NovelToon NovelToon
Diamnya Melati

Diamnya Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Pelakor jahat / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Raina Syifa

Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻

IG : raina.syifa32

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Sandra duduk di ruang tamu dengan kedua tangan terlipat di dada, matanya menatap bergantian setiap gerak-gerik Revan dan Melati yang duduk bersebelahan namun tampak canggung. "Kalian berdua kenapa sih? Mama liat sejak kemarin pada diem-dieman gini? Kalian puasa bisu?" ucapnya dengan nada gemas, suara serak menyimpan rasa jengkel.

Revan cepat menggeleng, senyum kaku terpasang di bibirnya, sambil mengacungkan dua jarinya seperti ingin meyakinkan. "Nggak ada apa-apa, Ma, sumpah!" suaranya terdengar agak terburu-buru, matanya sempat melirik ke arah Melati yang duduk di sampingnya.  "Iya kan sayang?"

Melati menundukkan kepala sebentar, lalu mengangguk pelan, bibirnya bergetar sedikit sebelum berkata lirih, "Iya, Ma, kami baik-baik aja." Namun, ada sesuatu yang mengganjal disembunyikan dari suaranya.

Sandra menyipitkan mata, wajahnya berubah serius, kedua alisnya berkerut dalam, penuh tatapan selidik yang menusuk ke dalam jiwa keduanya. 

"Yakin nggak ada apa-apa?" tanyanya perlahan, suaranya kini lebih rendah tapi penuh arti, seolah menuntut kejujuran.

Revan melempar pandang ke arah istrinya, sedangkan wanita itu mengalihkan wajahnya menghindari tatapan Revan. "Iya, nggak ada apa-apa mama," ucapnya.

"Trus kenapa tiba-tiba kamu minta pulang ke Jogja nak?" Tanya Sandra tertuju pada menantunya, Melati.

"Ya...kangen aja sama bunda, sudah hampir 7 bulan lho kita nggak ke Jogja, terakhir lebaran tahun ini." Jawab Revan.

Sandra menatap anak lelakinya dengan mata yang dengan tajam, lalu dengan suara dingin menghela napas, "Mama nggak nanya sama kamu, karena mama tau kamu pasti bohong!" ucapnya pedas.

 Melati meremas jemarinya dalam-dalam, senyum kecut terlukis samar di bibirnya. Dalam hati, ia berkata, "Mama yang melahirkan dan membesarkan kamu aja susah percaya, apalagi aku." 

 Sedangkan Revan, pria tampan itu hanya terdiam. Bibirnya rapat tertutup, menahan beban rahasia besar yang menghantuinya—tentang Dewi. Perempuan itu, yang terpaksa menjadi janda muda karena kesalahan fatal di tambah Dewi hamil muda, terus membuat rasa bersalahnya membuncah, ia tak hanya mengikat wanita itu janda melainkan anak yang dikandungnya pun tak memiliki sosok pelindung. Dan ia harus bertanggung jawab emhan semua itu.

Kadang, pengaruh Dewi begitu kuat sampai Revan lupa ada istri dan anak yang menunggu di rumah.

"Baiklah kalau kalian nggak menyembunyikan masalah apa-apa, mama bersedia jagain anak kalian, kalian boleh pergi ke Jogja."

Senyum Melati merekah di bibirnya, tapi matanya tak sepenuhnya ikut bersinar. Revan menatap tajam wajah istrinya, mencoba membaca apa yang tersembunyi di balik senyum itu. "Kayaknya kamu bahagia banget, sayang," katanya sambil menyunggingkan senyum.

Melati mendelik sejenak, lalu senyumnya mengendur. "Namanya juga mau ketemu orang tua, masa nggak bahagia, Mas?" jawabnya dengan nada datar, sedikit dingin.

Revan menggeleng pelan, lalu mengusap bahu Melati dengan lembut. "Aku cuma berharap, setelah ketemu Ayah dan Bunda, kamu bisa jauh lebih ceria lagi."

Melati menarik napas, lalu menatap mata suaminya. "Emang aku keliatan sedih ya, Mas?"

Revan tersenyum, "Nggak juga sih, cuma akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam. Nggak kayak biasanya yang bawel mulu."

Melati memicingkan mata, hatinya bergejolak, tapi ia hanya membalas dengan senyum tipis, mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya.

***

Revan dan Melati berdiri di tengah hiruk-pikuk bandara. Ayana yang digendong Melati mulai gelisah, tubuh kecilnya terus bergerak, seolah tak betah berdiam lama. "Sini, aku saja yang gendong. Kayaknya kamu mulai kerepotan," kata Revan sambil mengulurkan tangan.

