Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Rahasia Di Balik Pintu Kamar Kenzo
Alana merasa ada rahasia besar yang sedang disembunyikan oleh Kenzo di balik pintu kamar yang selalu tertutup rapat setiap malam hari. Ketegangan di dalam kamar itu mendadak memuncak saat Kenzo tiba-tiba menarik paksa sebuah rak buku besar yang menempel di dinding hingga bergeser pelan.
Suara gesekan kayu jati dengan lantai marmer menciptakan bunyi berderit yang sangat memekakkan telinga di tengah keheningan malam yang sunyi. Sebuah pintu baja berwarna gelap kini terpampang nyata di depan mata Alana yang sedang membelalak lebar karena rasa tidak percaya yang sangat luar biasa.
"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan di dalam sana hingga ibumu sendiri pun tidak berani melarangmu, Kenzo?" tanya Alana dengan suara yang sangat bergetar hebat.
Kenzo tidak segera menjawab melainkan hanya menatap pintu baja tersebut dengan pandangan yang sangat kosong sekaligus penuh dengan luka yang mendalam. Dia merogoh saku jasnya untuk mengambil sebuah kunci kecil berwarna perak yang tampak sudah sangat tua dan penuh dengan goresan halus.
"Masuklah dan lihat sendiri bagaimana keluarga Alfarezel yang sangat agung ini menyembunyikan sisi paling kelam mereka darimu," bisik Kenzo dengan nada suara yang sangat parau.
Alana melangkah perlahan mengikuti Kenzo masuk ke dalam ruangan yang ternyata hanya diterangi oleh sebuah lampu gantung yang sangat redup dan berdebu. Aroma obat-obatan yang sangat menyengat dan hawa dingin yang menusuk tulang segera menyambut kedatangan Alana hingga dia merapatkan pelukannya pada perut sendiri.
Di tengah ruangan itu terdapat sebuah ranjang medis yang dikelilingi oleh berbagai macam alat pemantau detak jantung yang masih menyala dengan bunyi yang teratur. Alana menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melihat sosok wanita yang terbaring sangat lemah dengan selang bantuan pernapasan yang menutupi separuh wajahnya.
"Siapa wanita ini dan kenapa dia disembunyikan di dalam ruangan rahasia yang sangat terpencil seperti ini?" seru Alana sambil mencoba menahan isak tangis yang mulai meledak-ledak.
Kenzo berjalan mendekati ranjang tersebut lalu menyentuh jemari wanita yang sudah sangat kaku itu dengan gerakan yang terlihat sangat lembut namun sangat penuh dengan rasa penyesalan. Dia menoleh ke arah Alana dengan mata yang kini mulai memerah akibat menahan air mata yang sudah lama dia bendung di dalam hatinya yang beku.
"Dia adalah alasan kenapa ibuku menjadi sangat terobsesi pada keturunan dan kenapa aku terpaksa menjebakmu ke dalam mansion ini," jawab Kenzo dengan suara yang hampir menghilang.
Alana merasa dunianya seolah sedang berputar sangat cepat saat menyadari bahwa wanita yang terbaring koma itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan dirinya sendiri. Rasa pusing yang luar biasa hebat mulai menyerang kepala Alana hingga dia harus berpegangan pada pinggiran meja besi yang sangat dingin untuk tetap bisa berdiri tegak.
Keadaan menjadi semakin mencekam saat tiba-tiba alat pemantau detak jantung di samping ranjang mengeluarkan bunyi peringatan yang sangat nyaring dan terus-menerus. Kenzo seketika panik dan segera melakukan tindakan darurat namun pintu baja di belakang mereka mendadak tertutup rapat secara otomatis dari arah luar.
"Seseorang sedang mencoba membunuh kita berdua di dalam ruangan ini, Kenzo, tolong buka pintunya sekarang juga!" teriak Alana dengan kepanikan yang sudah mencapai puncaknya.
Kenzo mencoba memasukkan kunci peraknya berkali-kali namun lubang kunci tersebut tampak seperti sudah disabotase agar tidak bisa dibuka dari arah dalam sama sekali. Alana melihat asap putih mulai keluar dari lubang udara di atas plafon dan membuat napasnya terasa sangat sesak seolah pasokan oksigen sedang dikuras habis.
Alana jatuh tersungkur di atas lantai sambil terbatuk-batuk hebat sementara pandangannya mulai kabur akibat pengaruh gas misterius yang memenuhi ruangan sempit tersebut. Dia sempat melihat bayangan seseorang dari balik jendela kecil pintu baja sebelum akhirnya segalanya berubah menjadi kegelapan yang sangat pekat dan sangat sunyi.
Dalam kondisi antara sadar dan tidak, Alana merasakan sebuah tangan kasar menarik tubuhnya menjauh dari jangkauan Kenzo yang juga mulai kehilangan kesadaran. Seseorang telah menyiapkan tes medis rahasia yang akan menentukan takdir janin di dalam kandungan Alana tanpa sepengetahuan sang penguasa Alfarezel itu sendiri.