Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Pertukaran Peran.
Sebelumnya...
"Suami? Kamu sudah menikah?" Angelina memekik kaget.
Keterkejutan jelas Angelina rasakan begitu mendengar pengakuan Angelika yang sudah menikah dan memiliki seorang putra berusia lima tahun di tengah perjalanan mereka meninggalkan bandara.
"Ya," Angelika menjawab singkat.
"Kenapa kamu baru mengatakan ini sekarang?" tanya Angelina dengan nada keberatan yang teramat jelas.
Angelika mengangkat bahu abai, sedikitpun tidak peduli dengan keterkejutan yang Angelina rasakan. Fokus wanita itu hanya tertuju pada jalan yang ada di depannya, mengemudikan mobil yang dipersiapkan oleh sang suami untuknya sesuai dengan janji yang pria itu berikan.
Perjalanan mereka tidak berlangsung lama, Angelika menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sakit dan meminta Angelina untuk turun, mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menghubungi seseorang.
"Datang ke lokasi yang sudah aku kirimkan. Bawa mobilnya dan jalankan rencana yang sudah aku katakan padamu sebelumnya," perintah Angelika kepada seseorang yang ia hubungi.
"...."
Angelina hanya bisa mengamati apa yang Angelika lakukan tanpa bertanya. Melihat wanita itu berbicara, lalu menurunkan ponsel setelah panggilan berakhir dan memasukkan ponsel ke dalam tas sebelum meletakkan tas itu ke dalam mobil dan membawa Angelina masuk ke dalam rumah sakit.
"Kenapa kamu tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Angelina mengulang protesnya.
"Apa yang membuatnya berbeda antara aku menceritakan itu atau tidak?" sambut Angelika tanpa beban, tidak menghentikan langkah sampai ia masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Suka atau tidak kamu akan tetap menjalankan peranmu menjadi aku atau aku tidak akan pernah pulang untuk menemui ibumu," lanjutnya diakhiri ancaman.
"Tapi, suami..."
"Aku memiliki caraku sendiri untuk membuat dia tidak curiga. Dan kamu..." potong Angelika cepat sembari mendorong bahu Angelina menggunakan satu jari. "Cukup mengikuti alur yang sudah aku buat. Paham?"
"Tapi, ini berbeda. Bagaimana bisa aku berpura-pura menjadi istri suamimu?" ucap Angelina ragu. "Dan putramu, dia pasti akan menyadarinya."
"Hubunganku dengan putraku tidak sedekat itu, jadi kamu tidak perlu memikirkannya," Angelika menjawab santai. "Kamu bahkan tidak perlu berinteraksi dengannya jika perlu. Yang harus kamu ingat hanyalah kebiasaan yang biasa aku lakukan."
Sesaat setelah Angelika menyelesaikan kalimatnya, seorang pria dengan jas dokter masuk ke dalam, menyapa Angelika sembari membungkukkan badan.
"Sekarang dengar." Angelika berbalik menghadap Angelina.
"Yang harus kamu lakukan hanyalah berpura-pura kamu baru saja mengalami kecelakaan. Setelah ini suamiku akan datang, dan peranmu dimulai."
"Jangan berpikir kau bisa keluar dari kesepakatan yang sudah kau buat denganku. Atau..." Angelika melangkah maju, mendekatkan bibirnya di telinga Angelina.
"Nyawa ibumu yang menjadi taruhannya," bisiknya tajam.
Angelina melangkah mundur, menatap Angelika dengan amarah yang terpancar dengan begitu jelas untuk pertama kali.
"Apa yang kau lakukan pada ibuku?" desis Angelina.
Angelika menyeringai, memiringkan kepala sembari mengeluarkan ponsel berbeda dari yang ditinggalkan di mobil dari saku celananya, menggulirnya sebentar dan memperlihatkan layarnya pada Angelina.
"Ibumu berada dalam genggamanku." menunjukkan foto yang mana ibu Angelina terbaring di rumah sakit yang Angelika pilih.
"Pengobatan ibumu akan berjalan lancar selama kau patuh. Tapi, sekali saja kau bertingkah, katakan selamat tinggal pada ibumu," ucap Angelika tanpa rasa iba.
"ANGELIKA!"
Satu jari Angelika teracung tepat di depan wajah Angelina saat kembarannya itu akan maju, menunjukkan sisi kejam yang tidak pernah Angelina lihat sejak pertemuan pertama mereka beberapa hari lalu.
