NovelToon NovelToon
Janji Di Atas Bara

Janji Di Atas Bara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.

Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.

Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.

"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.

Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 7

Malam makin larut. Cahaya lampu-lampu pesta rakyat mulai redup, suara musik berganti dengan deru angin dan percakapan samar orang-orang yang beranjak pulang.

Di ujung taman, di bawah pohon dengan lampu kecil yang menggantung di atasnya, Raisa dan Irvan duduk berdampingan di bangku kayu tua. Tak ada yang memperhatikan mereka di sana__ hanya bintang, angin, dan sisa-sisa tawa yang terbawa malam.

Raisa menatap kerumunan dari kejauhan, lalu bergumam pelan,

"Irvan, bolehkah aku tahu-- bagaimana dirimu sebenarnya?"

Irvan menoleh sedikit, alisnya berkerut. "Aku adalah aku. Seperti yang kau lihat."

Raisa tersenyum tipis, menatapnya lebih dalam. "Maksudku bukan itu. Aku ingin tahu apa rahasia besar dalam hidupmu_ hal yang orang lain nggak tahu.”

Irvan diam sejenak. Tatapannya jauh, melewati lampu-lampu yang bergoyang tertiup angin. Suaranya kemudian keluar rendah dan berat.

"Kalau aku mampu-- aku ingin kembali ke masa lalu," katanya perlahan. "Aku ingin bertemu dengan orang tuaku. Aku ingin tahu bagaimana wajah mereka. Bagaimana mereka dulu mengurusku, sebelum dunia membuat aku lupa rasanya punya rumah."

Kata-kata itu menggantung di udara. Lama.

Raisa menatapnya tanpa bicara. Ada sesuatu di matanya_perasaan yang sulit diuraikan antara iba dan kagum.

Irvan tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan getir di balik suaranya. "Lucu ya, orang lain ingin melupakan masa lalu. Aku justru ingin kembali ke sana."

Raisa masih menatapnya, lalu perlahan meraih tangan Irvan dan menggenggamnya. Hangat. Tegas.

Irvan menatap tangan itu, lalu menatap wajah Raisa. Di matanya ada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat_sesuatu yang lembut tapi kuat, seperti cahaya di antara gelap.

Ia ingin bicara, tapi kata-katanya lenyap begitu saja. Karena Raisa dengan gerakan pelan namun cepat mencium bibir Irvana, seolah berkata: Tidak perlu ada kata-kata lagi.

Hening. Tapi hening yang penuh makna.

Udara malam seolah berhenti di sekitar mereka. Dua hati yang tak butuh suara untuk saling mengerti. Dan di tengah keheningan itu, Irvan sadar_ malam itu, sesuatu dalam dirinya benar-benar berubah. Dia mulai jatuh hati pada gadis yang baru saja pulang dari London itu.

.

Malam semakin larut ketika Irvan mengantarkan Raisa pulang. Jalanan mulai sepi, hanya cahaya lampu jalan dan suara jangkrik yang menemani langkah mereka.

Begitu tiba di depan gerbang rumah besar itu, Raisa berhenti. Angin malam berembus pelan, membuat helai rambutnya bergerak lembut di wajah.

Mereka berdua terdiam sesaat_seolah tak ingin malam itu berakhir.

Raisa menunduk, lalu berujar pelan, hampir seperti bisikan,

"Irvan--lupakan saja tentang ciuman yang tadi, ya."

Nada suaranya lembut, tapi wajahnya tampak memerah karena malu.

Irvan hanya tersenyum kecil, menatapnya tanpa menjawab. Senyum itu membuat Raisa justru semakin salah tingkah.

"Kau tidak pernah berciuman dengan wanita ya?" tanyanya lagi.

Irvan mengerutkan kening, "Kenapa tanya begitu?"

Raisa menatapnya sekilas, lalu tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Aku beritahu, jadi ciuman itu, kau mencium bibirku bagian atas, aku mencium bibirmu bagian bawah, seperti ini."

