Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 8
..."Baiklah, Nasya akan memberikan jawabannya hari Jum'at setelah hari yang kak Zayn tentukan. Nasya harap, apapun jawabannya, kak Zayn akan mengerti." jelas Nasya tak ingin memberi kode bahwa dirinya akan menerima atau menolak Zayn....
..."Apa kau yakin akan menolakku? Aku berjanji akan menerima mu sebagai istriku. Tapi sebelumnya kau harus tahu lebih dulu, aku mungkin tidak akan pernah bisa mencintai mu, Nasya."...
DEG !!
Sakit, kecewa, sedih sangat terpancar di wajah Nasya. Gadis berhijab itu tidak menyangka bahwa orang yang sangat ia cintai sejak dulu akan mengatakan hal itu. Meski begitu, Nasya tetap berusaha baik-baik saja di hadapan Zayn.
..."Jika tidak ada lagi yang kak Zayn tanyakan, Nasya permisi dulu." balas Nasya mengalihkan pembicaraan untuk menutupi sakit hatinya dengan senyum tipis....
Sedangkan Zayn merasa heran dengan sikap Nasya yang masih bisa tersenyum meski dirinya sudah menyakiti hatinya.
..."Baiklah, silahkan kau boleh kembali ke meja mu." sahut Zayn menyandarkan punggungnya di sofa menatap lekat gadis yang ada di hadapannya....
..."Baik, Pak. Permisi."...
Nasya lalu beranjak setelah mendapat anggukan dari Zayn. Setelah berhasil keluar dari ruangan Zayn, dia segera berlari ke toilet. Nasya sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Dia ingin menumpahkan semua rasa sakit itu di sana. Berusaha sekuat apapun, dirinya akan rapuh juga.
Dua hari berlalu, pagi ini Zayn yang sudah siap kini berjalan melangkah menuruni tangga. Dia berjalan perlahan menuju meja makan di mana sarapan sudah di siapkan oleh sang Mama.
..."Kau sudah rapi rupanya, Mama sudah buatkan sarapan untuk mu." ujar ibu Zubaidah saat melihat sang putra duduk di kursi meja makan....
..."Terimakasih, Mah."...
Di bantu oleh pelayan, ibu Zubaidah tetap sibuk menyiapkan semuanya untuk sang putra tercinta.
..."Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Kau mau sarapan apa, Zayn? Ada nasi goreng, telor balado, tumis kangkung..."...
Melihat banyak menu di meja makan membuat mata Zayn berputar. Dan bola mata Zayn berhenti di menu kesukaannya.
..."Zayn mau telor balado sama kangkung saja, Mah." sahut Zayn terlihat sudah sangat lapar....
..."Ya, Mama ambilkan ya?" kata ibu Zubaidah sambil menata makanan di atas piring kosong untuk Zayn....
Setelah menyerahkan menu sarapan untuk Zayn, kini Ibu dan anak itu sarapan dengan begitu nikmatnya. Sepuluh menit meja makan hening, dan akhirnya Ibu Zubaidah memulai pembicaraan.
"Bagaimana kabar Nasya, Zayn?" pertanyaan ibu Zubaidah berhasil membuat Zayn berhenti mengunyah.
"Nasya? Dia baik, sejak kemarin juga dia selalu berangkat. Hari ini dia akan memberikan jawabannya pada Zayn nanti." sahut Zayn kembali menyuap makanannya ke dalam mulut.
"Baiklah, semoga saja dia mau menerima lamaran kita ya?"
Zayn hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia sudah pasrah sekarang. Tak ingin kembali mengecewakan sang Mama karena pernikahannya gagal, kini dia hanya bisa menuruti semua keinginan Ibunya. Saat sedang fokus dengan sarapannya, ponsel Zayn tiba-tiba berdering. Dia melihat siapa yang menelfon dan segera menerimanya.
"Ya! Katakan!"
"*Kau dimana? Bisa cepat sedikit tidak? Meeting di perusahaan X tiga puluh menit lagi akan di mulai*." suara Yuda terlihat kesal saat telfonnya di terima oleh Zayn.
Sedangkan Zayn yang mendengar itu pun menepuk jidatnya. Dia bahkan tidak mengingatnya sama sekali, hanya jawaban Nasya yang selalu ia pikirkan. Zayn hanya tidak mau pernikahannya benar-benar tidak jadi di selenggarakan. Pria dingin itu tidak ingin membuat sang ibu malu di seumur hidupnya.
"Astagfirullah! Ya, lima menit lagi aku sampai!"
Zayn mematikan telfonnya dan segera mengakhiri sarapannya. Dia meneguk air putih dengan buru-buru hingga membuat ibu Zubaidah khawatir.
"Pelan-pelan, Zayn! Ada apa? Kenapa buru-buru?"
"Zayn ada meeting mendadak, Mah. Zayn pergi dulu. Assalamualaikum."
**Cup**
Setelah mencium pipi sang Mama, tanpa menunggu jawaban, Zayn berlari keluar segera menuju parkiran untuk menaiki mobilnya. Sedangkan ibu Zubaidah yang melihat itu hanya menggelengkan kepala sembari menjawab salam Zayn dengan lirih.
