3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah terbaik
"Apa yang kau katakan! Kau iri ya karna tidak memiliki persahabatan yang karib seperti kami?!" sindir Ara pada wanita asing tersebut.
"Untuk apa aku iri pada kalian, dasar pasangan aneh!" balas wanita itu tak kalah sengit.
Ara dan Wanita itu terlibat adu mulut, hingga berakhir dengan adu hantam. Ara menjambak rambut panjang wanita tersebut, dan wanita itu membalas dengan melakukan hal yang sama.
Namun Ara tetap jadi pemenangnya, terbukti dengan lebih banyaknya rontokan rambut wanita itu di tangan Ara.
"Sudah cukup! Hentikan!" Hazel dan beberapa orang yang kebetulan sedang berada di dalam toilet tersebut mencoba melerai Ara dan wanita asing yang bahkan baru mereka temui hari ini.
"Mau kemana kau! Aku akan membersihkan mulut kotormu itu agar tidak bicara sembarangan lagi!" Ara mencoba mengejar ketika wanita tersebut akan melarikan diri.
Wanita itu sadar kalau Ara bukanlah lawannya.
"Ara, sudahlah. Biarkan dia pergi." Hazel mencoba menenangkan sang sahabat.
"Ya kau benar, jangan membuang waktu untuk wanita tidak penting itu. Lebih baik kita pergi ke toko sayur dan segera membuat pecel untuk calon keponakanku. Aku tidak mau saat dia lahir nanti dia sampai ileran karna keinginannya tidak terpenuhi." netra Ara memandang perut Hazel dengan berbinar.
"Kira-kira calon keponakanku nanti laki-laki atau perempuan ya?"
Hazel hanya bisa menghela nafas saat melihat reaksi Ara lebih antusias menyambut kelahiran bayi ini daripada dirinya sendiri.
"Apa kamu akan sebahagia Ara jika tahu aku sedang hamil mas? Atau kamu tidak menginginkan anak ini?"
Hazel tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Yusuf andai pria itu tahu dirinya sedang mengandung buah hati mereka.
"Apapun yang terjadi, mama akan selalu menjadi orang yang paling menyayangimu." batin Hazel seraya mengelus perutnya yang masih rata.
***
***
"Apa ini?"
Dahi Yusuf mengkerut, bukannya membawa berkas yang harus ia tanda tangani seperti biasanya, tapi kedatangan Tyo ke ruang kerjanya kali ini malah membawa dua buah buku dengan halaman yang cukup tebal.
"Ini adalah buku tuntunan untuk menjadi suami yang baik." Tyo menunjukan buku dengan sampul berwarna merah.
"Dan yang ini buku tuntunan untuk membahagian istri." Tyo menunjukan buku dengan sampul berwarna putih.
"Ck. Kenapa kau memberikan semua ini padaku?" Yusuf menjauhkan kedua buku tersebut dari hadapannya.
"Bukannya aku memintamu untuk mencarikan hadiah yang cocok untuk diberikan pada istriku! Apa semuanya sudah siap?!" cecar Yusuf.
"Tidak ada yang lebih baik dari diri anda sendiri untuk diberikan sebagai hadiah kepada nyonya, tuan." balas Tyo.
"Maksudmu?" Yusuf tidak mengerti dengan maksud dari ucapan sang asisten.
"Berikanlah diri anda sendiri kepada nyonya sebagai hadiah. Jika anda berubah jadi suami yang lebih romantis dan perhatian, pasti nyonya akan mengurungkan niatnya untuk menceraikan anda."
Tyo cukup tahu kalau dalam hati kecilnya Yusuf belum bisa menerima Hazel sebagai seorang istri, karna itu Tyo mengatakan hal tersebut.
"Apa menurutmu aku tipe suami yang kurang romantis dan tidak perhatian?" tanya Yusuf.
"Jika diberi nilai dari angka 1-10, maka anda anda di posisi 3 tuan." balas Tyo.
"Apa aku seburuk itu?" Yusuf kembali bertanya.
"Benar tuan." Tyo menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Tyo kembali terbayang dengan acara jalan santai yang diadakan pihak keluarga untuk memperingati hari berdirinya pesantren yang didirikan kakek tuan Yusuf beberapa saat yang lalu.
Tuan Yusuf selalu berada 5 langkah di depan nyonya Hazel, tidak seperti pasangan suami istri lain yang selalu berjalan berdampingan.
Bahkan tuan Yusuf sama sekali tidak peduli ketika kaki nyonya Hazel sampai terkilir hanya demi mengimbangi langkah tuan Yusuf yang lebar. Bukannya menolong, tuan Yusuf malah mengatai wanita itu ceroboh dan meminta pada Tyo untuk memapah nyonya Hazel.
"Baiklah, aku akan berusaha menjadi suami yang lebih perhatian dan romantis." Yusuf mulai membaca buku yang diberikan sang asisten.
"Satu lagi tuan, ini hadiah pribadi dari saya. Semoga setelah meminum ini nyonya tidak akan mengeluh lagi." Tyo memberikan obat China yang ia beli dengan uang pribadinya sendiri pada tuan Yusuf.
Bruk!
Yusuf menggebrak meja, wajahnya sudah memerah karna amarah.
"Kau pikir aku tidak mampu! Keluar!" titah pria berahang tegas itu dengan netra menyalak tajam.
"Maaf tuan, tolong jangan pecat aku." Tyo memgambil langkah seribu sebelum kemarahan Yusuf semakin menjadi.
"Huhf, samakin hari sikapnya semakin lancang saja? Apa dia lupa siapa yang menggaji dia selama ini?" Yusuf melonggarkan dasinya, ucapan Tyo sungguh melukai harga diri Yusuf sebagai seorang pria.
"Semua ini gara-gara Hazel! Awas saja kalau bertemu nanti, aku akan membut wanita itu kesulitan berjalan di pagi hari." Yusuf tersenyum smirk.
Pria itu membayangkan telah membuat Hazel kewalahan saat melayaninya di atas ranjang. Hal yang bahkan tidak mereka lakukan saat malam pertama.
"Tuan, kenapa anda senyum-senyum sendiri?" ucapan Tyo membuyarkan lamunan Yusuf.
"Kenapa kau kembali lagi? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk pergi!" Yusuf kembali memasang wajah datarnya.
Tyo terpaksa kembali ke ruangan kerja tuan Yusuf karna ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Beberapa hari lalu, anda meminta saya untuk menyelidiki penulis Senja. Ini hasil penyelidikan saya tuan." Tyo memberikan hasil penyelidikannya pada Yusuf.
"Sepertinya hubungan nyonya dan penulis Senja cukup dekat, berulang kali rekening koran nyonya menerima transferan dari penulis Senja. Bahkan sejak 3 tahun yang lalu." beritahu Tyo.
"Jadi Hazel sudah mengkhianatiku sejak 3 tahun yang lalu! Kalau dia punya pria lain, kenapa dia setuju saat orang tuanya memaksa aku untuk menikahinya menggantikan Zayn. Kenapa dia tidak menikah dengan penulis Senja saja!" Tangan Yusuf terkepal erat.
Bersambung.