Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Memasak Lobster
Malam ini, Lilia memutuskan untuk mengambil alih tugas memasak di rumah, dan melarang ibunya memasak. Dia ingin memasak lobster air tawar yang Pak Wawan bawa tadi sore, sekaligus menunjukan pada ibunya kalau masakan lobster yang akan dia jual besok pasti laku dan disukai semua orang.
Lilia dengan percaya diri memasuki dapur, sementara ibunya duduk di meja makan dengan rasa penasaran. Meskipun tidak percaya pada ucapan dan keahlian anaknya, tapi Bu Ayu tetap memberikan kesempatan.
"Bu, kenapa duduk di sini? Mana Lilia?" tanya Pandu, yang baru sampai di rumah.
"Nak Pandu mandi saja dulu. Lilia sedang masak di dapur," jawab Bu Ayu.
"Lilia memasak? Sudah setahun kami menikah dan ini pertama kalinya Lilia memasak." Pandu melongo. "Kata warga desa Lilia sudah membayar semua hutangnya, itu benar Bu?" tanya Pandu lebih lanjut.
Bu Ayu mengangguk. "Aku senang Lilia membuktikan ucapannya, dia sudah berubah," kata Pandu lagi.
"Semoga dapur tidak meledak olehnya," ucap Bu Ayu, sedikit khawatir.
"Apa perlu aku bantu, Bu?" tawar Pandu.
"Tidak perlu, Nak Pandu. Ibu mau lihat, apa dia bisa memasak, atau hanya omong kosongnya saja." Bu Ayu kenal betul putrinya, jangankan memasak, bumbu dapur saja Lilia tidak tau. Sering Bu Ayu mengajar anaknya, tapi Lilia terlalu malas belajar.
Pandu terdiam. Setelah dia pikir, benar kata mertuanya. Pandu pun tidak jadi masuk ke dapur membantu Lilia. Dia pergi ke kamar untuk mandi.
Sementara itu di dapur, Lilia sedang memanggil sistem. "Taro, berikan aku bumbu dapur kualitas tinggi!" titah Lilia.
"Silahkan pilih nona, semua bumbu tersedia," jawab Taro. Sistem memperlihatkan persediaan bumbu yang ada di ruang ajaib pada Lilia. Sebagai agen rahasia wanita yang hebat di dunia modern, Lilia terbiasa memasak sendiri. Karena jika mengharapkan makanan dari orang lain, mereka takut diracuni. Makanan adalah salah satu senjata mematikan untuk agen rahasia seperti mereka. Mereka harus waspada dengan makanan apapun.
"Daun ketumbar, daun bawang, cabai merah, minyak wijen, garam, lada dan jahe." Lilia kemudian mengklik di gambar bumbu dapur yang dia pilih. Dengan cepat bumbu dari ruang ajaib berpindah ke dapurnya. "Satu lagi, blendernya!" tambah Lilia.
"Nona mau masak apa?" tanya Taro dengan penasaran.
"Stik lobster," jawab Lilia. Karena semua bumbu sudah tersedia, dia pun mulai memasak.
"Besok nona menjual masakan udang lobster yang bagaimana?" tanya Taro lagi, dengan penasaran.
"Rahasia, lihat saja besok," jawab Lilia.
Dengan keahlian yang luar biasa, Lilia mengolah lobster air tawar menjadi stik lobster yang lezat dan menggugah selera. Pertama-tama, dia mengukus lobster setengah matang, lalu mengangkat dan membelahnya di area tengah badan lobster, tapi tidak sampai putus. Langkah ini dilakukan dengan hati-hati dan presisi, sehingga lobster tetap terlihat menarik dan siap untuk diolah lebih lanjut.
Selanjutnya, Lilia membuat bumbu halus dengan blender, menggabungkan berbagai bahan yang segar dan berkualitas. Setelah di blender, bumbu halus ditumis sampai harum, mengeluarkan aroma yang menggugah selera dan membuat siapa saja yang menciumnya tidak bisa menahan diri untuk tidak mencicipinya. Bau harum bumbu halus yang sedang di tumis menyebar di setiap sudut rumah, membuat Pandu dan Bu Ayu penasaran tentang masakan apa yang sedang Lilia masak.
Lobster yang sudah dikukus kemudian dicelupkan ke dalam bumbu halus, sebelum akhirnya dipanggang sampai matang. Sambil menunggu lobster matang, Lilia kembali membuat bumbu untuk disiram di atas lobster yang sudah masak nanti. Semua perbumbuan dipotong dadu dengan rapi, lalu ditumis kembali dengan menambah sedikit air.
Setelah lobster matang, Lilia menyiram bumbu tumis di atasnya, membuat aroma yang semakin harum dan menggugah selera. Bau masakan yang lezat ini tidak hanya menyebar di dalam rumah, tapi juga tercium ke rumah tetangga, membuat mereka bertanya-tanya tentang siapa yang memasak makanan seharum ini malam-malam begini. Dengan keahlian memasak yang luar biasa, Lilia telah menciptakan sebuah mahakarya kuliner yang tidak hanya lezat, tapi juga memanjakan indra penciuman.
