NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Ardian memejamkan mata, napasnya berat. “Aku salah. Tapi aku masih mencintaimu.”


“Cinta?” Eva tertawa kecil, lebih mirip tangis yang ditahan. “Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa. Itukah yang kamu inginkan, Mas?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Pengorbanan Yang Tiada Artinya

Eva menarik napas dalam, seperti mencoba menenangkan riak-riak gelisah di dalam dadanya.

Langkahnya menyusuri trotoar tampak tenang, namun di balik setiap derap sepatu yang menghantam permukaan aspal, ada keraguan yang berusaha ditekan. Langit tampak kelabu, awan menggantung rendah seolah menjadi pertanda bahwa hari ini tidak akan berjalan seperti hari-hari biasa. Angin yang bertiup pelan membawa aroma tanah yang basah, dan membuat helaian rambut Eva terbang menutupi wajahnya.

Saat ia menoleh ke jalan, sebuah taksi berwarna kuning melaju pelan, seakan telah menunggunya sejak tadi. Tanpa ragu, ia mengangkat tangan, melambai, dan mobil itu langsung merespons—berhenti dengan suara rem yang samar, namun terasa menggema dalam dadanya. Pintu belakang terbuka dengan bunyi klik lembut, seolah mengundangnya masuk ke dalam sesuatu yang belum pasti.

Eva masuk, menutup pintu dengan satu gerakan pasti, lalu duduk tanpa mengatakan apa-apa untuk beberapa detik. Matanya menatap lurus ke depan, sebelum akhirnya dengan suara tenang namun mengandung beban emosional, ia menyebutkan tujuan yang sudah dia pikirkan sejak lama. Sopir taksi itu menatapnya lewat kaca spion—ada sekilas keheranan, atau mungkin hanya kebetulan cahaya yang jatuh di wajahnya begitu saja. Namun ia tidak bertanya, tidak berkata apa-apa—hanya mengangguk perlahan, seolah memahami lebih dari yang dikatakan.

Dan mesin pun menderu pelan. Taksi itu mulai melaju, meninggalkan tempat Eva berdiri tadi, membawa dirinya menuju sesuatu yang tak bisa dia mundurkan lagi.

Bagaikan cuplikan sebuah film yang diputar ulang di dalam benaknya, kenangan Eva bersama Ardian perlahan-lahan muncul satu per satu. Setiap momen terasa begitu hidup—tawa mereka, percakapan hangat di tengah malam, pelukan hangat yang terasa seperti rumah. Semua yang mereka lewati tampak begitu sempurna. Seakan dunia bersekongkol untuk membuat kisah cinta mereka terlihat seperti dongeng. Tidak ada sedikitpun luka yang membekas di hatinya. Yang ada hanyalah cinta—cinta yang tulus, mengalir deras, dan tiada habisnya diberikan oleh Ardian.

Ardian selalu tahu cara membuat Eva merasa istimewa. Setangkai bunga mawar di pagi hari, secangkir kopi kesukaan yang disiapkan dengan penuh perhatian, hingga kata-kata manis yang selalu berhasil membuat hatinya luluh. Eva percaya, dialah perempuan paling beruntung di dunia karena memiliki suami sebaik Ardian.

Namun, semua itu hanya berlangsung sampai titik tertentu.

Perlahan, satu per satu kepingan kebenaran mulai terungkap. Di balik sikap lembut dan senyum manisnya, Ardian menyimpan rahasia kelam yang tak pernah Eva bayangkan sebelumnya. Sikap romantis yang selama ini dia banggakan, ternyata hanyalah topeng. Sebuah peran yang dimainkan dengan sempurna demi menutupi kebusukan di balik layar. Cinta yang ia terima, ternyata bukanlah ketulusan, melainkan manipulasi yang dibalut kehangatan.

Eva merasa tertipu. Dunia yang semula penuh warna kini berubah menjadi kelabu. Ia bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang yang begitu dicintainya ternyata mampu berbuat sekejam itu? Jahat sekali, bukan? Sebegitu lihainya Ardian menciptakan sandiwara, hingga Eva pun tak sadar bahwa dirinya hanya tokoh figuran dalam drama yang menyakitkan.