 Namun, sebelum Melati menyerahkan putrinya, deringan ponsel yang tiba-tiba membuyarkan suasana. "Bentar, sayang. Ayah angkat telepon dulu," ujar Revan sambil merogoh ponselnya dari saku.

Melati menarik napas panjang, matanya mencurigai ponsel yang terus bergetar itu. Ia mendengus kecil, “Jangan-jangan Dewi lagi,” batinnya dengan sinis.

Suara Revan memecah kesunyian di antara keramaian saat ia menekan tombol panggil dan menyebut, "Abah." Kata itu terdengar lirih tapi jelas, menusuk rasa di hati Melati.

Jantungnya berdetak kencang, dada sesak tanpa sebab yang jelas. “Abah? Siapa Abah?” pikirnya tatapannya penuh curiga.

“Sayang, mas terima telepon dulu, ya,” Revan berkata sambil melangkah menjauh, menyingkir dari kerumunan.

Melati mengerutkan dahi, suara dalam dirinya menuntut jawaban, “Kenapa mas harus menjauh, di sini kan bisa ?”  celetuk Melati, Revan melihat sekilas dan beranjak pergi sambil mengangkat tangan dengan isyarat agar Melati diam.

Revan memilih berdiri di sudut terminal yang lebih sepi, menjauh dari hiruk-pikuk orang-orang yang berlalu-lalang. Melati terdiam, terpaku dalam keheningan yang membuat rasa curiga dan was-was semakin mendesak di dadanya.

Revan menunduk pelan, suara  terdengar lirih di ujung telepon. “Ada apa, Abah?” bisiknya, mata sekilas mengintip ke arah istrinya yang tengah sibuk menenangkan Ayana yang menangis.

 Suara Abah dari telepon menggetarkan hatinya, “Dewi, nak Revan, dia nggak mau makan sejak kemarin. Abah takut sesuatu terjadi sama bayinya. Apa nak Revan bisa ke Bandung hari ini juga?”

 Revan menghela napas, matanya melihat sekilas istrinya sekali lagi. “Maaf, Abah. Saya sekarang sedang di bandara, hari ini harus antar istri ke Jogja.” 

Jantungnya serasa sesak mendengar kekhawatiran Abah. “Tapi, nak Revan, Abah takut kalau terjadi sesuatu pada bayinya...” suara Abah terpotong, berat.

 “Tolong kasih teleponnya ke Dewi. Saya  yang akan bujuk dia,” ujar Revan cepat.

 Beberapa detik kemudian, suara manja terdengar dari seberang sana. “Aa, Revan?”

 “Iya, Wi. Ini aku,” jawabnya lembut tapi tegas.

 “ Tolong Wi kali ini dengerin aku, jangan pernah membahayakan dirimu sendiri, pikirkan bayi yang kamu kandung, dia butuh asupan nutrisi dari kamu, kalau kamu nggak makan bayi kamu mau makan apa?”

 “Aku mau makan, asal Aa Revan datang ke sini,” Dewi merengek, suaranya penuh harap.

Revan menarik napas panjang sebelum menjawab di telepon. "Kalau sekarang aku nggak bisa, Wi. Besok aku usahakan, aku harus antar istriku ke Jogja." 

 Di seberang telepon, wajah Dewi yang tadi terlihat murung perlahan berubah cerah. "Ke Jogja ya? Wah, berarti Aa Revan bisa lebih lama tinggal di Bandung, dong?" 

 Revan menahan senyum kecut. "Ya nggak juga, Wi. Aku masih harus kerja." 

 Dewi malah menimpali dengan nada menggoda, "Kan Aa Revan bos, boss itu harusnya santai di rumah, nggak harus ke kantor, kan, aa?"

Revan mengerutkan dahi, suara Dewi yang manja di ujung sana mulai terasa menyebalkan, tapi ia hanya bisa tersenyum getir. Dia tahu, kadang melawan justru membuat suasana makin rumit. Jadi, ia memilih diam dan mengalah.

Suara Revan mulai serak, "Aku mohon makan ya, Wi. Kalau kamu masih ngeyel, jangan harap aku ke Bandung lagi." 

 Dewi di ujung sana tertawa kecil, "Baiklah Aa, tapi ada syaratnya." 

 Revan mengerutkan alis. "Apa? Kalau aku bisa memenuhinya aku akan turuti."

 " Gampang kok aa cuma bilang kangen," goda Dewi. 

 Hening sesaat membuat Revan terdiam, matanya menatap kosong. Melihat diamnya, Dewi segera mendorong, "Ayo A, kenapa diam? Ya udah aku nggak mau makan!" 

 Revan menghela napas panjang, dada terasa sesak. "Iya," jawabnya pelan. 

 "Iya apa, Aa?" tanya Dewi dengan nada penuh harap.

 "Kangen."

