NovelToon NovelToon
Garis Batas Keyakinan

Garis Batas Keyakinan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Percintaan Konglomerat / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: blcak areng

Indira mengagumi Revan bukan hanya karena cinta, tetapi karena kehormatannya. Revan, yang kini memeluk Kristen setelah melewati krisis identitas agama, memperlakukan Indira dengan kehangatan yang tak pernah melampaui batas—ia tahu persis di mana laki-laki tidak boleh menyentuh wanita.

​Namun, kelembutan itu justru menusuk hati Indira.

​"Untukku, 'agamamu adalah agamamu.' Aku tidak akan mengambilmu dari Tuhan-mu," ujar Revan suatu malam, yang di mata Indira adalah kasih yang dewasa dan ironis. Lalu ia berbisik, seolah mengukir takdir mereka: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

​Kalimat itu, yang diambil dari Kitab Suci milik Indira sendiri, adalah janji suci sekaligus belati. Cinta mereka berdiri tegak di atas dua pilar keyakinan yang berbeda. Revan telah menemukan kedamaiannya, tetapi Indira justru terombang-ambing, dihadapkan pada i

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alibi dari Sahabat Karib

​​Aku tahu, jika aku ingin sukses melaksanakan misi rahasia ini, aku butuh bantuan. Dan tidak ada yang lebih bisa kupercaya, selain Neli dan Imel. Mereka adalah saksi bisu dari awal mula hubunganku dengan Revan, dan mereka mengerti setiap lekuk rumit di antara kami.

​Aku mengirim pesan ke grup chat kami, meminta bertemu segera di kafe dekat kampus. Aku memastikan untuk memilih tempat yang low profile, jauh dari jangkauan mata Ayah yang mungkin tiba-tiba lewat.

​Lima belas menit kemudian, Neli dan Imel sudah duduk di depanku, ekspresi mereka penasaran.

​"Ada apa, Ra? Kamu kelihatan tegang sekali. Revan menelepon lagi?" tanya Neli, langsung ke intinya.

​"Lebih parah dari telepon. Aku butuh bantuan kalian," bisikku, merapatkan diri ke meja.

​Aku menceritakan semua: sidang dari Ayah setelah Maghrib, vonis larangan mengunjungi rumah Revan, dan janjiku pada Revan untuk tetap menemui Mami Revan akhir pekan ini.

​Neli, yang biasanya paling bersemangat, justru yang pertama kali terlihat khawatir. "Ya Tuhan, Indira! Kamu serius mau menentang Om Bimo? Kamu tahu Ayahmu itu keras kalau sudah menyangkut agama."

​"Aku tahu, Nel. Tapi ini bukan tentang Revan. Ini tentang Mami. Mami tidak bersalah. Dia rindu padaku. Ayah menggunakan larangan ini untuk memisahkan aku sepenuhnya dari keluarga Revan. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."

​Imel mengambil alih. Ia jauh lebih strategis. "Oke. Kalau begitu kita butuh alibi yang sempurna. Rencanamu bagaimana?"

​Aku mengeluarkan skema yang kubuat bersama Revan. "Aku akan bilang pada Ayah dan Bunda bahwa aku akan menghabiskan sore di rumah Neli untuk mengerjakan tugas filsafat, lalu kita akan pergi ke toko buku untuk mencari referensi yang kubilang tadi pagi."

​Neli mengernyit. "Tapi itu bohong, Ra."

​"Setengah bohong, Nel. Aku memang akan ke toko buku, dan aku memang akan mampir ke rumahmu. Tapi hanya sebentar. Di tengah-tengah waktu itu, Revan akan menjemputku untuk pergi ke rumahnya, bertemu Mami, dan langsung mengantarku kembali ke rumah Neli."

​Imel memutar-mutar sedotan di gelasnya. "Ini berisiko tinggi. Jika Ayahmu tiba-tiba menelepon ke rumah Neli, Neli harus siap sedia. Dan bagaimana kalau Ayahmu menanyakan hasil diskusi filsafat kita?"

​"Aku sudah siapkan jawabannya, Imel. Aku akan meminjam beberapa buku filsafat dari perpustakaan kampusmu. Kita hanya perlu pura-pura membahasnya sebentar di rumah Neli, sebagai persiapan alibi."

​Neli menghela napas. "Baiklah. Demi Mami. Aku juga rindu masakan rendang yang kalian buat. Tapi kamu harus janji, Ra. Tidak boleh ada yang melenceng sedikit pun dari rencana. Ini menyangkut kepercayaan Om Bimo, dan juga reputasi kami berdua."

​"Aku janji, Nel. Aku janji."

​"Aku akan mengatur jadwal. Aku akan memberitahu supirku kalau aku akan pulang lebih malam dari biasanya. Jika Ayahmu menelepon, aku akan memastikan semua terdengar normal," kata Imel, menunjukkan sisi militannya.

​Neli kemudian meraih tanganku dan Imel. "Kita bertiga sudah melewati banyak hal. Masalah Revan ini memang yang terberat, tapi kita hadapi bersama. Hanya untuk Mami, dan hanya untuk menjaga kewarasan Indira."

​Kami tertawa getir. Di tengah konflik agama, larangan keluarga, dan Garis Batas yang membingungkan, aku beruntung memiliki dua sahabat yang bersedia ikut menari di atas kawat tipis bersamaku.

1
Suyati
cakep bunda nasehatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!