Tidak terasa, taksi yang Eva tumpangi berhenti di depan di sebuah rumah megah. Eva pun sadar, lalu dia membayar biaya dan turun dari taksi tersebut. Eva mendekati gerbang, dan melihat satpam yang menatapnya serta menghampiri. Satpam itu membuka pagar.

"Pagi, mbak Eva." sapa pak Harto, satpam itu dengan ramah

"Pagi juga, Pak Harto." ucap Eva balas menyapa dengan ramah, lalu dia bertanya, " Julia nya ada?"

"Non Julia ada kok, mbak. Mari masuk."

Eva pun berjalan masuk ke dalam rumah besar itu dengan langkah yang berat. Suasana rumah terasa sunyi, hanya terdengar suara detik jam di dinding dan bisikan angin dari jendela yang belum sepenuhnya tertutup. Aroma kayu manis dari diffuser menyambutnya, namun tidak mampu menghangatkan hati yang sedang hancur.

Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, seolah ingin memastikan bahwa dia benar-benar berada di tempat yang aman. Di sudut ruangan, terlihat sahabatnya, Julia, sedang duduk santai di atas sofa berwarna abu-abu muda, dengan segelas teh hangat di tangannya.

"Eva..." ucap Julia dengan ekspresi terkejut. Matanya membesar, dan cangkir di tangannya hampir terlepas. Ia tak menyangka Eva akan datang sepagi ini, apalagi tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Tapi bukan waktu kedatangan Eva yang menjadi pusat perhatiannya, melainkan tatapan mata Eva yang tampak begitu sayu, penuh luka dan kepedihan yang sulit dijelaskan.

"Julia..." lirih Eva, suaranya nyaris tak terdengar, seperti pecahan kaca yang baru saja jatuh ke lantai.

"Kemari lah!" Julia langsung menepuk-nepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Eva duduk.

Tanpa banyak bicara, Eva melangkah pelan dan langsung duduk di samping Julia. Begitu tubuhnya menyentuh sofa, dia langsung memeluk sahabatnya erat-erat. Pelukannya kuat, seolah sedang mencari pegangan agar tidak hancur sepenuhnya. Tubuhnya mulai bergetar, dan suara tangisnya pecah, memenuhi ruangan yang tadinya sunyi. Isaknya terdengar pilu, mengguncang hati siapa pun yang mendengarnya.

Julia hanya diam. Tangannya dengan lembut mengusap punggung Eva, berusaha memberikan sedikit ketenangan. Ia tahu, tak ada kata-kata yang bisa menenangkan sahabatnya saat ini. Dia memilih menunggu. Biarkan Eva meluapkan semuanya terlebih dahulu.

Lima menit pun berlalu. Tangisan Eva mulai mereda. Dia perlahan melepaskan pelukan dan mengusap air matanya dengan punggung tangan. Wajahnya tampak kusut, matanya sembab, dan senyum pun enggan mampir di bibirnya. Ada rasa malu yang singgah di wajahnya karena telah menangis seperti itu, tapi hatinya terlalu sesak untuk menahan.

"Sekarang... katakan padaku. Apa yang membuat kamu menangis seperti ini?" ucap Julia pelan, mencoba membuka percakapan.

"Mas Ardian..." jawab Eva, dengan jeda yang membuat suasana mendadak tegang.

Julia menatapnya penuh perhatian. "Ada apa dengan dia? Dia selalu pulang telat lagi? Kayak biasa?"

Eva menggeleng pelan, lalu menjawab lirih, "Ini lebih parah."

"Lebih parah?" ulang Julia dengan nada serius. Matanya menatap Eva penuh tanya.

Eva hanya mengangguk. Tapi tidak segera menjelaskan. Seolah kata-kata yang akan keluar akan membuat semuanya terasa lebih nyata.

"Maksud kamu apa? Jelasin dong, Eva Alexia. Jangan setengah-setengah ngomongnya." Julia mulai kehilangan kesabaran, tapi bukan karena marah, melainkan karena cemas.

"Iya, sabar dong, Jul." ucap Eva pelan, mencoba tersenyum walau sangat lemah.

"Nama ku Julia Roberts, bukan Ijul." sahut Julia ketus, membuang wajah ke samping sejenak.