"Aku tahu kau akan menolak jika aku jujur di awal dengan mengatakan aku sudah memiliki suami dan anak. Kau pasti memilih pergi dan mengatakan kebohongan pada ibumu tentangku. Itulah mengapa aku tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Saat kau mengatakan setuju dan mengatakan di mana ibumu dirawat, aku meminta orangku untuk memindahkan ibumu ke rumah sakit yang aku pilih."
Angelina merasakan dunianya runtuh dalam sekejap. Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Awalnya ia ingin mengurungkan niatnya untuk menggantikan posisi Angelika setelah ia mengetahui fakta bahwa Angelika sudah berkeluarga. Akan tetapi, kini dirinya terjebak dalam lingkaran yang ia sendiri tidak bisa melihat jalan keluar dari lingkaran itu.
"Kau boleh pergi dan menolak menggantikan posisiku. Tapi, kau tidak akan pernah bisa melihat ibumu lagi," Angelika kembali berbicara.
"Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini, Angelika," Angelina berucap lirih, merasakan seluruh tenaganya pergi meninggalkan tubuhnya.
Kedua tangan Angelina terkepal di sisi tubuhnya, memikirkan cara untuk terlepas dari Angelika sebelum ia terseret terlalu jauh dari permainan yang Angelika ciptakan.
"Jika kau berpikir untuk lepas dariku, lupakan saja," Angelika kembali berbicara, memupuskan semua harapan yang tersisa di dalam hati Angelina.
"Aku memiliki uang, kekuasaan, sedangkan kau..." menatap sinis Angelina dari atas sampai bawah.
"Apa yang kau miliki?"
Angelina diam, emosi di dalam hatinya bergolak, tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan.
"Atau... Kau ingin melihat seperti apa kekuasaan yang aku miliki?"
Suara Angelika membuat Angelina tercekat. Wanita itu kembali menggulir layar sejenak, lalu kembali memperlihatkan layar ponselnya pada Angelina yang ternyata sudah terhubung dengan panggilan video.
Di dalam layar, Angelina bisa melihat dengan jelas seorang pria sudah berada di dalam ruang perawatan ibunya, siap untuk melakukan apa saja perintah yang akan diberikan Angelika.
"Lepaskan masker oksigennya," perintah Angelika.
Kedua mata Angelina melebar mendengar satu perintah yang Angelika berikan. Sementara pria yang kini terhubung dengan panggilan video melakukan perintah itu.
"Cukup... Hentikan...!" Angelina menjerit panik melihat ibunya kesulitan bernapas.
"Akan kulakukan apapun yang kamu mau," putus Angelina kemudian.
"Pintar."
Angelika tersenyum sembari menepuk pipi Angelina, meminta orangnya untuk berhenti dan meminta Angelina untuk masuk ke dalam ruang darurat yang sudah dipersiapkan sebelumnya, lalu beralih pada dokter yang ternyata adalah orang suruhannya.
"Buat dia terlihat seperti baru saja mengalami kecelakaan. Buatlah sealami mungkin, aku tidak ingin ada kesalahan. Apa kau mengerti?" tanya Angelika tajam.
"Saya mengerti, Nyonya," dia menjawab patuh sembari membungkukkan badan.
"Setelah ini, lakukan tugasmu dengan baik," ucap Angelika lagi.
"Baik."
Angelika keluar dari ruangan, sementara dokter itu masuk ke dalam ruangan berbeda di mana Angelina berada. Meminta wanita itu berbaring dan memberikan bius pada wanita itu dan memulai tugasnya dengan menciptakan luka asli di wajah serta tubuh Angelina, lalu memberikan perawatan untuk membuat hasil karyanya semakin sempurna.
.
.
.
Entah sudah berapa lama Angelina memejamkan mata, ia merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya saat kesadarannya perlahan kembali. Sentuhan hangat pada tangannya memaksa dirinya untuk membuka mata.
Seraut wajah tampan menjadi hal pertama yang Angelina lihat, seorang pria asing berambut hitam yang tidak Angelina kenali, menggenggam lembut tangannya dengan kekhawatiran yang terlihat sangat nyata.
"Sayang..."
Pria itu tersenyum lega, tetapi tidak menghilangkan kekhawatiran yang ada.
"Kamu... Siapa?" Angelina bertanya lemah, merasakan kesadarannya belum kembali sepenuhnya, tetapi ia bisa melihat dengan jelas keterkejutan yang terpancar di wajah pria itu.
Pria itu masih diam selama beberapa saat, menatap lekat wajah Angelina sebelum memberikan jawaban.
"Aku suamimu."
. . . .
. . . .
To be continued...