Terdengar tawa Dewi yang meledak kegirangan, "Aku tunggu kedatanganmu besok, Aa!" 

 Revan mematikan telepon, memasukkan ponselnya ke saku celana, lalu berjalan mendekati Melati yang sedang duduk tak jauh dari situ. 

 "Siapa?" tanya Melati dengan sorot mata ingin tahu. 

 "Dari kantor," Revan jawab singkat, mencoba menutup sedikit senyum yang tersisa di bibirnya.

Melati mengangkat alis, setengah bercanda, "Emang ada karyawan kantor yang manggil kamu 'Abah'?"

1
NH..8537
bicara langsung sj mel..biar masalah..nya cpt clear.. kasihan anak" mereka jg butuh perhatian orang tua..nya.. tetap semangat ya kak 💪 makasih dan di tungguin slalu next..jya👍🙏
amelia lia
ayooo thor buat melati ngomong donk lama banget si. terlalu bertele tele di sini. sementara klau di frizo semua satset cepat ketahuan🤭🤭🤭
Sasikarin Sasikarin
skip dulu tgu 10 bab. terlalu lelet pergerakan melati nya.
siti maesaroh
mksih kk raina😍😍semngt kk
siti maesaroh
ayo lah mel lngsung cerita aja disaat ini pas waktunya dg terkejutnya revan km bisa memulainya dan revan pasti akan terpancing nah kalian bisa cari.solusinya
revan pulsa jgn sembunyikan lg msalah ini terlalu besar urusannya jika km brbohong terus walau dg dalih g mau nyakitin melati ,justru ini mlh buat melati salah pham yg ahirnya bikin km rugi van
siti maesaroh
udahlh mel jika km emng tersakiti sm revan pilih jln terbaik aja ,revannya jg g bisa tegas sm prempuan lain embg ada ya musibah trus dituduh membunuh suaminya korban, emng revan g bisa bedain apa dr gelagat dewi yg mnfaatin dia dsar g peka bngt.
siti maesaroh
nah km jg ngulur waktu mel tinggl cerita aja apa susahnya udah bner mertua ksih sran siapa tahu bs bntu, udah tahu mslh rumh tnggamu bgitu ,g mau crita
siti maesaroh
terudlh brbohong van sampai km mnemukn kehancuranmu, hubungan didasari dg kebohongan itu g bakal kekal, udah brkluarga kok msih brbohong bner" aneh jln pikiranmu van, mksih kk thor updtenya
amelia lia
bagus banget.. aku suka baca nya krn nyambung terus. awal nya aku baca di sebelah. trus nyambung cerita melati di sini 😊
amelia lia
udah Mel pergi aja sejauh mungkin biar si revan kalang kabut nyariin kamu. biar kyk orang stress dia. krn udah gak jujur sm kamu. 💪💪💪💪
NH..8537
makasih ya kak msh sempatin unt up..walau badan msh kurang fit🥹smg Kaka cepat sembuh... semangat trusss kak💪🙏😘
Mamahnya Rayhan
sehat sehat selalu ya Thor
Mamahnya Rayhan
bagus mel
NH..8537
trus semangat ya kak 💪 makasih sdh up👍🙏smg Kaka sehat slalu😘
NH..8537: gpp kak.. emang cuaca lg gak bersahabat..smg Kaka cepat sembuh yaaa🥹
total 2 replies
NH..8537
sabar mel🥹 km hrs tegas..biar keadaan gak berlarut"..🥹ayo semangat buat menyelesaikan semua.. kasihan anak"..mu
D.Nafis Union
terlalu panik, sampe gk fokus dg kata² dokternya, sampe mana kesalahpahaman ini betakhir, 😥
NH..8537
sabar mel..ingat anak"..mu jgn terlalu fokus sm Revan Krn dari awal dia sdh gak mau jujur..tinggal pergi sj dg anak"..mu biar dia sadar telah salah langkah selama ini🥹 makasih kak Raina 🙏 slalu di tungguin next..nya👍💪😘
siti maesaroh
selamat pg kk raina mksih updatenya jgn lupa part slnjutnya 💪💪
Raina Syifa: maaf ya updatenya lama🙏🙏
total 2 replies
siti maesaroh
klo bisa melati kg jgn trlalu nyerah cari tahu lbih dalam klo cuma sampe situ sj kan blum tau kbenrannya jg.km hrus mikir jernih mel,
siti maesaroh
alah terserah km van terusin aja rasa bersalah km ke dewi, km g punya jg rasa berslh ma melati apa" ada msalah diam, melati jg apapun diam yaudah mau berantakan jg rumh tnggamu,
sebgai lelaki kok g punya pendirian heran deh sm tingkahnya kmu van, harusnya tu ngobrol baik" sm melati biar g da salah paham suka sekali trjd slh pham ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!