Ucapan itu berhasil membuat Eva tertawa kecil, walau hanya sesaat.

"Sorry... kan itu nama kesayangan aku buat kamu."

"Kesayangan apaan? Kalau kamu panggil Lia, ya aku enggak apa-apa. Ini malah manggil Jul."

Eva menyeringai kecil. "Biar kamu bisa couple-an nama sama Julian. Kan panggilan dia juga Jul," godanya.

Wajah Julia langsung berubah masam. "Enggak usah sebut-sebut nama dia deh, eneg aku dengarnya!" gerutunya. "Sudah, fokus kembali pada masalah kamu. Kenapa kamu nangisin Ardian?"

Mendengar nama suaminya disebut lagi, raut wajah Eva kembali muram. Tatapannya kosong, suaranya kembali melemah.

"Mas Ardian... dia... dia diam-diam menikah lagi."

Julia membelalak. "Apa?! Dia menikah lagi?! Keterlaluan sekali laki-laki itu. Bisa-bisanya dia menduakan kamu!"

Eva menunduk. Suaranya gemetar saat mulai menceritakan semuanya.

"Aku dan Mas Ardian bertengkar tadi pagi. Rasanya sakit sekali diperlakukan seperti itu. Padahal, selama ini aku sudah melakukan apapun supaya bisa jadi istri yang baik. Aku rela meninggalkan pekerjaanku, aku urus semua kebutuhan rumah, aku sabar dengan semua sikapnya yang berubah-ubah. Tapi... pengorbananku tidak ada artinya di matanya."

Julia menggenggam tangan Eva, menatapnya penuh empati.

"Mas Ardian... dia sudah menikah lagi. Diam-diam. Dan... sekarang mereka sudah punya anak. Waktu aku tanya kenapa, dia cuma jawab kalau dia menikahi perempuan itu karena terpaksa. Dia bilang, dia enggak cinta sama perempuan itu. Tapi, apakah itu cukup untuk menghapus pengkhianatannya? Aku enggak ngerti, Jul. Kenapa aku harus jadi orang yang disakiti seperti ini?"

Air mata Eva kembali mengalir, tapi kali ini tanpa isak. Hanya diam dan leleh, seperti hujan yang jatuh perlahan di tengah malam.

Julia memeluknya lagi. Kali ini lebih erat. Ia tahu, tak ada yang bisa menghapus luka Eva sekarang. Tapi sebagai sahabat, dia akan selalu ada. Menjadi tempat pulang ketika semua terasa terlalu berat untuk ditanggung sendiri.

***

-

1
Nur Nuy
rasain suami penghianat , tunggu tanggal mainnya bakalan nyesel lu seumur hidup lepasin eva😡😏
Mardathun Shalehah: jangan lupa hadir yaa di persidangan/Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
kata nenek, bertengkar di pagi hari itu nggak bagus lho
Mardathun Shalehah: kalau malam bagus gak 🤧🤣
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ish aku paling benci kalau macet apalagi kalau pakai mobil manual, hmm, capek banget dan bikin esmosi, eh emosi
Mardathun Shalehah: sabar 🤧🤣
total 1 replies
Nur Nuy
sabar eva sabarr hempaskan penghianat itu
Mardathun Shalehah: buset dah 🤣🤣
Nur Nuy: ke kandang singa author 🤣🤣🤣
total 3 replies
Nur Nuy
tidak semudah itu fer Ferguso
Mardathun Shalehah: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Mardathun Shalehah: /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
iya tega banget ish!
Mardathun Shalehah: sabar /Joyful//Shy/
total 1 replies
Nur Nuy
semangat eva ayo kamu bangkit lupakan penghianat itu
Mardathun Shalehah: semangat ❤️
total 1 replies
yuni ati
Keren
Mardathun Shalehah: makasih kk ❤️
total 1 replies
Nur Nuy
lanjutkan
Mardathun Shalehah: oke ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
keren narasinya 🥰
Mardathun Shalehah: Makasih kak 🥰
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun kasian banget eva nya, sedih banget lanjutkan Thor seru
Mardathun Shalehah: Makasih dukungan nya kk ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Mardathun Shalehah: Salam kenal juga kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!