Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 08
Dara membawa Dion ke toko rotinya, sementara Dante meeting di kantornya.
Bocah tampan itu begitu menggemaskan, duduk di balik etalase. Dengan senyumnya yang menawan Dion menyapa setiap pengunjung yang mendekat, sehingga para pengunjung di buat gembira dengan kehadiran Dion.
"Dara apakah ini anakmu?" tanya salah satu pengunjung pada Dara yang tengah sibuk menyusun roti keju di etalase.
Dara mendongak menatap Sally, pelanggan setianya yang hampir setiap hari membeli roti untuk bekal ke kantor. "Namanya Dion, dia adalah putraku. Bagaimana? Tampan kan?"
"Ya, dia begitu menggemaskan." Wanita muda itu membalas sapaan Dion dengan menyebut nama bocah itu. Ia tidak peduli dari mana Dara mendapatkan anak itu, karena baginya itu bukan urusannya.
Setelah memilih roti kesukaannya, Sally langsung membayarnya. "Aku akan lebih sering kemari jika Dion ada di sini." Ia pun pergi setelah selesai berbelanja.
Suasana toko memang terasa lebih ramai dari biasanya, ini semua berkat keramahan Dion. "Kau sungguh di berkati, Sayang," ucap Dara pada Dion.
Menjelang makan siang, Dara kedatangan tamu istimewa. Axel, sang dokter spesialis bedah datang mengunjungi toko roti Dara.
Dara tidak berusaha menyembunyikan Dion dari Axel, gadis itu berencana jujur mengenai Dion dan pernikahan kontraknya bersama Dante.
"Hai, Ra," sapa Axel dengan senyum mengembang di wajahnya, tatapannya beralih pada Dion, dan penuh dengan tanda tanya. "Siapa?" bisiknya.
Dara tersenyum, ia memutar keluar dari etalasenya, namun tak lupa Dara menitipkan Dion pada pegawainya.
"Kita duduk dulu yuk!" Dara menggiring Axel menuju meja pengunjung, ia juga meminta pegawainya membawakan kopi dan roti yang biasa Axel pesan.
"Ada apa, Ra?" tanya Axel bingung setelah ia duduk berhadapan dengan Dara.
"Begini," Dara mulai menarik napas, kemudian menghembuskan secara perlahan. Barulah ia cerita mengenai kecelakaan yang menimpa sahabatnya dan keluarga almarhum yang tidak dapat mengurus Dion, sehingga ia terpaksa menikah kontrak dengan Dante demi bisa mendapatkan hak adopsi atas Dion.
Dara menoleh ke arah Dion, memastikan bocah itu aman. "Aku tidak bisa membayangkan jika anak semanis dia di asuh oleh orang lain, aku begitu menyayanginya." Ia memperhatikan reaksi Axel, sejauh ini pria itu nampak mengerti.
"Kau tidak perlu khawatir, ini benar-benar hanya sementara. Tidak lebih dari satu tahun, aku dan pria brengsek itu akan bercerai." Dara juga menjelaskan jika Dante merupakan musuh bebuyutannya, dan dalam perjanjian tersebut tidak ada kontak fisik selama pernikahan kontrak ini berjalan.
Axel tersenyum pada Dara. "Aku percaya penuh padamu, Ra."
Dara menghembuskan napas leganya, ia tak menyangka Axel begitu dewasa. Padahal sebelumnya ia sempat khawatir Axel tak dapat menerima Dion dan pernikahan kontraknya.
Minuman Axel datang, pria itu langsung menyesap kopi pahit kesukaannya.
"Kau terlihat lelah sekali," ucap Dara, ia melihat kantung mata Axel yang begitu tebal.
"Semalaman aku mengerjakan operasi," jawab Axel sembari menaruh cangkir kopinya di atas meja. "Tapi aku tidak mau istirahat sebelum bertemu denganmu untuk itulah aku datang kemari."
Dara begitu tersanjung, ditengah kesibukannya Axel menyempatkan diri menemuinya. Inilah pria idamannya, tidak seperti Dante yang justru datang semaunya saat pertemuan pertama mereka. 'Dasar pria sialan,' batin Dara.
Setelah menghabiskan kopi dan rotinya, Axel pamit kepada Dara. Ia juga sempat menyapa Dion, namun bocah yang sedari tadi tersenyum ramah pada pelanggan, mendadak tak menghiraukan sapaan Axel.
"Sepertinya Dion sudah lelah," ucap Dara menghibur Axel. "Ini sudah jamnya dia beristirahat."
