saratus lahh." pria itu memberikan dua jempolnya untuk Rion kemudian tertawa bersama. Seolah mereka saling mengerti.
"Maklumlah pak, saya juga ada pacar soalnya."
"Bagus nak, udah paham berarti." hanya kedua teman Rion yang sepertinya tak terlalu paham dengan perbincangannya dan hanya terdiam dengan wajah bingung. Rumit sekali pemikiran seorang wanita, bahkan jika ada kamus besar wanita pun rasanya tak akan ada yang benar-benar mengerti.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?