Raisa berjinjit agar sejajar, lalu mencium bibir Irvan dengan lembut. Keduanya kembali hanyut dalam pagutan bibir yang semakin dalam.

Keheningan kembali menyelimuti mereka sejenak, "Sebentar, sebelum pulang aku mau satu hal." Raisa berusaha mencairkan suasana lalu membuka tas kecilnya dan mengeluarkan kamera kesayangannya.

Irvan mengernyit. "Apa lagi?"

Raisa mengangkat tangan kirinya membentuk setengah hati di depan kamera.

"Kamu, sini. Biar lengkap," katanya sambil tersenyum lebar.

Irvan tertawa kecil tapi akhirnya menuruti. Ia mengangkat tangannya membentuk setengah hati di sisi lain, hingga keduanya menyatu menjadi bentuk utuh di depan lensa kamera. Lampu flash menyala sebentar, menangkap momen itu.

Raisa menatap hasil fotonya dan tersenyum puas. "Hanya untuk kenangan," ucapnya pelan. "Kau membuatku tidak ingin kembali ke London."

Irvan menatapnya lama, kali ini tanpa senyum_hanya keheningan yang sarat arti. Lalu mengangkat tangannya, menepuk lembut pipi Raisa, menatap matanya dalam-dalam.

"Kalau begitu," katanya perlahan, "jangan buru-buru pergi."

Raisa terdiam. Ia tersenyum kecil, kemudian memeluk Irvan dengan hangat sejenak dan berkata pelan,

"Terima kasih untuk hari in-- sampai jumpa besok. Daah."

Irvan hanya berdiri di sana, menatap punggung Raisa yang perlahan masuk ke dalam rumah. Cahaya lampu taman menyorot lembut wajahnya _dan untuk pertama kali setelah sekian lama, ia merasa seperti menemukan sesuatu yang baru: alasan untuk tetap tinggal.

_-_-_

Pagi itu, sinar matahari menembus lembut lewat jendela dapur.

Suara desis kompor terdengar pelan ketika Irvan menyalakan api, lalu dengan santai mendekatkan ujung rokok ke nyala biru itu. Asap tipis mulai membubung, membentuk pusaran kecil di udara.

Baru saja ia menghela satu tarikan napas, suara berat ayahnya terdengar dari arah depan rumah.

"Ada apa sebenarnya dengan rumah ini? Kenapa semua ruangan dipenuhi asap?"

Suara itu membuat Irvan terlonjak. Ia buru-buru membuang rokoknya ke wastafel dan mematikan kompor.

"E-emm-- itu tadi, Gilang meninggalkan rokok di dapur, Dad. Ada sisa asapnya." jawabnya gugup, berusaha terdengar tenang.

Darwis mendengus pelan sambil melangkah mendekat. "Kalau sudah ketahuan, pasti jawabannya milik teman. Tidak akan pernah mengaku," ujarnya sinis, lalu berjalan ke teras.

"Dad, dengarkan aku dulu--”

"Tidak perlu. Simpan saja kebohonganmu itu," potong Darwis, menatap bayangan wajahnya di kaca spion motor yang terparkir di depan rumah.

Irvan menarik napas panjang, menyerah. "Oke-- baiklah. Aku mengaku. Rokok tadi memang milikku."

Darwis menoleh, kali ini dengan ekspresi sedikit lebih tenang. "Bagus kalau kau mau mengakui. Tapi jangan diulangi lagi. Itu bisa merusak kesehatanmu."

Ia kembali fokus merapikan kumis di depan kaca motor. Irvan memandang punggung ayah angkatnya itu dengan gugup, lalu berkata pelan,

"Dad-- sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu."

Darwis menoleh lagi, satu alisnya terangkat. "Apa lagi?"

Irvan menelan ludah, lalu memberanikan diri. "Sebenarnya-- aku ingin jujur. Aku sekarang sudah tidak jomblo lagi."

Tatapan Darwis langsung berubah kaget, matanya membulat. Irvan hanya bisa menggaruk tengkuknya, sementara ayahnya perlahan tersenyum geli.