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu ya..." ia mengecup pipi kanan dan kiri Dara, begitu berbalik ke arah pintu, ia berhapan dengan Dante.
Dante menatap Axel dengan tatapan tajam, hingga membuat Dara salah tingkah. "Axel, ini yang aku ceritakan tadi."
Axel langsung mengerti bahwa pria yang ada di hadapannya adalah Dante, suami kontrak Dara. "Hai, aku Axel. Aku dokter specialis bedah di rumah sakit International Hospital."
Dante tersenyum menerima jabatan tangan Axel. "Aku kemari hanya ingin membawa Dion pulang," ia kemudian berlalu meninggalkan mereka.
Dion begitu terlihat gembira melihat kedatangan Dante. "Papa.. Papa..." Ia merentangkan tangannya meminta Dante menggendongnya.
Tentu saja Dante langsung menggendong putranya. "Bagaimana harimu disini? Berapa banyak roti yang sudah kau habiskan?" tanyanya sembari tertawa, ia memasukan semua barang-barang Dion ke tasnya.
Dara yang telah mengantar tamunya pergi, menghampiri Dante. "Kau ini benar-benar tidak sopan!" protesnya kesal.
Dante berbalik menghadap Dara. "Bukankah yang buat peraturan jika kita tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing?" tanya Dante. "Jadi aku rasa aku tidak perlu berkenalan dengan dokter gadungan itu."
"Dia dokter profesional," protes Dara semakin kesal. "Kau yang produser gadungan."
Setelah semua barang-barang Dion selesai, ia menyampirkan di bahunya. "Aku kemari hanya untuk mengambil Dion, permisi!" ia berlalu meninggalkan toko.
"Dasar pria gila," gerutu Dara.
***
Flashback On.
Setelah meeting, Dante buru-buru memacu kendaraannya menuju toko roti. Ia khawatir Dion akan membuat Dara repot karena sepengetahuannya, Dara tengah sibuk membuat menu baru.
Namun ternyata dugaannya salah, Dara justru tengah sibuk berpacaran dengan gebetannya sementara Dion berada di balik etalasi bersama pegawai toko.
Dante merasa tidak ada keperluan untuk beramah tamah dengan Axel karena tujuannya adalah Dion, maka dari itu ia terlihat dingin saat Axel memperkenalkan dirinya.
Flashback off.
Dante membawa Dion pulang, mereka bermain bersama hingga sore hari Dara pulang ke kediaman mereka.
Dara membuatkan makan malam untuk Dion dan dirinya, ia sempat masih kesal pada Dante karena kejadian siang tadi di toko rotinya, namun Dara tetap membuatkan makan malam untuk Dante.
Sepanjang makan malam, mereka berdua membahas soal parenting agar tidak membingungkan Dion di kemudian hari.
Selesai makan malam, mereka menyempatkan diri untuk bermain bersama Dion, hingga bocah itu tertidur dan kedua orang tuanya masuk ke kamar mereka masing-masing.
Di atas tempat tidur, Dara memeriksa laporan penjualan hari ini yang meningkat drastis. "Ternyata pernikahan kontrak ini tidak seburuk itu," pikir Dara, ia yakin bisa melewati satu tahun ini dengan baik kemudian ia menikah dengan Axel.
Sementara itu, di meja kerjanya Dante pun memikirkan hal yang sama. Cukup berkomunikasi seputar Dion dengan Dara, selebihnya tak perlu ada pembahasan.
sepandainya org yg paham parenting harusnya tauu bahwa anak pasti akan keget ditempat hal2 baru
jangan2 mereka punya maksud nihh
klu menantukan seorang anak hrusnya kalian sebdiri yng mengurus bukannya pengasuh
nihh Dinsos nyaa gimana sihh
kok cepat banget yaa, langsung minta Dion gitu..emang tidak ada survei atau pengenalan thdap anaknya dulu kah..? bagaimana klu anknya tidak cocok? ini anak udah kayak barang ajaa
pleasee dehhh..BERANI KOTOR ITU BAIK
anak2 juga perlu diajarin mwngenal alam
truss salahnya dimanaa 🤣🤣
kamu tinggal balik, ambil baju kamu lalu kamu juga terbang ke Jogya menyusul Dante laaah
emang kok ya...kalian itu senangnya kok malah bikin masalah yang mudah jadi ribet kayak gini
jika ego kalian itu bisa kalian tekan maka saat ini kalian masih bisa bersama Dion tuuuuh