Life After Marriage ( Jenar & Arya )

"Suami pasien." Ucap Dokter saat keluar dari ruang UGD.

"saya Dok." Kata arya menghampiri Dokter.

"Bagaimana keadaan istri saya Dok, dia baik baik saja kan." Tanya Arya panik.

"Maafkan kami Tuan." Ucap Dokter itu menunduk.

"Ma--maksud Dokter apa? Katakan bahwa istri saya baik baik saja." Kata Arya setengah berteriak.

"Arya sabar dulu," ucap Dimas mencoba menenangkan Arya.

"Istri anda baik baik saja, tapi--" ucap Dokter.

"Tapi apa Dok?" Tanya Arya dengan naoas yang sudah naik turun.

"Anak anda tidak bisa tertolong." Ucap Dokter.

Duaarrr.

Bagai tersambar petir di siang bolong tubuh Arya langsung luruh ke lantai dengan tatapan yang sulit di artikan.

Anak? Berarti Jenar hamil. Tapi Arya tidak mengetahui nya. Tidak hanya Arya yang terkejut, Dimas dan chaca pun juga tak kalah terkejut.

Chaca langsung menangis di pelukan Dimas saat mendengar kabar duka itu.

"I--istri saya hamil Dok?" Tanya Arya lirih dan terbata.

"Dan ada satu lagi kabar yang harus saya sampaikan." Ucap Dokter itu membuat Arya kembali berdiri dan menatap Dokter itu dengan perasaan nano nano.

"Akibat benturan keras membuat rahim istri anda bermasalah, dan kami terpaksa harus mengangkatnya demi keselamatan istri anda." Ucap Dokter itu lagi.

Jleb.

Lagi, jantung Arya bagai di tikam oleh ribuan sembiluh. (Sembiluh apaan Sih? serius mommy tanya🙈)

Tubuh Arya kembali bergetar hebat, kaki nya sudah terasa lemas seperti tidak memiliki tulang.

Mengapa ujian harus datang bertubi seperti ini, ia sudah kehilangan anak nya dan sekarang Jenar harus operasi angkat rahim. Arya tidak tau harus berkata apa lagi, rasa bersalah nya pada Jenar semakin mencuat.

"Lalu bagaimana keadaan istri saya saat ini?" Tanya Arya mencoba tegar.

"Istri anda masih belum sadarkan diri. Kami memerlukan persetujuan pihak keluarga untuk melakukan operasi ini, kami tidak bisa menunggu lama karena akan berakibat buruk pada istri anda." Ucap Dokter.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya Dok." Ucap Arya dengan bibir bergetar. Arya mengepalkan tangan nya kuat dan memejamkan matanya saat berkata seperti itu.

"Baiklah, kami akan segera melakukan operasi itu. Mohon di bantu doa nya." Ucap Dokter lalu kembali masuk ke dalam ruangan Jenar.

"Bang," ucap Arya lirih, kini tubuhnya tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya. Arya langsung terjatuh di lantai sambil menjambak rambutnya dengan kuat.

"Sabar, ini cobaan buat kalian. Lagian kalian sudah memiliki twin J jadi tidak perlu khawatir lagi. Gue cuma bisa bantu doa dan semoga Jenar kuat saat menerima kenyataan nya nanti." Kata Dimas.

"Arya, Dimas bagaimana Jenar?" Tanya Adi dan Tamara yang datang dengan terburu buru.

"Mah, Pah." Ucap Dimas sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa maksud kamu Dim?" Tanya Tamara.

"Jenar keguguran Mah." Ucap Dimas pelan.

"Ya Allah!" Seru Tamara langsung menangis di pelukan Adi.

"Berarti dugaan Mama benar, kalau Jenar hamil. Pantas saja tubuhnya sering lemas dan wajahnya pucat serta nafsu makan nya terganggu hiks hiks." Ucap Tamara lagi lagi seperti menohok ke ulu hati Arya. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui kesehatan sang istri yang ternyata sedang mengandung.

"Dan--" Dimas melirik ke arah Arya yang masih terisak sambil menundukkan kepalanya pda salah satu lutut nya.

"Jenar harus operasi pengangkatan rahim mah. Seperti nya ia habis jatuh." Ucap Dimas lagi lagi membuat Adi dan Tamara terkejut.

"Ya Allah cobaan apa lagi ini hiks hiks." Tamara semakin menangis histeris di pelukan Adi.

"Bagaimana bisa Jenar keguguran dan harus operasi? Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Adi menatap ke arah Arya dan Dimas.

"Iya apa yang terjadi sebenarnya Arya." Tanya Tamara. Kali ini Dimas memilih diam karena bukan urusan nya. Biar Arya sendiri yang mengatakan nya pada orang tua nya.

"Maafkan Arya mah." Gumam Arya pelan masih dengan isak tangis nya.