"Kata orang, cinta itu bisa membuat orang melakukan tiga hal bodoh," ujar Darwis sambil berkeliling halaman kecil di teras. "Pertama, suka berpakaian aneh. Kedua, mengubah gaya rambut. Dan ketiga, suka berkeliaran entah ke mana. Nah, gadismu yang mana yang sering kau bawa berkeliaran, hah?"

Irvan memutar bola matanya, setengah frustasi. "Dad, please-- aku serius. Aku jatuh cinta."

Darwis menahan tawa. "Siapa yang sudah membuatmu jatuh cinta?" tanyanya sambil merapikan kumis lagi, seolah obrolan itu tidak penting.

"Raisa," jawab Irvan cepat.

"Raisa siapa?"

"Raisa Kusuma, anak Om Dharma." jawab Irvan santai.

Darwis sontak berhenti merapikan kumisnya dan berbalik cepat. Matanya membulat lebih lebar dari sebelumnya. Beberapa detik ia terdiam sebelum akhirnya tertawa keras.

"Irvan-- Irvan-- Kau ini pria paling lugu yang pernah aku temui. Baru kenal beberapa kali, sudah bilang jatuh cinta. Lalu nanti beberapa bulan lagi kau mau bilang ingin menikahinya?"

Irvan menghela napas panjang, nyaris frustasi. "Dad, aku serius! Dia bahkan menciumku lebih dulu. Dia bilang tak ingin kembali ke London, dan ingin melanjutkan kuliah di sini."

Darwis berhenti tertawa, kini hanya menatap anak angkatnya itu dengan pandangan campur aduk_antara heran, kagum, dan geli.

"Tapi kau tahu, aku sedang bertengkar dengan Dharma," katanya akhirnya.

"Ayolah, Dad. Demi anakmu ini," pinta Irvan dengan wajah memohon.

Darwis mendesah panjang, lalu tersenyum kecil. "Oke, baiklah. Aku akan bicara dengan Dharma-- di waktu yang tepat."

Begitu mendengar jawaban itu, Irvan langsung memeluk ayahnya erat-erat karena sangat bahagia. "Thank you, Dad! I love you!"

Sebelum Darwis sempat bereaksi, Irvan melepas pelukanya lalu mencium cepat pipinya. Darwis terpaku, menatap Irvan yang sudah menjauh sambil tertawa kecil.

"Anak ini--" gumamnya sambil menggeleng pelan, tapi senyum bangga tak bisa disembunyikannya.

...----------------...

Next Episode...

1
Deyuni12
dikit amaaaaat
Miss Ra: siaaaap
total 3 replies
Deyuni12
complicated
oh cintaaaa
Deyuni12
sungguh memilukan
Deyuni12
hadeeeeh
kumaha ieu teh atuh nya
Kutipan Halu
mampir kak, mampir jg ya ke karyaku "DIMANJA SAHABAT SENDIRI"☺☺
Deyuni12
lanjuuuut
Jee Ulya
Tapi kalau kebanyakan naratifnya, aku nggak bisa nafas. hihi😁
Jee Ulya
Nyampeee, Aromanyaaa nyampe siniii kaaaak😍😍😍
Jee Ulya: luv banyaak banyaaak
total 4 replies
Jee Ulya
😭😭😭😭 bagus bangettt
Jee Ulya
Aaah diksinyaaaa bikin meleleeeh 😭😭😭
Deyuni12
agaiiiiiin
Deyuni12
lagiiiiii
Deyuni12: d tungguuuu
total 2 replies
Deyuni12
makin penasaran dengan kisah cinta mereka n juga mungkin dendam d masa lalu antara kedua org tua mereka,,hm
lanjut
Deyuni12
hancurkaaaaan
Deyuni12
cinta 🥺🥺🥺
Deyuni12
huft 🥺🥺
Deyuni12
pertikaian dua sahabat kental,berujung kepahitan yg d dapat irvana,,hm
Deyuni12
jeng jeng jeeeng
badai akan segera d mulai
Deyuni12
memadu kasih
hm
lanjut
Deyuni12
hm
haruskah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!