Sinopsis:
Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.
Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.
Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana mbah Bong.
Setelah menikmati pecel lele di pinggir jalan, Yogantara dan Putri langsung menuju hotel bintang 5 tempat mereka akan menginap. Mereka berdua merasa sangat lelah setelah berjalan-jalan di sepanjang kota Makassar.
Setelah melakukan check-in, mereka berdua langsung menuju kamar mereka. Kamar tersebut sangat nyaman dan elegan, dengan pemandangan kota Makassar yang indah.
Yogantara dan Putri langsung melepas lelah dan tidur nyenyak. Di bawah sadarnya, mereka berdua merasa sangat bahagia. Mereka telah menikmati liburan mereka di Makassar dan telah membuat kenangan yang indah bersama.
Putri terbangun beberapa jam kemudian dan melihat Yogantara yang masih tidur nyenyak di sebelahnya. Ia tersenyum dan merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Yogantara.
"Aku sangat mencintaimu, Yog," Putri berkata dalam hati sambil memeluk Yogantara.
lalu putri kembalibtidur lagi karna melihat jam baru menunjukan pukul 06.00. Di rasa masih ngantuk, nanti kalau mau jalan jalan mending agak siang siangan.
Dari tadi sore pikiran mbah bong sangat gundah,
Mbah Bong menghela napas panjang sambil memandang ke arah pintu gubuknya. Ia telah menunggu Supri selama berjam-jam, tapi Supri tidak kunjung datang.
"Dasar anak muda tidak bisa dipercaya," Mbah Bong mengumpat sambil mengambil hisapan rokok kobotnya.
Ia memandang ke arah lampu sentir yang tergantung di atas kepala, cahaya lembutnya membuat Mbah Bong merasa sedikit lebih tenang. Tapi kemarahan masih membara di dalam hatinya.
Mbah Bong memikirkan kemungkinan bahwa Supri telah mengkhianatinya.karena sekarang Supri tidak kunjung datang.
"Apakah Supri telah bermain ganda?" Mbah Bong bertanya kepada dirinya sendiri.
"jangan jangan malah jadi orangnya Muryadi,. Ah..dasar brengsek tuh anak.." mbah bong masih mengumpat.
"jika dugaan ku benar.! Tamat lah riwayat mu Supri, kalau sampai bocor dan muryadi tak bisa ku lenyapkan,kamu yang harus bertanggung jawab" mbah bong mengomel Sendirian
"Aku tunggu sampai Besok, kalau gak datang aku harus bertindak,orang pertama yang ku bunuh pasti kamu supri..!" gigi gerham mbah bong bergetar.
setelah lelah menunggu supri tak kunjung datang lalu memutuskan untuk menunggu Supri sampai pagi hari. Jika Supri tidak datang, maka Mbah Bong akan mengambil tindakan yang lebih serius.
Mbah Bong mematikan lampu sentir dan membaringkan diri di atas tikar, menunggu pagi hari dengan perasaan yang tidak sabar.
semakin lama mbah bong pun semakin terlelap tidur,belum sampai 10 menit tidur
Mbah Bong terbangun dengan kaget ketika mendengar suara ketukan di pintu gubuknya. Ia melihat Supri berdiri di depan pintu, terlihat sangat ketakutan.
"Supri, kenapa baru datang? Kemana saja kamu itu" Mbah Bong berteriak dengan marah, masih belum sadar dari rasa kagetnya.
Tapi Supri tidak menjawab. Ia malah menunjuk ke arah luar gubuk dan meminta Mbah Bong untuk diam.
"Mbah Bong, tolong diam. Aku lagi dikejar orang," Supri berbisik dengan suara yang bergetar.
Mbah Bong langsung sadar dan mematikan suaranya. Ia melihat ke arah luar gubuk dan mencoba mendengar suara apa pun. Tapi tidak ada suara yang terdengar.
"Apa yang terjadi, Supri?" Mbah Bong bertanya dengan suara yang pelan.
Supri mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Maaf mbah bong, saya tadi bermain judi sanggong,saya dari sore sudah kalah telak,saya banyak hutang mbah. Setelah itu saya di kejar teman judi saya karna saya membawa lari uangnya.."
"Haaah... Bodoh sekali kau!" bentak mbah bong kaget.
"iya mbah,. Tadi uang yang ada di bandar saya bawa kabur karna saya sudah kalah banyak dan hutang banyak tak kebayar. Saya minta tolong atasi mbah, " Pinta Supri.
"Dasar Botoh murahan..bikin susah orang saja jamu itu, ya udah nanti aku atasi orangnya." jawab mbah bong sinis.
"Terima kasih mbah." kata Supri.
Tak berselang lama, orang yang mengejar Supri pun datang, mereka pada teriak teriak mencari supri
Mbah Bong keluar dari gubuknya dengan gagah, memandang ke arah orang-orang yang berteriak mencari Supri. Ia bertanya dengan keras, "Mau apa kalian kesini?"
