Cinta terlarang antara Camilla dan Luis berakhir tragis setelah keduanya kembali dipertemukan. Sepuluh tahun yang lalu, hubungan mereka masih terjalin sebagai anak tiri dan ayah tiri. Sejalannya waktu mereka terpisah karena perceraian antara Anna dan Exel Luis Adam's karena ibu kandungnya Camilla mengkhianati cinta Luis. Mereka akhirnya dipertemukan kembali setelah Camilla beranjak dewasa namun perasaannya telah berubah yang tidak lagi menganggap Excel Luis sebagai ayah tirinya tapi lebih kepada seorang kekasih.
"Bagaimana perjalanan Camilla mencari ayah tirinya setelah 10 tahun mereka berpisah?"
"Apakah Camila sadar bahwa Excel Luis tidak lagi menganggapnya anak tiri namun seorang gadis yang ingin ia miliki seutuhnya?
"Ikuti kisah cinta mereka dalam judul Daddy Is Mine.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Amarah Luis
Tiba di bandara Luis segera menghubungi Camilla namun ponsel itu tentu saja sudah tidak aktif. Luis beralih menghubungi Helen. Sebenarnya Helen sudah mengirim pesan pada Luis namun pria ini enggan membacanya. Tidak lama kemudian telepon itu tersambung.
"Helen. Apakah kamu bersama dengan Camilla?" tanya Luis.
"Tuan. Nona Camilla tidak ditemukan di manapun. Saya sudah melacak keberadaannya dan barang yang dipakainya kemarin sore tersimpan di loker kampusnya. Sepertinya nona Camilla sengaja kabur dari anda," jelas Helen.
"Kabur? Bagaimana bisa kabur? Tidak mungkin dia semarah itu padaku hingga kabur. Cari lagi dan temukan dia segera. Bawa pulang secara paksa jika dia menolak. Kau tahu bukan kalau dia sudah sah menjadi istriku," ucap Luis.
"Kami sudah mengerahkan orang suruhan kita untuk mencari keberadaan nona Camilla semalaman suntuk. Tapi hasilnya nihil," ucap Helen.
"Apakah kalian sudah mencari namanya di setiap angkutan umum udara, darat dan Laut? Mungkin bisa jadi dia pergi ke suatu tempat," tanya Luis.
"Belum tuan. Kami pikir nona Camilla masih berada dalam kota. Mungkin dia ingin menenangkan diri. Apakah ada ucapan tuan yang melukai hatinya?" tanya Helen membuat Luis terdiam.
Tanpa ingin membahas urusannya dengan Camilla, Luis mengakhiri obrolannya dengan Helen secara sepihak. Kini dirinya sedang menuju hotel. Ia tidak menyangka jika ucapannya pada Camilla membuat gadis itu langsung menjauhi dirinya.
"Kamu tega meninggalkan aku hanya karena hinaan ku pada ibumu? Rupanya kamu lebih mencintai ibumu dibandingkan denganku. Kalian berdua tidak lebih dari wanita ja**Ng...!" maki Luis.
Kenzo begitu cerdas untuk mengelabui orang-orangnya Luis. Ia memesan tiket pesawat tujuan London di mana negara asal istrinya Luis itu. Sementara ia membelikan tiket kereta untuk Camilla menggunakan nama ibunya.
Tidak terasa mereka akhirnya tiba di salah satu desa kecil yang sangat sejuk. Kenzo dan Camilla harus menempuh jarak tempuh untuk mencapai rumah sakit yang mengarah arah hutan dengan menggunakan mobil.
"Camilla. Apakah kamu masih kuat untuk meneruskan perjalanan ini?" tanya Kenzo yang melihat Camilla merebahkan tubuhnya dengan wajah lelah yang amat sangat.
"Tidak apa Kenzo. Aku senang melakukan perjalanan ini bersamamu," ucap Camilla lirih.
"Apakah kamu mau kita makan dulu di suatu tempat?" tawar Kenzo.
"Tidak usah Kenzo. Bukankah kamu bilang bibimu selalu membuat roti daging yang sangat lezat? Aku ingin merasakan makanan pedesaan," ucap Camilla.
"Baiklah. Kamu tidur saja karena satu jam lagi kita akan tiba di tujuan," ucap Kenzo dan Camilla mengangguk sambil tersenyum.
Kenzo memperhatikan wajah Camila yang terlihat mulai pucat. Hatinya sangat sedih dengan keadaan Camilla yang secepat itu mendapatkan penyakit mematikan bagi sebagian orang.
"Camilla. Jika saja kamu belum menikah, aku akan menaklukkan hatimu dengan cara apapun untuk mendapatkanmu. Tentu saja yang tidak membuatmu benci padaku," ucap Kenzo yang mulai berkaca-kaca.
Mobil terus melaju melewati lereng gunung yang penuh dengan pepohonan. Walaupun ada beberapa kendaraan penduduk lokal yang masih melintas di arah perbukitan di mana rumah sakit Kenzo berada.
