NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Nayla & Nando

Cinta Untuk Nayla & Nando

Status: tamat
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:212
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Nayla, seorang ibu tunggal (single mother) yang berjuang menghidupi anak semata wayangnya, Nando, dan neneknya, tanpa sengaja menolong seorang wanita kaya yang kecopetan. Wanita itu ternyata adalah ibu dari Adit, seorang pengusaha sukses yang dingin namun penyayang keluarga. Pertemuan itu membuka jalan takdir yang mempertemukan dua dunia berbeda, namun masa lalu Nayla dan status sosial menjadi penghalang cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Harga Sebuah Kebebasan

​Kembali ke kantor PT. Sinar Logistik, Nayla merasa seperti Cinderella yang jam dua belas malamnya sudah lewat. Kereta kencananya kembali menjadi labu, dan gaun indahnya kembali menjadi pakaian lusuh.

​Ia duduk di kursi kerjanya yang busanya sudah kempes, menatap layar komputer tabung yang berkedip-kedip. Di sekelilingnya, debu gudang terasa lebih menyesakkan dari biasanya.

​"Nayla! Mana laporan stok opname?!" Suara Pak Joko kembali menggelegar dari dalam ruangannya.

​"Sedang saya print, Pak!" sahut Nayla, berusaha menjaga suaranya tetap datar.

​Sudah tiga jam berlalu sejak wawancara di Rahardian Group. Belum ada kabar. Hati Nayla harap-harap cemas. Apakah ia terlalu berani tadi? Apakah jawabannya menyinggung Pak Broto? Atau penampilannya yang sederhana kalah telak dengan pelamar lulusan luar negeri itu?

​Nayla berjalan masuk ke ruangan Pak Joko untuk menyerahkan kertas laporan.

​Pak Joko menyambar kertas itu tanpa menatap Nayla. "Ini apa? Tinta printernya putus-putus begini! Kamu bisa kerja nggak sih? Kalau nggak niat kerja, bilang! Banyak yang ngantri mau gantiin posisi kamu!"

​Biasanya, Nayla akan meminta maaf dan buru-buru mengganti cartridge printer dengan tangan gemetar. Tapi hari ini, entah kenapa, bentakan itu tidak mempan. Kata-kata Adit dan tatapan hormat Pak Broto tadi pagi memberinya semacam perisai tak kasat mata.

​"Printernya memang sudah tua, Pak. Sudah lima tahun tidak diservis. Diganti cartridge baru pun akan tetap begini hasilnya," jawab Nayla tenang.

​Pak Joko mendongak, matanya melotot kaget karena Nayla berani menjawab. "Heh! Kamu mulai berani ngelawan ya? Mentang-mentang..."

​Ting!

​Ponsel Nayla di saku celananya berbunyi. Notifikasi email masuk.

​Jantung Nayla berdegup kencang. Ia tahu bunyi notifikasi itu. Itu bukan pesan WhatsApp atau SMS spam. Itu notifikasi email prioritas yang ia atur khusus.

​"Maaf Pak, saya permisi sebentar ke toilet," potong Nayla sebelum Pak Joko menyelesaikan makiannya. Ia berbalik dan berjalan cepat keluar, mengabaikan teriakan bosnya.

​Nayla mengunci diri di bilik toilet kantor yang sempit dan berbau karbol menyengat. Dengan tangan gemetar hebat, ia membuka ponselnya.

​Pengirim: Recruitment - Rahardian Group

Subjek: Offering Letter - Senior Staff Administration

​Napas Nayla tercekat. Ia membuka lampiran PDF di email itu. Matanya menyusuri baris demi baris dengan cepat, hingga berhenti di paragraf tentang kompensasi.

​Gaji Pokok: Rp 8.500.000,-

Tunjangan Makan & Transport: Rp 2.000.000,-

Asuransi Kesehatan (Full Cover untuk Karyawan + 2 Anggota Keluarga)

​Nayla menutup mulutnya dengan tangan, menahan jeritan. Air mata langsung tumpah membasahi pipinya.

