Pelabuhan Hati Sang Idol

Cheesy melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, dia menatap pintu yang tertutup rapat dengan lekat. Tubuhnya terasa begitu lelah, di tambah lagi otak yang terus berpikir keras mengartikan setiap ucapan Ardy tadi.

Namun, saat membuka pintu, dia langsung di seduhkan dengan pemandangan yang begitu menyeramkan. Dia melihat ketiga adiknya berdiri di pintu sambil melipat tangan di dada. Tatapan ketiganya sungguh menyeramkan, sehingga dia langsung amnesia tentang kejadian siang tadi.

"Astaghfirullah! Kalian kenapa melihat kakak seperti itu?" tanya Cheesy melihat tatapan mematikan dari ketiga gadis itu.

Tidak ada jawaban sama sekali, Aulya, Chelsea dan Fiona hanya melahkahkan kakinya secara perlahan mendekati Cheesy. Tidak lupa dengan tatapan yang begitu tajam dan juga raut wajah yang begitu datar.

Cheesy hanya bisa diam sambil memikirkan cara agar bisa lolos dari amukan ketiga gadis itu. "Kakak tau informasi tentang idola kalian. Bahkan kakak setiap hari bertemu dengannya."

Mendengar ucapan sang kakak, ketiganya langsung saling lempar tatapan. Min Yoon-gi, pria yang mereka idolakan selalu bertemu dengan kakak mereka? Kenapa nasib kakak mereka itu sangat beruntung? Bisa bertemu dengan pria pujaan hati mereka, setiap hari lagi.

"Maksud kakak?" Tanya ketiganya serentak.

"Kakak lelah, jadi kakak mau duduk. Kakak juga mau bertanya sesuatu kepada kalian." Cheesy melangkahkan kakinya menuju sofa lalu menghempaskan tubuhnya di sana.

Dengan ke kepoan seratus derajat, Chelsea, Aulya dan Fiona berjalan mendekati sang kakak. Ketiganya duduk di lantai sambil menatap sang kakak dengan lekat. Bagikan pendengar yang baik, mereka duduk sejajar sambil menatap sang kakak yang masih berbaring di sofa.

"Kenapa kalian melihat kakak seperti itu?" Tanya Cheesy bingung melihat tingkah ketiga adiknya itu.

"Mau mendengar cerita kakak. Kakak bilang kakak bertemu dengan suami kami. Setiap hari lagi, apa kakak punya ilmu gaib ya? Bisa bertemu dengan pria yang di puja sejuta umat. Sedangkan kami hanya bisa menatapnya dari layar TV dan juga ponsel saja." Oceh Fiona dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.

"Ilmu gaib?" Tanya Aulya dan Chelsea bingung.

Mendengar kata ilmu gaib, Cheesy langsung memukul keningnya binggung. Pria itu sudah mencuci otak ketiga adiknya itu begitu buruk.

"Kakak tidak punya ilmu-ilmu apa itu. Kakak hanya seorang dokter kandungan," ucap Cheesy kesal.

Mendengar kata dokter kandungan, ketiga gadis itu langsung membulatkan mata mereka terkejut. Berbagai pikiran aneh langsung muncul di pikiran mereka masing-masing.

"Apa! Jadi rumor itu benar? Mereka sampai menemui kakak. Dokter kandungan." Mata Aulya langsung berkaca-kaca. Dia seperti mendapatkan tusukan ribuan jarum di hatinya.

"Stop!" Cheesy langsung frustasi melihat ekspresi ketiga adiknya yang seperti kehilangan harta berharga. Dia mencoba menarik napasnya pelan lalu fokus pada tujuan awal.

"Kalian kunci mulut kalian rapat-rapat. Kalian hanya bisa menjawab saat kakak bertanya saja," Ucap Cheesy dengan tegas.

Mendengar ucapan Cheesy, ketiga gadis itu langsung menutup mulut mereka dengan rapat sambil mengangguk kecil. Ketiganya duduk dengan tenang bersiap untuk mendengarkan cerita sang kakak. Namun, hanya tubuh mereka yang tenang, tidak dengan jantung mereka yang terus berdetak tidak karuan.

"Apa kalian tau semua informasi tentang idola kalian itu?" Tanya Cheesy yang hanya di jawab dengan anggukan oleh ketiga adiknya.

"Siapa nama lengkapnya?"

"Min Yoon-gi Diandre."

"Min Yoon-gi Diandre." Gumam Cheesy sambil mengetuk dagunya pelan.

"Apa ada nama keluarga Diandre di kota ini selain keluarganya?"

"Tidak! Setahu kami tidak ada lagi keluarga Diandre selain keluarga papa mertua kami," ucap Fiona.

"Diandre!" Tiba-tiba Aulya mengingat sesuatu. Dia menatap sang kakak dan kedua adiknya itu dengan tatapan terkejut.

"Rekan bisnis papa!" Ucap Aulya sehingga dia di hadapkan tatapan tajam dari ketiganya.

Melihat tatapan itu, Aulya langsung menutup mulut lalu membuang napas dalam-dalam. Tidak bisa mengelak lagi, dia harus menceritakan dengan jelas jika tidak mau terus dihadapkan dengan ke kepoan mereka.

"Semalam aku ke kantor papa. Aku melihat papa dan Kak Alfa bicara dengan pria tampan. Sangat tampan, kulitnya putih bersih, matanya indah, bibirnya," jelas Aulya dengan begitu mendalami.

Melihat ekspresi Aulya, Fiona langsung menggunjingkan bibirnya. Wanita itu memang tidak bisa berubah, tetap wanita yang jelalatan walaupun sebentar lagi sudah jadi istri orang.

"Apa dia!"

"Lya!"

Tatapan mereka langsung teralih ketika mendengar suara teriakan yang begitu menyeramkan. Para gadis itu menatap Gibran yang berdiri dengan napas ngos-ngosan dan juga tatapan tajam. Tidak bisa di pungkiri lagi, kakak tertua mereka sedang marah besar.

"Arghh! Kakak sakit." Aulya hanya bisa berteriak kesakitan ketika sang kakak menarik telinganya dengan kasar.

"Pernikahanmu besok pagi, tapi kamu masih saja kelayapan seperti ini. Apa kamu mau kakak membatalkan pernikahanmu?" Tanya Gibran dengan nada yang begitu kesal.

"Maaf! Lya lupa." Aulya hanya tersenyum sambil menunjukkan wajah polos untuk meredakan amarah sang kakak.

"Astaga Kak Aulya! Masa pernikahanmu sendiri pun bisa lupa. Jangan-jangan sama calon suamimu sendiri kamu lupa. Iss... Isss... Tidak patut untuk di contoh." Oceh Chelsea.

"Atau Fiona gantiin saja posisi kakak jadi pengantin wanitanya besok. 'Kan enak tu, bisa jadi mama muda."

"Bukannya mama muda, bisa-bisa nanti kamu jadi janda muda."

Bersambung.....