NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RITUAL YANG MENUNGGU

"Langit malam sudah menelan warna terakhir senja ketika Haeun dan Jae Hyun melangkah menyusuri jalan kecil di pinggiran desa. Hujan tipis turun perlahan, memantulkan cahaya lampu jalan yang redup, seperti bintang yang jatuh di atas tanah basah.

“Jalan ini sepi sekali…” bisik Haeun pelan, kedua tangannya menggenggam ujung tasnya. Napasnya tampak di udara dingin. “Apa kau yakin rumahmu masih jauh, Jae Hyun?”

Pemuda itu tidak langsung menjawab. Tatapannya lurus ke depan, suara langkah kakinya berpadu dengan gemericik air. Setelah beberapa saat, barulah ia berkata dengan nada datar, namun tenang,

“Tidak jauh lagi. Kau bisa istirahat di rumahku malam ini. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian… sebelum ibumu pulang.”

Nada suaranya lembut, tapi entah kenapa terasa dingin,seperti ada makna lain yang tersembunyi di balik kalimatnya.

“Rumahmu… aman, kan?” tanya Haeun, mencoba tersenyum meski ada nada gugup.

Jae Hyun menoleh sedikit, sudut bibirnya terangkat samar. “Aman… selama kau tidak membuka pintu di sisi barat.”

Haeun menatapnya bingung. “Pintu barat?”

Namun, Jae Hyun tidak menjawab. Ia hanya kembali menatap ke depan, seolah tidak pernah mengucapkan apa pun. Haeun ingin bertanya lagi, tapi udara di sekitar mereka terasa berubah,lebih berat, lebih sunyi.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di depan rumah sederhana yang berdiri di antara pepohonan tinggi. Rumah itu terlihat hangat dengan cahaya lampu kekuningan, tapi anehnya, ada sesuatu yang membuat Haeun ingin mundur. Udara di sekitar rumah terasa terlalu tenang.

“Masuklah,” ujar Jae Hyun pelan sambil mendorong pagar kayu. “Kau bisa tinggal di sini untuk malam ini. Eomma tidak keberatan kalau ada tamu.”

Saat pintu rumah terbuka, aroma kayu dan dupa samar menyambut mereka. Seorang wanita paruh baya dengan senyum lembut menyapa, “Ah, ini tamu yang kau bawa, Hyun-ah?”

Suaranya menenangkan, tapi mata itu… mata yang menatap Haeun terlalu lama, terlalu dalam, seperti mencari sesuatu yang tak kasat mata di wajah gadis itu.

“Silakan masuk, Haeun,” ucap jae-hyun. “Kau pasti lelah. Malam ini… biarlah rumah ini menjagamu.”

Haeun tersenyum kaku dan melangkah masuk. Namun ketika kakinya melewati ambang pintu, bulu kuduknya meremang. Ia bisa merasakan sesuatu,seperti tatapan yang tidak berasal dari siapapun di ruangan itu.

Dan di luar sana, angin kembali berhembus lembut, membawa suara samar yang seolah berbisik dari arah barat rumah:

“Jangan buka pintunya…”

"Malam itu turun perlahan, membawa hawa dingin yang menggigit tulang. Dari jendela kecil di ruang tamu, cahaya bulan menembus tipis tirai renda putih, menumpahkan siluet lembut ke lantai kayu.

“Tidurlah di kamar tamu,” ujar Jae Hyun datar sambil menatap ke arah lorong panjang di sisi rumah. “Eomma sudah menyiapkannya untukmu.”

Suara langkah kaki ibunya terdengar dari dapur,pelan, teratur, seperti musik yang menenangkan. Wanita itu muncul membawa secangkir teh hangat, uapnya menari-nari di udara.

“Minumlah, sayang. Ini bisa membuatmu tidur lebih nyenyak,” katanya dengan senyum lembut.

Haeun menerima cangkir itu. Aroma melatinya lembut, menenangkan. “Gomawo, bibi. Maaf sudah merepotkan.”

“Tidak apa-apa,” balas sang ibu pelan. “Malam ini… biarkan rumah ini menjagamu.”

Kata-kata itu sederhana, tapi entah kenapa membuat dada Haeun terasa hangat sekaligus berat.

Jae Hyun hanya berdiri di sudut ruangan, diam. Matanya memandangi jendela yang setengah terbuka, menatap ke luar ke arah kebun gelap di belakang rumah.

Haeun sempat ingin bertanya sesuatu, tapi pria itu lebih dulu berkata, “Kalau kau mendengar suara dari luar nanti malam, jangan hiraukan. Rumah ini… sering bicara dengan angin.”

Nada suaranya begitu tenang, tapi membuat kulit Haeun merinding tanpa alasan.