Total pendapatannya akan lebih dari 10 juta rupiah. Itu hampir empat kali lipat dari gajinya di sini yang hanya pas UMR dan sering dipotong sesuka hati.

​Dan asuransi kesehatan... Full Cover. Itu artinya ia tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya jika Nenek Ijah sakit tua atau Nando demam.

​"Alhamdulillah... Ya Allah, terima kasih..." isak Nayla pelan, merosot duduk di atas kloset tertutup. Beban ribuan ton seolah diangkat dari pundaknya detik itu juga.

​Ia membaca instruksi selanjutnya: Mohon konfirmasi penerimaan tawaran ini sebelum pukul 17.00 hari ini, dan dapat mulai bergabung secepatnya.

​Nayla segera membalas email itu dengan jari yang masih gemetar bahagia: Saya menerima tawaran ini.

​Setelah membasuh muka dan merapikan diri, Nayla keluar dari toilet. Wajahnya bukan lagi wajah karyawan yang ketakutan. Wajahnya bersinar, penuh tekad.

​Ia kembali ke mejanya, membuka laci, dan mengambil selembar kertas HVS kosong. Ia mengambil pulpen, lalu menulis dengan tulisan tangan yang tegak dan rapi.

​SURAT PENGUNDURAN DIRI

​Hanya butuh lima menit untuk menulis kalimat standar itu. Nayla tidak butuh kata-kata manis. Ia melipat kertas itu, lalu berjalan mantap menuju ruangan Pak Joko.

​Tanpa mengetuk, ia membuka pintu.

​Pak Joko sedang asyik merokok sambil main game di ponselnya. Ia kaget melihat Nayla masuk lagi.

​"Apa lagi?! Udah bener printernya?"

​Nayla meletakkan kertas itu di atas meja Pak Joko, tepat di atas asbak rokoknya.

​"Ini apa?" Pak Joko mengambil kertas itu, membacanya sekilas, lalu tertawa meremehkan. "Hah? Resign? Mengundurkan diri?"

​Ia melempar kertas itu kembali ke wajah Nayla. Kertas itu melayang jatuh ke lantai.

​"Kamu pikir kamu siapa, Nayla? Mau resign dadakan? Emang kamu punya tabungan buat hidup? Janda anak satu, nenek-nenek sakit-sakitan, mau makan apa kalau nggak kerja sama saya? Di luar sana cari kerja susah! Jangan sok-sokan!" cemooh Pak Joko dengan nada yang sangat menyakitkan.

​Nayla membiarkan kertas itu di lantai. Ia berdiri tegak, menatap mata bosnya dengan tatapan yang selama tiga tahun ini ia sembunyikan—tatapan seorang wanita yang tahu harga dirinya.

​"Bapak benar, cari kerja susah. Tapi alhamdulillah, rezeki anak saya tidak pernah tertukar, Pak," jawab Nayla tenang namun menusuk. "Saya sudah diterima bekerja di tempat lain. Mulai besok saya tidak masuk. Sisa gaji saya bulan ini silakan Bapak ambil untuk perbaikan printer tua itu. Anggap saja sedekah terakhir saya untuk perusahaan ini."

​Mulut Pak Joko menganga lebar. Rokok di bibirnya nyaris jatuh. "Diterima di mana? Paling jadi admin toko kelontong!"

​Nayla tersenyum tipis. "Di Rahardian Group, Pak. Sebagai Senior Staf Admin Logistik."

​Hening.

Nama Rahardian Group adalah raja di dunia logistik. Perusahaan Pak Joko hanyalah butiran debu dibandingkan raksasa itu.

​Wajah Pak Joko berubah pucat, lalu merah padam karena malu. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Mantan karyawannya yang sering ia hina kini melompat ke level yang tak bisa ia jangkau.

​"Terima kasih untuk tiga tahun ini, Pak. Pelajarannya sangat berharga, terutama pelajaran tentang bagaimana tidak memperlakukan karyawan," ucap Nayla menutup pembicaraan.

​Ia berbalik, melangkah keluar ruangan itu dengan perasaan paling lega yang pernah ia rasakan seumur hidup. Langkah kakinya ringan, seolah ia sedang berjalan di atas awan.