Salah satu dari mereka menjawab dengan sombong, "Bukan urusanmu, kakek tua!"
"hai kamu kurang ajar,sama orang tua kok kayak gini,tak punya adab kamu." bentak mbah bong
"kamu tak usah banyak mulut kakek tua,aku tak punya urusan dengan mu, aku hanya mencari supri,sini bawa keluar sebelum leher mu akan ku tebas dengan pedang ku ini" teriak orang itu
Mbah Bong merasa marah dan tidak terima dengan jawaban tersebut. Ia langsung menyerang orang-orang tersebut dengan gerakan yang cepat dan kuat.
Pertarungan pun dimulai. Lima orang tersebut mengeroyok Mbah Bong, tapi ia tidak mudah dikalahkan. Dengan kemampuan bela diri yang tinggi, Mbah Bong berhasil mengatasi mereka satu per satu.
" plak,plak plak,.Duessss duesss" Suara pukulan demi pukulan
Mbah Bong memulai dengan menyerang orang pertama dengan tendangan yang kuat. Orang tersebut terjatuh ke tanah dan tidak bisa bangun lagi.
"Hiaaah,...Plaaak.plaaaakkk"
Kemudian, Mbah Bong menyerang orang kedua dengan pukulan yang cepat. Orang tersebut mencoba melawan, tapi Mbah Bong terlalu kuat.
Mbah Bong juga berhasil mengatasi orang ketiga dan keempat dengan gerakan yang lincah dan kuat. Mereka berdua terjatuh ke tanah dan tidak bisa melawan lagi.
"Ayo,silahkan...siapa lagi yang mau setor nyawa.. Ayo keluarkan pedang mu, aku tak pakai tangan kosong saja, pingin lihat berapa tajam pedang menggores kulit kriputku." tantang mbah bong
tinggal satu orang yang tersisa. Orang tersebut mencoba melawan Mbah Bong dengan pedang,
"Hiaah,. Sring....plak.plak.plak" pedang pun terpental jauh tak mengenai kulit mbah bong
Mbah Bong berhasil mengatasi pedang tersebut dengan kemampuan bela dirinya.
"Haaaaaaaah. " pemuda itu terkapar
Orang tersebut akhirnya terjatuh ke tanah dan tidak bisa melawan lagi. Mbah Bong berdiri di atasnya, menang dengan gagah.
"Kabuuuurrr.. Kaburrrr" seru orang yang bawa pedang
Orang-orang tersebut berlari terbirit-birit, meninggalkan Mbah Bong yang masih berdiri dengan gagah. Supri yang menyaksikan pertarungan tersebut dari dalam gubuk merasa sangat kagum dengan kemampuan Mbah Bong.
"luar biasa sekali !" Supri berkata dengan penuh hormat.
Mbah Bong tersenyum dan berkata, "lelaki harus tangguh, jangan cengeng, yabbeginilah aku.."
" sampean luar biasa ya mbah.. Aku salut" kata Supri.
Setelah beristirahat sejenak, Mbah Bong memanggil Supri dan berkata, "Supri, aku memiliki rencana untuk mengalahkan Muryadi. Aku ingin kamu membantu aku."
Supri mengangguk dan berkata, "Aku siap membantu, Mbah Bong. Apa yang harus aku lakukan?"
Mbah Bong memberikan sebuah bungkusan putih kepada Supri dan berkata, "Aku ingin kamu membawa bungkusan ini ke rumah Muryadi. Tapi, kamu harus berhati-hati. Jangan sampai ketahuan orang."
"Taruh ini di depan pintu rumahnya,kubur di sana dan usahakan bisa diblangkahi muryadi "
Supri mengambil bungkusan tersebut dan bertanya, "Apa isi bungkusan ini, Mbah Bong?"
Mbah Bong tersenyum dan berkata, "Itu rahasia, Supri. Cukup kamu tahu bahwa bungkusan ini akan membantu saya mengalahkan Muryadi."
Supri mengangguk dan berkata, "Aku mengerti, Mbah Bong. Aku akan membawa bungkusan ini ke rumah Muryadi dengan hati-hati."
Mbah Bong memandang Supri dengan serius dan berkata, "Supri, kamu harus berhati-hati. Muryadi tidak akan ragu-ragu untuk membunuhmu jika dia mengetahui bahwa kamu membantu aku."
Supri mengangguk dan berkata, "Aku mengerti, Mbah Bong. Aku akan berhati-hati."
"Aku pamit dulu mbah" kata supri sembari berdiri
"Hati hati, kamu banyak musuh." jawab mbah bong tegas.
Setelah Supri pergi tak terlihat lagi termakan gelapnya malam, mbah bong pun tersenyum dengan rasa kemenangan.
" Muryadi...! Tunggu tanggal main mu " Gumam mbah bong
Lalu mbah bong berbaring di dipan kecilnya lalu tidur dengan pulas.