Ina gadis yang di nikahi tanpa tahu alasan pernikahan itu.
Bukan pernikahan sewajarnya yang diberikan sang suami, namun sikap acuh dan sombong bahkan tak tersentuh. Ina baru tahu jika dia memang istri pria itu tapi wanita lainlah yang menjadi pemilik singgasana hati suaminya.
Sanggupkah dia memperjuangkan statusnya?.
SESSION 2
Maurie gadis cantik yang dinikahi karena sesuatu dendam yang tak dia ketahui. Dia dijebak menjadi istri seorang lelaki, Deon.
Sementara cinta sejati juga akan menghampiri Maurie, lelaki yang tulus, baik sebaik seorang Ardi yang dikhianati gadis tercintanya di depan matanya sendiri.
Akankah takdir menyatukan Ardi dan Maurie?
Atau kah mereka terikat ditempat masing masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sha21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IS chapter 08
BBRRAAKKK
Pintu kamar utama dibanting dengan begitu kencangnya. Hingga tubuh Ina berjengkit kaget. Untung saja tidak di dengar para pelayannya, yang bisa menimbulkan kepanikan.
Ina perlahan menutup tubuhnya dengan selimut tebal, tubuhnya bergetar, bajunya robek dibeberapa bagian dan air matanya meleleh dengan derasnya. Ina meraba bibirnya yang bengkak dan berdarah rasanya sakit sekali, bahkan ketika suaminya memperlakukannya seperti binatang saja. Ya baru saja Revan akan meminta haknya pada Ina, layaknya binatang merobek dan menciuminya tanpa perduli perasaan Ina, karena bagaimana pun Ina masih seorang perawan.
'Tuan sebegitu hina kah aku, sehingga aku seperti binatang saja, tidakkah kau melihat ku sebagai istri mu, meski hanya status'
Sakit memang menyandang istri, tanpa pernah disayangi apa lagi dicintai oleh Revan.
"SIAAALLLL"
BUUKKK
Ban mobil di tendang Revan begitu saja, tentu nyeri dirasakannya.
"Kenapa begini, ada apa dengan ku, siapa gadis itu, kenapa jantung ku bergetar, brengsek"
Revan terduduk disisi mobil memejamkan matanya. Lalu dia segera melajukan mobilnya ke apartment mewahnya di pusat kota.
"Hallo Gas, kau ambilkan pakaian kerja ku, bawa ke kantor"
Tut
Dengan seenak jidat Revan menutup saluran ponselnya, setelah menghubungi Bagas asistennya.
"Lusi, mas Yuda sudah datang"
Di kediaman Revan, Vina menanyakan kedatangan Yuda guru yoganya yang baru. Vina baru saja selesai treatmil di ruang olah raga milik Revan, dia mengusap keringat dengan handuk yang tergantung bebas di lehernya.
"Maaf nyonya, sepertinya belum?"
Jawab Lusi, asisten rumaha tangga yang Revan pekerjakan.
"Baiklah, kalau sudah datang, suguhkan minum dan cemilan dulu ya, aku mau mandi dulu"
Ucap Vina kemudian masuk ke kamarnya.
"Baik nyonya"
Vina menaiki lantai dua. Selesai mandi Vina yang sudah segar dan berdandan dengan cantik bergegas menuruni tangga menuju lantai dasar. Vina tersenyum dikira Yuda, namun senyumnya memudar kala asisten suaminya sudah tegap berdiri.
"Selamat pagi nyonya"
Vina hanya cuek menanggapinya.
"Pagi"
Dengan ketus berucap, Bagas pun enggan berkunjung menemui istri sombong tuannya jika tidak ada hal yang mendesak.
"Maaf saya di suruh tuan mengambil pakaian kantornya"
Ucap Bagas kemudian tanpa basa basi.
"Pergi dan tanya pada maid"
Dengan acuhnya Vina meninggalkan Bagas dan menuju meja makan meminum susu dan serealnya. Ternyata Yuda sudah menunggu di samping rumah dan sudah menyiapkan tempat untuk mereka latihan yoga. Dan semua itu tidak luput dari perhatian Bagas dan cctv yang di pasang Bagas di rumah tuannya.
"Ini tuan"
Menyerahkan 1 set pakaian kerja.