Setelah itu, ia berjalan menuju kamar tamu. Kamar itu bersih, dindingnya berwarna krem pucat, dan di pojok ada meja kecil dengan lilin kecil yang menyala lembut. Tempat tidur rapi, selimutnya hangat, dan udara di dalam ruangan terasa lembut, seolah mengundang untuk beristirahat.

Haeun berbaring pelan, matanya menatap langit-langit kayu di atasnya. Suara jam tua di ruang tengah berdetak pelan, tik… tok… tik… tok…,membentuk irama yang menenangkan.

Namun di tengah ketenangan itu, ada sesuatu.

Dari arah lorong, terdengar langkah kaki sangat pelan, seperti seseorang berjalan tanpa ingin terdengar. Haeun menajamkan telinga, tapi langkah itu berhenti begitu saja. Sunyi lagi.

Ia menarik napas, mencoba menenangkan diri. Mungkin angin, pikirnya. Atau mungkin rumah tua ini memang hidup dengan caranya sendiri.

Matanya hampir terpejam ketika samar-samar terdengar suara halus dari luar jendela, seperti bisikan yang tertiup angin malam.

“…kau akhirnya di sini…”

Haeun membuka mata.

Sunyi.

Tidak ada apa-apa.

Ia memeluk selimut, menatap cahaya lilin yang hampir padam. Di luar, pohon-pohon bergoyang perlahan. Aneh, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tenang.

Entah mengapa, ia tahu,malam ini, rumah itu tidak akan menyakitinya.

Belum......

"Sementara itu, di tempat lain…

Di sebuah rumah tua yang remang-remang, lilin bergoyang pelan, menebar cahaya kuning yang tipis. Aroma dupa bercampur tanah basah menyelimuti ruangan, membungkusnya dengan kesunyian yang menekan.

Park Seol-ah, ibu Haeun, duduk di kursi kayu tua, tangannya gemetar saat menekan tombol ponsel berulang kali. Suara panggilan terdengar sia-sia, hanya dering yang berulang tanpa jawaban.

> “Haeun-ah… kenapa kau belum muncul?”

Suaranya serak, lirih, hampir tenggelam di antara desahan angin yang menembus jendela retak.

Ponsel itu kini mati total karena kehabisan daya. Seol-ah menatap layar kosong, nafasnya terengah, wajahnya memucat.

Dari kegelapan, muncul sosok wanita tua,dukun, dengan rambut putih acak dan mata kecil yang tajam. Langkahnya perlahan, tapi setiap gerakan memancarkan aura yang membuat seluruh ruangan terasa hidup.

> “Waktu hampir habis, Seol-ah,” bisik dukun itu. Suaranya serak, bergetar. “Roh penjaga mulai gelisah. Jika anak itu tidak segera sampai, konsekuensinya… kau tahu sendiri.”

Seol-ah menunduk, menahan rasa takut dan frustasi.

> “Aku sudah menyiapkan segalanya. Surat sudah dikirim. Dia pasti datang malam ini.”

Dukun tua itu mendekat, menatap Seol-ah lekat-lekat.

> “Percayalah pada kebetulan terlalu cepat hanya akan menjerumuskanmu. Dunia roh tidak mengenal kata ‘pasti’. Mereka hanya mengenal… harga yang harus dibayar.”

Seol-ah menatap altar kecil di sudut ruangan, tempat simbol-simbol ritual terpahat samar dengan darah kering. Tangannya gemetar, tapi ia tetap menunduk, mencoba menenangkan diri.

> “Aku hanya ingin Haeun… menjadi seperti yang seharusnya. Agar… ia selamat.”

Wanita tua itu tertawa kecil, dingin dan tajam.

> “.“Melindunginya? Atau kau hanya ingin menebus dosa yang tak pernah kau selesaikan?”

"Cahaya lilin bergetar, nyalanya menurun perlahan. Suara retakan halus terdengar dari dinding, diikuti bisikan yang samar—seolah banyak suara kecil berdesakan ingin berbicara sekaligus.

"Seol-ah menelan ludah, matanya membesar.

> “Aku… aku hanya ingin… yang terbaik untuknya…”

> “Jika anakmu melangkah ke ambang itu… tak akan ada jalan kembali, Seol-ah,” bisik dukun tua itu, suaranya bergema di seluruh ruangan.

Angin malam menerobos jendela, lilin padam satu per satu. Ruangan itu tersisa dalam kegelapan penuh, hanya suara desah Seol-ah yang menggema, bergetar bersama malam yang menunggu Haeun.

"Malam menelan rahasia, dan rahasia menunggu untuk ditemukan…

Apakah kau siap melihatnya?"

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!