"Waalaikumsalam... Anak itu, selalu saja begitu."
~
Beberapa saat berlalu, Zayn sudah melakukan meetingnya di perusahaan lain. Sedangkan ibu Zubaidah sedang bersantai di ruang keluarga di temani cemilan beserta teh hangat kesukaannya.
..."Assalamualaikum..."...
Ibu Zubaidah yang mendengar suara salam dari luar pun menoleh ke sumber suara.
..."Waalaikumsalam... Eeeh Nasya! Kau tidak berangkat ke kantor, Nak?" balas ibu Zubaidah berdiri menyambut gadis cantik nan lemah lembut itu....
..."Nasya cuti satu hari, Tante."...
Mendengar Nasya mengatakan itu membuat ibu Zubaidah mengerutkan keningnya.
..."Cuti? Kenapa? Kamu sakit?"...
...Nasya tersenyum menggeleng lalu menjawab pertanyaan sang Tante. "Nasya... Nasya, mau ngomong sesuatu sama Tante." sahut Nasya yang sedikit tegang....
..."Oooh... Baiklah, ayo kita duduk di sana."...
Keduanya pun berjalan menuju sofa ruang keluarga. Ruangan yang nampak megah di sertai lampu gantung kristal membuat suasana ruangan terlihat mewah dan elegan. Nasya lalu duduk di samping ibu Zubaidah dan menatap wanita paruh baya itu dengan lekat.
..."Tante, sebenarnya Nasya kesini mau... Eeem Nasya..."...
Ibu Zubaidah yang melihat keponakan tercintanya itu nampak tegang dan gugup hanya tersenyum sembari mengusap punggungnya agar sedikit lebih tenang.
..."Ada apa, Nasya? Kau mau menjawab lamaran kami?"...
Nasya menunduk dan mengangguk pelan. Dia merasa malu dengan sang Tante untuk menjawab itu. Ini alasan kenapa Nasya lebih memilih cuti dari pekerjaannya, jika mengatakannya langsung di hadapan Zayn? Nasya takut akan membuat dirinya tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
..."Baiklah... Katakan, jawaban apa yang membuat mu sampai tegang begini, Nasya?" tanya lagi ibu Zubaidah....
..."Sebelum aku menjawab, Nasya meminta maaf yang sebesar-besarnya pada Tante. Maaf, apapun jawabannya, Nasya harap Tante tidak tersinggung jika memang tidak sesuai yang Tante harapkan. Nasya juga tidak ingin membuat Tante terluka."...
Ibu Zubaidah yang tersenyum bibirnya seketika menciut. Dia merubah ekspresinya setelah mendengar ucapan Nasya.
..."Maaf, Tante. Nasya ragu untuk menerima Kak Zayn jadi suamiku." sambung Nasya kembali menundukan kepalanya berusaha menahan air mata yang hampir terjatuh di pipinya....
..."Kenapa, sayang? Apa ada sesuatu yang membuat mu ragu untuk menerimanya?" tanya Ibu Zubaidah dengan raut wajah sedikit kecewa mendengar jawaban Nasya....
..."Kak Zayn tidak mencintai Nasya, Tante. Dan kak Zayn mengatakan tidak akan mungkin bisa mencintai Nasya. Lalu, bagaimana rumah tangga akan berjalan lancar jika sang suami tidak bisa mencintai istrinya?"...
Ibu Zubaidah paham dengan apa yang di katakan oleh Nasya. Dia sedikit bernafas lega dengan alasan Nasya yang ragu menerima Zayn sebagai suaminya.
..."Nasya... Sayang... Jangan ragu, Nak. Allah sang Maha membolak-balikan hati. Percayalah, suatu saat Allah akan memberikan hati Zayn untukmu. Tante yakin, lambat laun dengan kelembutan dan kesabaran mu ini, pasti Zayn akan mencintai Nasya."...
Nasya mendongkan kepalanya menatap sang Tante yang wajahnya sangat mirip dengan Bundanya. Tak terasa air mata menetes membasahi pipi Nasya, sontak hal itu membuat ibu Zubaidah tak tega melihat keponakannya menangis dan dengan segera membawa gadis berhijab itu ke dalam pelukannya. Tangisan Nasya tiba-tiba pecah begitu saja setelah mendapat pelukan itu.
..."Sayang... Tante sangat menyayangi mu, Nak. Tante tidak ingin kau menikah dengan pria yang bahkan kita tidak pernah mengenalnya. Karena itulah, Tante ingin kau tetap ada di sisi Tante, meski sebagai menantu. Kau juga sudah Tante anggap seperti anak sendiri."...
Tangis Nasya semakin pecah, dia memeluk erat ibu Zubaidah dan menumpahkan semua di pelukannya. Nasya tahu, tidak mudah menaklukan hati seorang Zayn. Justru itu dia datang ke rumah Ibu Zubaidah untuk kembali memantapkan hatinya. Lalu, bagaimana jawaban pastinya? Kita lihat di Up selanjutnya besok yaaa...
**See You**.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...