Tidak lama kemudian, mobil Kenzo sudah tiba di rumah perkebunan. Udara malam yang terasa sangat dingin cukup menusuk kulit kedua remaja itu. Camilla terbangun begitu merasakan mobil itu tidak bergerak lagi. Terdengar suara teriakan pasangan setengah baya.
Bibi Fanny dan paman Jo. Kenzo turun dari mobilnya diikuti oleh Camilla." Hallo tampan...!" sapa bibi Fany pada Kenzo dan memeluknya sesaat. Ketiganya saling menanyakan kabar kelurga masing-masing.
"Apakah gadis ini yang kamu ceritakan Kenzo?" tanya bibi Fany melihat ke arah Camilla.
"Iya bibi."
"Pantas saja kamu tergila-gila padanya Kenzo. Ternyata dia sangat-sangat cantik," bisik bibi Fany pada Kenzo yang tersenyum pada Camilla.
"Camilla. Ini bibi Fany dan om Jo yang aku ceritakan." Kenzo memperkenalkan ketiganya.
"Sayang. Kenapa kamu tidak menyukai keponakan ku setampan ini?" canda bibi Fanny lalu mengajak Camilla masuk ke dalam rumah bergaya pedesaan itu.
Camilla hanya tersenyum sambil melirik Luis yang hanya mengedipkan sebelah matanya. Aroma roti daging dan beberapa menu makanan lainnya begitu terasa saat memasuki rumah itu.
"Kalian makan dulu setelah itu bibi akan mengantar ke kamarmu Camilla...!" mereka pun duduk bersama menikmati makan malam itu.
"Roti buatanmu sangat lezat bibi Fany. Aku pasti cepat gemuk selama tinggal di sini," puji Camilla tulus.
"Syukurlah kalau kamu menyukainya sayang. Masih banyak lagi resep roti buatan bibi yang lainnya. Kamu akan menikmatinya setiap hari. Ada juga kue dan puding yang sudah bibi siapkan untuk kalian," ucap wanita yang bertubuh gempal itu.
"Terimakasih bibi," ucap Camilla dan Luis bersamaan.
Setelah makan malam, Camilla masuk ke kamarnya. Walaupun tinggal di pedesaan namun interior kamar itu tidak kalah mewahnya. Camilla duduk di atas tempat tidurnya dan menatap ke luar jendela yang belum ditutup oleh pemilik rumah.
"Bagaimana kalau hidupku akan berakhir di tempat ini tanpa diketahui suamiku? Bukankah itu lebih baik? Setidaknya dia tidak terlalu sedih melihat ku sekarat sedikit demi sedikit," gumam Camilla lalu mengganti baju tidurnya.
Hari ini dia sangat lelah dan akhirnya memilih tidur. Sementara itu Kenzo melakukan beberapa hal lainnya untuk melindungi Camilla agar tidak diketahui oleh Luis.
Dua hari kemudian Luis mendapatkan kabar kalau Camilla berada di London. Ia segera terbang ke sana dan harus bertemu dengan mantan istrinya Anna.
"Ada sekali banyak tempat yang bisa kamu kunjungi Camilla. Kenapa harus memilih balik lagi ke kampung halamanmu," kesal Luis.
Luis ingin meminta maaf kepada istri kecilnya itu dan mengajak Camilla pulang bersamanya. Keesokan harinya Camilla dan Kenzo berkunjung ke rumah sakit milik Kenzo. Luis menemui pamannya Wilem untuk konsultasi penyakitnya Camilla.
"Maaf nona Camilla. Kanker ini sudah menutupi sampai batang otak anda. Sebaiknya dilakukan bedah terlebih dahulu dan selanjutnya kita akan melakukan terapi dengan obat-obatan herbal," ucap dokter Willem membuat Camilla hanya memejamkan matanya.
"Tidak. Aku tidak mau melakukan operasi. Bukankah setelah operasi aku akan mengalami penurunan daya ingat? Bahkan sebagian memoriku hilang. Aku mungkin tidak mengenali orang-orang yang aku cintai bukan?" protes Camilla.
"Yah. Resikonya memang seperti itu. Tapi setidaknya kamu bisa sembuh. Pikirkan itu baik-baik nona Camilla. Jika hanya diobati terapi saja itu hanya memperlambat usiamu bukan membuatmu sembuh," jelas dokter Wilem.
Kenzo menatap wajah Camilla. Ia juga sependapat dengan pamannya. Kesembuhan Camilla lebih penting daripada memori Camilla.
"Camilla. Jika bagian dari ingatanmu adalah orang-orang yang kamu cintai, jangan takut Camilla. Mereka pasti akan membantumu mengingat apa yang pernah kalian lalui bersama," ucap Kenzo.
"Mungkin aku rela melupakan semua orang yang pernah menetap dihati dan pikiranku, tapi aku tidak ingin kenangan ku bersama Luis terhapus begitu saja," batin Camilla.
jangan merusak kepercayaan org lain