Lilia membawa keluar masakannya, untuk disajikan diatas meja makan. Pandu dan Bu Ayu meneguk liur mereka. Tampilan makanan yang Lilia sajikan bukan hanya harum, tapi juga indah. Membuat siapa saja yang melihat tidak tega untuk memakannya.
"Ini udang yang tadi sore?" tanya Bu Ayu dengan penasaran.
"Ini udang hama?" tanya Pandu.
"Udang ini sangat lezat, baunya saja sangat harum. Silahkan di cicipi," jawab Lilia, dengan bangga.
"Tidak beracun?" tanya Bu Ayu lagi, dia sedikit takut mencicipinya, walaupun bau masakan itu sangat harum.
"Kalau kalian tidak percaya, biar aku yang cicipi lebih dulu," kata Lilia, menawarkan diri untuk mencicipi udang itu lebih dulu, untuk meyakinkan ibu dan suaminya bahwa masakannya aman dan lezat. Dengan percaya diri, dia mengupas udang dan memakannya, menikmati rasa yang luar biasa.
Mereka menonton dengan saksama saat Lilia menikmati udang, dan tidak menemukan tanda-tanda keracunan atau reaksi negatif lainnya. Sebaliknya, Lilia terlihat sangat menikmati masakannya, dan itu membuat ibu dan suaminya semakin penasaran. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencicipi udang itu juga, dan tidak sabar untuk mengetahui apakah rasa yang Lilia katakan benar-benar ada.
Saat Bu Ayu dan Pandu mencicipi udang yang dimasak oleh Lilia, mereka langsung terdiam dan mata mereka berbinar dengan takjub. Rasa udang yang luar biasa dan aroma yang harum membuat lidah mereka sangat dimanjakan. Mereka tidak bisa berkata-kata, hanya menikmati kelezatan masakan itu.
"Enak sekali," ucap Pandu akhirnya, dengan suara yang penuh kekaguman. Bu Ayu juga tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, "Tidak pernah ibu memakan udang seenak ini sebelumnya," pujinya.
Pandu memandang Lilia dengan bangga, "Istriku pandai sekali memasak," pujinya, sambil tersenyum pada Lilia. Mendengar pujian Pandu, dan untuk pertama kalinya menyebutnya "istriku", membuat pipi Lilia memerah dengan rasa bahagia dan malu-malu. Dia merasa bahwa Pandu benar-benar menghargai dan mengakui keahliannya memasak, dan itu membuatnya merasa lebih dekat dengan suaminya.
Lilia tersenyum bahagia, merasa bahwa semua usahanya memasak udang itu terbayar. "Makanlah sepuasnya. Aku buat banyak," jawab Lilia dengan bahagia. Dia senang ibu dan suaminya puas dengan masakannya.
"Kamu juga harus makan. Oh ya, masakan ini yang mau kamu jual besok di kota?" tanya Bu Ayu, bicara sambil makan.
Lilia mengangguk. "Aku ingin menghasilkan uang. Aku bosan di rumah terus," jawab Lilia.
"Biar aku yang mengantarmu besok ke kota," tawar Pandu. Dia menghargai perubahan Lilia yang mau bekerja, sudah tidak bermalas-malasan seperti dulu.
"Tidak perlu, kak Pandu pasti banyak pekerjaan!" tolak Lilia dengan halus.
"Besok aku ada urusan di markas pusat. Jadi sekalian mengantar kamu."
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih Kak Pandu," ucap Lilia.
Saat mereka sedang asyik makan, para tetangga tiba-tiba mengetuk pintu rumah. Bu Ayu yang baru saja menyelesaikan makannya berdiri, membukakan pintu. "Bu Ayu, kami mencium bau harum dari rumah kalian. Kalian sedang masak apa? Boleh dong bagi-bagi resep?" kata salah satu tetangga.
Bu Ayu mempersilahkan mereka masuk. Mereka melihat Pandu dan Lilia masih berada di meja makan dengan hidangan Lobster yang masih tersisa. "Baunya dari udang hama ini?" tanya salah satu tetangga, dia terkejut melihat makanan yang dimakan Pandu dan Lilia. Bu Ayu mengangguk, membenarkan ucapannya.
"Ini bisa dimakan?" tanya salah satu tetangga.
"Tentu bisa, buktinya kami sudah memakannya dan tidak apa-apa. Malah udang ini sangat lezat," jawab Lilia.
Mereka masih terlihat ragu, tapi Pandu langsung membela istrinya.
"Istriku yang memasaknya, baunya sangat harum," puji Pandu dengan bangga.
Mereka memandang Lilia dengan rasa penasaran, dan Pandu melanjutkan pujiannya tanpa ragu. "Istriku pandai sekali memasak. Dia sangat hebat. Aku hampir tidak percaya pada kemampuannya yang luar biasa."