"Bik Lusi"
Yang terpanggil namanya segera berbalik.
"Kenapa tuan?"
Ucap bik Lusi pelan.
"Sejak kapan nyonya punya pelatih yoga?"
Lusi mendekat dan berbisik ditelinga Bagas.
"Sekitar 3 bulan lalu, jadwalnya tidak menentu, nyonya juga sering berkunjung ke pelatihan yoga dijalan xxxx"
Ucap Lusi detail.
"Oh"
Bagas menggeleng dan segera berbalik menuju pintu utama, dengan segera memacu roda empatnya menuju ruangan bosnya.
Hari ini merupakan hari pertama untuk Ina menuju kampusnya.
"Non, bapak anterin ya?"
Ina mengangguk dengan terburu buru menyuapkan sarapannya, nasi goreng. Entah sejak kapan Ina suka nasi goreng.
"Bik, aku jalan ya"
Ucap nya pada bik Lasmi.
"Ya non"
Dengan segera pak Wisnu menancapkan gasnya menuju universitas yang dituju nonanya. Tak jauh dari kompleknya di lampu merah, ketika hendak berubah hijau mobilnya tidak bisa berjalan.
"Kenapa pak?"
Ucap Ina melihat pak Wisnu menghentikan mobilnya.
"Aduh non, sepertinya mogok nih si putih"
Jawab pak Wisnu grogi.
"Yah meped banget pak"
Jawab Ina.
"Non itu halte bus, ayo cepet non naik bus saja"
Ucap pak Wisnu tidak tega kalau harus meninggalkan nona nya.
"Oh iya, lupa ya udah di tinggal ya pak Wisnu"
Ucap Ina bergegas.
"Iya non"
Dengan segera Ina menyebrang jalan, dan berhenti di halte bus. Ina melambaikan tangan pada pak Wisnu dan pak Wisnu mengangguk tersenyum.
Revan baru saja akan membuka pintu mobilnya, dengan tidak sengaja dia menangkap siluet yang dikenalinya, mengerutkan keningnya revan di landa penasaran dengan tingkah gadis itu.
Ya gadis yang semalam seperti binatang hendak dimangsa Revan, kini sedang berada di halte menunggu angkutan umum dan benar saja gadis itu masuk dan duduk di angkutan umum yang rata rata membawa mahasiswa.
'Kapan dia mendaftar kuliah, pakaiannya sangat rapih sekali, sebaiknya ku suruh Bagas saja untuk menyelidikinya'
Monolog Revan.
Ina di kampus sangat menyukai kegiatannya, dia juga memperkenalkan dirinya dengan status sudah bersuami, meski demikian bnyak yang selalu ingin dekat dengannya seperti halnya geng 3i yaitu IRHAM, IHSAN, ILHAM. Mereka 3 cowok paling populer di kampusnya, bukan semata mata karena ketampanannya saja, tapi nilai mereka juga tidak pernah menurun, cerdas bukan? tentu tidak kalah juga dengan anak anak ceweknya, karena di kampus ini kampus penampung anak anak dengan kecerdasan diatas rata rata. Ospek atau pengenalan lingkungan kampus ini berjalan sangatlah lama, dengan segudang kegiatan dan sambutan dan juga melihat gedung yang akan mereka tuju besok, sehingga tidak tersesat ketika akan belajar.
Sementara Revan melihat bus yang ditumpangi Ina hingga hilang di perempatan jalan, Revan kembali menjalankan mobil hitam mewah mengkilatnya. Akhirnya sampailah di ruang kerjanya. Dengan segera Revan memasukinya.
"Mana pakaian kerja ku?"
Ucap Revan dingin.
"ini tuan"
Menyerahkan yang diminta tuannya.
"Kau selidiki istri ku"
Ucap Revan sambil membawa pakaian ketjanya ke kamar pribadi yang terletak dikantornya.
"Nyonya Vina"
Jawab Bahas asal.
"Vina itu istri sirih ku"
Jawab Revan dengan mata melotot.
"Baik tuan"
Dengan secepat kilat Bagas menjalankan titah tuannya, menyuruh mata mata memata matai setiap gerak gerik nyonya mudanya.
'Lihat lah tuan kau sudah terpedaya oleh pesona istri kecil mu itu'
Monolog Bagas.
