NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumus dalam secarik kertas

Pov Daniza

Dengan perlahan aku mengambil secarik kertas dari saku seragam dan membuka perlahan agar tidak berbunyi. Lalu dengan hati-hati aku menyembunyikan dibalik buku Mapel ku. Membaca catatan itu sambil sesekali aku melihat kedepan, tempat bu fatwa duduk diam mengawasi.

Diketahui adalah kata pertama dari catatan itu Lalu diikuti caranya.

"Pertama kamu harus tahu rumusnya yaitu, Un\=a+(n-1)b" aku menyentuh tulisan Haneul yang ternyata bagus sambil mengulum senyum

"Yang berarti U3\=a+(n-1)b\=U3\=a+(3-1)b yaitu rumusnya menjadi U3\=a+2b\=11. Begitu pun cara mencari suku ke 10\=39, lalu lakukan eliminasi"rasanya sudah sama seperti surat cinta saja, surat cinta aritmatika. Bibir ku tertarik keatas, sulit rasanya menyembunyikan kegirangan ku.

Tanganku menuliskan tiap angka mencari suku ke 10 dan rasanya cukup puas saat aku bisa mengikuti cara Haneul.

"U3 dan U10 a+2b\=11

a+9b\=39,pertama kurangkan dulu angka yang dibawah dengan angka yang diatas dan berikan tanda - , jika kamu telah menemukan jawabannya. Lalu bagi hasilnya dari yang paling belakang."

Komat-kamit mulut ku membaca tulisan tangan itu seraya tanganku menulis jawabanku ke buku

" -7b\=-28

B-28

-7\=4" lalu pandanganku kembali lagi ke catatan Haneul.

" jika sudah, berarti kamu telah berhasil mencari beda barisan itu. Lalu subtitusikan nilai b\=4 ke rumus U3 atau U10 seperti dibawah ini,

U3\=a+2b\=11

a+2(4)\=11 \=a+8\=11. Lalu kurangkan dari belakang jawab sendiri ! " Aneh pikirku, bagaimana Haneul bisa terlihat pintar dalam surat ini. Padahal aku belum pernah dengar dia peringkat.

"Saat menemukan jawabannya itu adalah suku pertama"

Satu soal terjawab sempurna, aku amati tulisan tanganku merasa kagum sekaligus bingung bagaimana aku lebih mampu memahami cara Haneul ketimbang cara bu Fatwa dalam menjelaskan, padahal keponakan dan bibi itu sama-sama menjelaskan sekali.

Apa mungkin karena hati ini tertaut pada Haneul aku jadi mudah memahami penjelasannya.

"Dan untuk jawaban keduanya karena kamu telah menemukan suku pertama dari beda barisan maka kamu mesti tulis rumusnya, U15\=a+(n-1)b. a tadi adalah suku pertama dan b adalah beda barisan, jadi U15\=3+(15-1)4 \= 3(14).4\= cobalah untuk menghitung nya sendiri" membaca tiap bait huruf tulisan Haneul seperti ini membuatku merasa sedang mengobrol dengan nya.

\=3+56\=59 adalah jawaban yang ku hitung dan segera aku tulis dibuku ku.

"Lalu jawaban ketiganya deret ke 5..."tulisan Haneul dibagian ini langsung memberikan jawaban tidak lagi bersamaan dengan cara. Dan bentuk tulisan angka nya jadi berbeda terlihat tergesa dan seperti seseorang yang tidak berperasaan, tapi ini jauh lebih mudah aku jadi tidak repot-repot untuk memahami dan menghitungnya, langsung menyalin saja di buku ku.

"Duluan Lani, Daniza..." aku mengangguk pada Aca, dia juga sudah selesai ternyata. Aku pun begitu, dan tinggal membereskan peralatan ku saja.

Namun sebelum itu aku memilih menuliskan sesuatu dikertas tulisan Haneul dan mengulum senyum saat selesai membacanya ulang. Lalu aku edarkan pandanganku seisi ruangan, karena aku telah selesai berarti hanya tersisa 5 orang dengan didua didepan sana yang masih dihukum berdiri.

"Lani...kamu sudah selesai ?" Tanya ku lirih padanya, dia menoleh sambil tersenyum.

"Udah dong..."

"Daniza...kenapa nggak.."aku menoleh sebentar dan ternyata itu Ali, lalu aku lanjut memakai sepatuku.

" Nggak ada temui aku digudang" suaranya dia pelankan, terdengar aneh. Aku berdiri dan mendongak melihat Ali yang sesekali mencuri pandang ke ruang kelas yang sepi.