​Rekan-rekan kerjanya menatapnya bingung saat Nayla mulai mengemasi barang-barangnya ke dalam kardus kecil. Foto Nando, mug, dan mukena.

​"Loh, Nay? Mau ke mana?" tanya Mbak Ratna, rekan sebelahnya.

​"Pulang, Mbak. Aku pamit ya. Aku resign," bisik Nayla sambil tersenyum lebar.

​Sore itu, Nayla tidak langsung pulang. Ia mampir ke toko mainan di pasar. Ia membeli sebuah robot plastik yang bisa berjalan dan mengeluarkan lampu—mainan yang sudah lama diidamkan Nando. Ia juga mampir ke minimarket, membeli dua kotak besar susu bubuk premium dan sekotak donat cokelat.

​Sesampainya di rumah, Nenek Ijah kaget melihat belanjaan Nayla yang banyak.

​"Ya Allah, Nduk. Kamu dapet arisan? Kok belanja banyak banget?"

​Nayla meletakkan belanjaan itu, lalu bersimpuh di kaki Nenek Ijah, memeluk lutut wanita tua itu erat-erat. Tangisnya pecah lagi, tapi kali ini tangis bahagia.

​"Nek... Nayla diterima kerja, Nek..." isaknya. "Gajinya besar... Nayla bisa bayar utang... Nayla bisa beli obat Nenek yang bagus... Nando bisa sekolah di TK yang bener..."

​Nenek Ijah mengelus kepala cucunya dengan tangan keriput, ikut menangis haru. "Alhamdulillah... Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur), Nduk. Doa orang teraniaya pasti dijawab."

​Nando yang melihat ibunya menangis berlari mendekat. "Ibu kok nangis? Ibu sakit?"

​Nayla menghapus air matanya, menarik Nando ke dalam pelukan. "Nggak, Sayang. Ibu nangis karena seneng. Lihat Ibu bawa apa?"

​Nayla mengeluarkan robot mainan itu. Mata Nando membelalak. Teriakannya memenuhi rumah kontrakan kecil itu, memecah kesunyian yang biasanya melingkupi mereka.

​Malam itu, mereka makan donat sebagai perayaan. Sederhana, tapi bagi Nayla, rasanya lebih nikmat daripada jamuan hotel bintang lima.

​Saat Nando dan Nenek sudah tidur, Nayla duduk di teras. Ia menatap langit malam Jakarta yang kemerahan. Ia teringat seseorang.

​Ia mengambil ponselnya, mencari kontak WhatsApp yang baru kemarin ia simpan.

​Mas Adit.

​Ia mengetik pesan.

​Nayla:

Assalamualaikum, Mas Adit. Maaf mengganggu malam-malam. Saya cuma mau kasih kabar, saya diterima kerja di Rahardian Group! Terima kasih banyak ya Mas, buat semangatnya tadi pagi di lift. Kata-kata Mas bener-bener bikin saya berani saat wawancara. Semoga kita bisa ketemu lagi di kantor nanti.

​Di apartemen penthouse-nya, Adit sedang duduk di sofa kulit sambil membaca buku bisnis. Ponselnya bergetar di atas meja marmer.

​Ia membaca pesan itu. Senyum lebar terukir di wajah tampannya. Senyum yang jarang terlihat oleh bawahan maupun kolega bisnisnya.

​Adit tidak membalas dengan kalimat panjang lebar. Ia hanya mengetik:

​Adit:

Waalaikumsalam. Selamat ya, Nayla. Saya yakin kamu pantas mendapatkannya. Sampai ketemu di kantor. Jangan lupa traktir saya kopi kantin kalau sudah gajian pertama :)

​Adit meletakkan ponselnya, lalu menatap pantulan dirinya di jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota.

​"Traktir kopi kantin," gumamnya pelan. "Padahal aku yang punya kantinnya."

​Ia tertawa kecil sendiri. Permainan peran ini semakin menyenangkan. Dan berbahaya.

...****************...

​Bersambung...

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!