Sinopsis:
Dulu, ia adalah seorang jenderal setia yang hidup dan mati di medan perang. Tak pernah terpikir olehnya, jiwanya akan terbangun dalam tubuh penguasa paling ditakuti — Kaisar Tiran, Ethan Lazarus Gilardio.
Kejam, tanpa belas kasihan, dan dibenci rakyatnya, sang Kaisar ditakdirkan untuk hancur. Namun kini, dengan hati seorang prajurit dan kebijaksanaan seorang panglima, ia harus menapaki jalan kekuasaan dan intrik sebagai pemimpin sebuah kekaisaran.
Namun tantangan terbesarnya bukanlah takhta itu sendiri, melainkan wanita yang duduk diam di sisinya — sang Permaisuri, istri yang lama diabaikan dan tak pernah dicintai.
Dihantui oleh dosa-dosa sang Kaisar dan digerakkan oleh kehormatannya sendiri, sang jenderal yang terlahir kembali bersumpah untuk melindunginya, merebut hatinya, dan menulis ulang takdir sang tiran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paman Viin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.8
"Jadi bocah itu kesulitan ya??" Ejek Ethan.
Ia mengetahui kesulitan yang dialami Luis lewat salah satu anggota bulan sabit. Luis pun diawasi karena ia merupakan bangsawan sekaligus pemegang jabatan di Kekaisaran.
"Awasi saja dan juga bantu dia sedikit menemukan hal yang bisa membantunya dalam kasus ini."
"Baik, Tuan."
Wushhhh
Pria berjubah hitam dan bertopeng itu sudah pergi seperti angin dari sana. Dia adalah salah satu anggota Pasukan Bulan Sabit yang ditugaskan mengawasi Luis.
"Frederick!!!" Panggil Ethan.
Frederick tergesa-gesa masuk ke ruang kerja Ethan.
"Saya, Yang Mulia." Jawab Frederick membungkukkan badannya.
"Siapkan pedang dan kudaku!!"
"Tapi anda akan kemana, Yang Mulia??" Tanya Frederick curiga.
"Turuti saja perintahku!" Tegas Ethan.
Frederick mengangguk dan pergi dari sana. Ethan mengganti jubah Kekaisaran yang ia pakai menggunakan pakaian santai.
Ia pun keluar dari ruang kerja dan melihat kudanya sudah ada diujung lorong ruang kerja yang mengarah ke luar. Frederick memberikan pedang Ethan dengan hormat.
Ethan mengambilnya dan menaiki lalu memacu kuda kesayangannya.
"Hiahh!!!"
Kuda melesat setelah tali kekangnya dilecutkan. Ethan menunggangi kudanya. Ditengah jalan, ia melihat Jesselyn, Permaisurinya sedang berjalan bersama para Pelayannya.
Ethan tersenyum tipis lalu memacu kudanya cepat. Marry yang melihat penunggang kuda mendekat dengan cepat terkejut.
"Yang Mulia, awas!!!!" Teriak Marry panik.
"Ada ap---- ahhhhhhhh!!!" Teriak jesselyn saat tubuhnya terangkat dan berakhir di pangkuan si penunggang kuda.
Di belakang, Marry dan para Pelayan sudah berteriak dan menangis mengira ini penculikan. Namun saat melihat warna kudanya, mereka menghela napas lega.
Kuda hitam besar itu hanya dimiliki Kaisar seorang tak ada lagi yang memilikinya. Jesselyn meronta dan memukul pelan dada penunggang kuda.
"Ah, sakit!! Permaisuri, apa salahku??" Keluh Ethan sembari masih memacu kudanya.
Jesselyn menghentikan pukulannya setelah mendengar suara dan melihat wajah Kaisar yang tepat ada di depan mukanya.
"Y-yang M-mulia!! Kenapa anda menculikku??" Tanya Jesselyn panik.
"Hahahah, orang bodoh mana yang akan menyebutku penculik saat membawa Istriku??" Gelak Ethan.
Wajah Jesselyn memerah. Niatnya hanya ingin mengecek rakyatnya, malah membuatnya membawa serta Istrinya.
"Turunkan dan lepaskan aku, Yang Mulia!!" Pinta Jesselyn. Ia bertekad tak akan tergoda begitu cepat dan akan membiarkan Ethan meyakinkannya dulu.
"Tak mau. Aku tak ingat kapan kita punya momen intim sebagai sepasang Suami Istri. Diamlah saja!!" Ucap Ethan.
Ia melepaskan satu tangannya dari tali kekang dan memeluk tubuh mungil Istrinya. Ethan dengan sengaja memacu kudanya lebih cepat menggunakan satu tangannya.
Jesselyn yang takut dengan reflek memeluk leher Ethan membuat Ethan tersenyum puas menatap Istrinya.
Jesselyn yang tau senyuman licik Ethan merasa dibodohi. Disatu sisi ia memang nyaman dipelukan Ethan namun disatu ia tidak mau tergoda begitu cepat dan malu saat para penduduk Istana yang lain melihat dan membicarakannya saat kuda Ethan melewati mereka menuju gerbang Istana.
Jesselyn pun akhirnya pasrah dan menikmati momen ini. Ethan semakin lebar senyumnya saat melihat Jesselyn yang akhirnya diam. Ia semakin mengeratkan pelukannya.
"Sebenarnya kita akan kemana, Yang Mulia??" Tanya Jesselyn karena mereka sudah meninggalkan Istana.
"Aku ingin melihat kehidupan di Kekaisaranku seperti apa. Sepertinya kau harus mengganti pakaianmu, Permaisuri." Ucap Ethan.
Jesselyn hanya mengangguk. Mereka berkuda hingga sampailah ke kediaman atau mansion Viscount Barry.
Mereka disambut Viscount Barry, keluarganya dan para pekerja kediaman Barry yang sudah dikabari Ethan sebelumnya.
Mereka berlutut dan menundukkan kepala saat melihat kuda hitam Ethan mendekat.
"Selamat datang di kediaman kecil kami, Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri." Ucap Viscount Barry.
Ia sebetulnya terkejut karena melihat Ethan yang berkuda tanpa pengawalan dan sambil memangku Jesselyn.
Ethan turun melompat dari kudanya sambil tetap menggendong bridal style Jesselyn. Ia pun menurunkan Jesselyn.
"Lupakan formalitas, Viscount. Aku kesini untuk menitipkan kuda dan meminta sedikit bantuanmu." Ucap Ethan.
"Apa yang bisa saya lakukan, Yang Mulia??" Tanya Viscount Barry.
"Dandani Istriku seperti pedagang biasa. Buat dia sederhana seperti aku!" Ucap Ethan.
"Maaf menyela, Yang Mulia. Urusan itu biar Yang Mulia serahkan pada saya dan anak saya."
Seorang wanita berucap. Dia adalah Istri Viscount Barry. Viscountess Lila dan Putrinya.
"Baik, aku serahkan padamu." Ucap Ethan.
"Mari, Yang Mulia Permaisuri."
Viscountess Lila mengajak Jesselyn masuk. Jesselyn tersenyum dan mengikuti langkah dari Viscountess Lila. Sementara Ethan bersama Viscount Barry menuju ruang kerja Viscount Barry.