"Aku udah nunggu lama, tau nggak. Apa Lani nggak kasih tahu kamu" Ali menatap tajam, Lani yang tengah memakai sepatu kirinya.

"Udah aku kasih tahu loh, sembarangan." Lani berdiri balas menatap tajam, sama sekali tidak takut. Dan tatapan Lani berubah melembut saat pandangannya beralih padaku yang sedari tadi memperhatikan keduanya silih berganti.

"Kamu nggak ada ke gudang Dan.."Lani mendekat dan mengucapkan kata- kata nya dengan lirih, berbeda dengan menjawab ucapan Ali tadi.

"Nggak ada, ngapain emang ?" Aku pun berbisik seraya melirik ruang kelas, mengikuti cara mereka berdua bicara.

"Pantesan kalau gitu" ucap Ali dengan suara yang sedikit ditinggikan membuat kami berdua terkejut dan langsung melihatnya.

Rahang Ali nampak mengeras dengan tatapan yang tajam dia arahkan padaku, apa dia marah?. "Maaf Ali, aku lupa. Aku tadi kebelet habis keluar dari toilet langsung lupa" gara-gara Haneul, napas aja aku hampir lupa kalau nggak dicubit, apalagi kamu Ali.

Ali menghela napas, postur tubuhnya jadi lebih santai sekarang. "Nggak apa-apa, aku ngerti kalau gitu" dia tersenyum sekarang, aku jadi merinding lagi. Ada apa dengan hari ini kenapa aku dibuat merinding dengan kelakuan orang-orang?.

"LANI...DANIZA..."aku menoleh pada Aca yang berteriak dari area parkir, suaranya kencang sekali. Sampai-sampai saat aku melihat ke ruang kelas, bu fatwa memanjang kan lehernya

"Ayo Dan.."Lani menarik ku menjauh dari ruang kelas dan mendekat pada Aca yang memasang wajah garang.

"Gimana sih kalian ini katanya mau mampir ke acara keluarga Winda, malah sempat-sempatnya ngobrol"

"Aku juga ikut" Ali ternyata masih membuntuti kami sampai parkiran sepeda, entah untuk apa?

"Ngapain situ diundang, ini acara ulang tahun keponakannya. Kamu punya adik kecil memang"

."Ada kelas 5, Daniza kamu punya nomor telepon nggak?" Ali mengalihkan perhatiannya dari Aca, dan melihatku. Pertanyaannya membuatku dengan malu menjawab.

"Nggak punya Hanphone" cicitku seraya membuang muka, Ali terdengar terkejut dan tidak percaya menurut penangkapan pendengaranku dari suaranya

"Masa, hari gini nggak punya Handphone." Aku mengangguk lalu berjalan ke arah sepedaku terpakir.

"Udah dikasih tahu, malah nggak percaya gimana sih."lalu pura-pura memainkan sadel sepeda saat Aca melakukan pembelaan

"Lagian nggak semua orang mampu beli"Lani ikut membela, dan aku memasang ekspresi galak ku saat melihat Ali

"Suruh Bapa mu loh, kan ada upah dari pemanenan sawit. Bapaku sanggup tuh bahkan sampai buat adik ku yang umur 5 tahun juga ada, masa kamu kalah sama anak kecil, Daniza."Sekarang dia mulai berani membandingkan ayahku dengan ayahnya, aku marah tapi tidak tahu harus menjawab dengan kata-kata apa sebagai pembela.

Masih berpikir, ungkapan apa yang bisa aku katakan jadi aku katakan saja,"Itukan ayahmu bukan ayahku, lagipula ayahku juga sudah bertanggung jawab tapi memangnya aja keperluan yang lain itu lebih penting daripada gaya" ucapku dengan napas cepat dan pendek tapi Ali malah cekikikan seraya bertepuk tangan, senang sekali dia menghina orang.

"Ucapanku bikin Kamu marah Dan, maaf tapi aku nggak maksud gitu. Dan jangan salah paham aku ketawa karna ekspresi mu lucu saat marah. Tapi idemu tadi bagus, lain waktu aku usulkan buat Bapaku jadi Bapamu juga Dan.."dia mengedipkan mata, lalu baru menuju ke parkiran motornya masih dengan cekikikan.

"Kenapa tuh Ali?" Aca mengipas udara dengan tangannya seraya tersenyum "hoss..kaya ngga tahu aja namanya juga pendekatan kan Daniza" aku bergidik ngeri, dan berharap asumsi Aca salah besar.

Aku sudah punya tugas menyukai Haneul jadi jangan limpahkan lagi menjadi seseorang yang disukai Ali, kasian Haneul jika harus punya saingan dan berpikir berat, takut kehilangan namanya dihatiku.

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!