Beberapa jam kemudian Bagas mendapat laporan.
"Tu......"
Namun segera di potong oleh ucapan Revan.
"Bagaimana penyelidikan mu?"
"Nona memang benar sedang kuliah, tuan"
Revan mendelik tajam.
"Lalu dari mana biayanya?"
"Nona dapat beasiswa tuan"
Revan manggut manggut.
"Awasi dia terus"
"Baik"
Revan di buat bingung hendak minta maaf gengsi, hendak pulang juga malu dengan perbuatannya.
Pasalnya sudah 5 bulan Revan terus melamun memikirkan sorot mata teduh nan bening ketika dirinya mencumbu Ina. Sorot mata itu sangat dia kenal, meski pikirannya tidak mengingat namun hatinya bahkan jantungnya berdetak kembali dengan kencang. Itu semua membuat Revan tidak bisa berpikir dengan jernih untuk mengerjakan pekerjaannya.
Lima bulan itu Revan bolak balik dinas ke luar kota dan selalu lembur di kantornya. Revan selalu dihantui oleh sorot mata itu, hari hari dan juga malamnya. Bahkan dia tidak pernah pulang ke kediamannya. Mencoba menyibukkan diri meski tidak ada pekerjaan serius, dia selalu beristirahat di kantornya.
Klek
Pintu ruang kerja Revan terbuka siapa lagi kalau bukan asistennya, Bagas.
"Masih ada pekerjaan lagi untuk ku?"
Bagas asistennya menggeleng.
"Tidak bos"
"Kalau begitu buatkan pekerjaan lembur untuk ku"
Bagas masih terdiam, lalu mendekat ke meja tuannya.
"Tapi bos, nyonya menghubungi mu"
"Aku ingin fokus pada satu masalah, Gas"
Dengan segera Bagas keluar menuju ruang kerjanya sendiri, menyiapkan yang diminta bos nya.
Revan kembali duduk di kursi kebesarannya, melihat diary biru yang usang dan foto lusuh itu. Dia memberanikan diri membuka diary itu. Helai demi helai.
DAWAI CINTA
Gelap malam yang sempurna
Pahatkan paras mu
Selaksa rasa bak dewi malam
Yang malu akan rindu
Yang rindu akan sunyi
Bak sejumput buih di samudera
Yang tak kan bisa tersapu mata
Yang kelam tertelan hitam
Mengerang
Menjeritkan mu
Bak torehan kata tanpa makna
Bak syair dalam tenggelamnya riuh angin
Ukiran narasi
Bulir bulir asa
Kini hanya pusara
Tak berjiwa
"Bagas"
Baru saja Bagas asistennya mendaratkan bokong di kursi ruang kerjanya, kembali harus segera berdiri, ya pasalnya bos arogan nya itu sudah berdiri dengan mata tajam dihadapannya.
"Ayo kita pulang saja"
Entah mengapa, Revan ingin sekali pulang ke kediaman gadis pembangkang itu.
Bik Lasmi yang sedang memasak di dapur dibuat kalang kabut, pasalnya tuannya sudah pulang, namun nona mereka belum pulang juga.
"Aduh mba bagaimana ini? nona belum pulang"
Kini langkah tuannya semakin mendekat ke kedua paruh baya itu.
"Ada apa? kok berjejer?"
Bik Lasmi sudah gemetar sekali. Revan pun semakin tertarik dengan para pelayannya.
"Apa nona kalian tidak ada dirumah?"
Dengan serempak mereka menjawab dengan jawaban berbeda.
"Jadi dimana nona kalian!"
Suara Revan sudah meninggi satu oktaf.
"Maaf tuan, nona belum pulang kuliah"
Pak Wisnu dengan menunduk, berkata.
"Baik, dimana?"
"Di universitas xxx, tuan"
"Ayo Gas kita kesana"
"Baik, tuan"
Mereka meluncur ke universitas yang di tunjukkan pak Wisnu, tidak pak Wisnu beri tahu pun Revan sudah hapal kegiatan istri belianya.
Ina baru keluar dari gedung kampusnya menuju pelataran, dia tersentak dengan sosok tinggi menjulang yang tepat bertengger di depan gerbang kampusnya.
BERSAMBUNG
efek'y bikin gw naek darah turun perut y thorrr ...