Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 2, part 1
Anja
"Kenapa harus pulang? Kak Lail nya kan belum datang papa! Papa udah janjikan sama Zia kalo Sabtu dan Minggu ini giliran nginep di rumah Oma?"
"Bagaimana kalo lain kali, maafin papa ya,sayang. Tapi sekarang papa benar-benar sibuk. Gimana kalo gini aja, pulangnya kita mampir dan makan es Cream favorit kamu,?"
"Zia gak mau, pokoknya Zia mau main sama Kak Lail,papa!"tolak gadis itu tegas"Uwa bilang uwa udah beliin baju renang putri duyung samaan kaya kak Lail. Kemarin ditelpon, uwa udah janji mau ajak main Zia ke Playground sama kolam renang!"
Protesan dari suara bening itu terdengar nyaring sampai ujung lorong kamar yang ditinggalinya. Siapa ?
Kezia? Kenapa ? Siapa yang membuatnya marah? Pikirnya.
Lalu, seperti terhipnotis. Langkah kakinya tertarik untuk lebih mendekat pada asal suara. Ia ingin melihat, bagaimana ekspresi menggemaskan ketika gadis kecil itu ngambek. Tadi siang, kepadanya gadis kecil itu hanya menampakan senyum malu-malu. Dia belum lama bertemu karena, begitu sampai ia memilih mengurung diri dikamar.
Kemudian langkahnya terhenti diujung tangga, matanya tertarik memperhatikan seorang laki-laki dengan usia matang berjongkok berusaha merayu putrinya di dibawah sana. Wajahnya nampak frustrasi, tanpa mengurangi sifat kebapaan pada dirinya.
Pria itu sepertinya baru pulang kerja mengingat stelan rapi yang dikenakannya saat ini.
"Gini aja deh, Zia mau ke Playground, kan? Pulang dari sini kita mampir ke Playground, habis itu besok paginya papa ajak kamu berenang, gimana?" Usul pria itu mencoba bernegosiasi. Tangannya kini beralih pada kedua bahu putrinya berharap mengerti.
"Gak mau papa , Zia bilang malem ini Zia mau nginep dirumah Oma." Kezia manyun, pipinya yang tembem tampak semakin menggemaskan. Sementara, pria itu tampak memijit keningnya seolah menyerah karena kehabisan kata-kata.
"Kok masih gak mau, bukannya Zia mau ke Playground dan berenang, ya?"
"Papa jahat, gak ngerti Zia!"jerit gadis itu marah.
"Zia mau main berenangnya juga sama kak Lail, sama Oma, sama uwa, sama opa, sama mama, bukan berenang sama papa aja!" keluhnya menyebut satu persatu anggota keluarga yang ia harap ikut. Kezia melepaskan diri dari sang ayah sambil berlari kemudian duduk dipojok tangga dan mulai menangis.
"Ya sudah, maafin papa ya, sayang. Gimana biar papa bisa ngerti Zia? jangan ngambek lagi dong, nanti anak papa gak cantik lagi. Mama juga gak suka kalo punya anak suka marah kaya gini!"
"Papa gak sayang Zia, Zia gak mau pulang!"Pria itu berdiri seraya menghela napas panjang. Kezia keras kepala, semua orang dirumah ini tau kalau sudah marah Kezia susah dibujuknya. Lebih merepotkan lagi kalau sudah mogok makan, dan sepertinya malam ini dia tak akan menang.
Pria itu meletakan kedua tangannya dipinggang dan mendongak demi menemukan langkah siapa yang kini menuruni tangga.
"Ada apa dengan Kezia, kau membuatnya marah lagi, Reka?" tanya Bu Niar begitu mendengar kegaduhan di ruang tamu.
Ia tertangkap. Namun, tubuhnya membeku, terkunci dengan sepasang netra Reka yang kini juga menatapnya diam. Wajah itu sudah lama sekali tak pernah dilihatnya, tidak juga pernah bertatap muka saat ia sedang dikurung di sel tahanan, akan tetapi tak sedikitpun membuatnya lupa.
Reka?
Jantungnya bergetar saat hatinya menyebut nama itu. Alam bawah sadarnya terusik, Ia tak pernah menyukai pria itu karena menurutnya, pria itu telah mengalihkan seratus delapan puluh derajat kehidupan yang pernah direncanakannya. Ia sangat membencinya karena, dia penyebab dirinya terputus dari keluarganya sendiri sehingga mengharuskannya terkurung dalam jeruji besi.
"Papa jahat Oma, papa bilang kalo Sabtu dan Minggu ini mau nginep dirumah Oma tapi sekarang papa paksa Zia pulang. Zia gak mau, Zia mau ketemu kak Lail. Zia juga mau kasih tau kak Lail kalau mama udah pulang!" Kezia mengadu sambil menangis dipelukan Bu Niar.
Anja tersadar, matanya tertarik dan beralih memperhatikan Kezia kini. Namun, ada kalimat yang mengganggu dan membuat hati Anja terasa pedih.
Kenapa? Kenapa putrinya harus mengenalnya? Bukankah akan lebih bagus gadis kecil itu tak tau apa-apa sehingga ia bisa lari untuk melupakan masa lalu?
Anja berbalik sambil menyusut air matanya yang jatuh, berpikir apa yang sekarang harus ia lakukan kini?
***
Takut kelamaan terjebak dimasa lalu, belum nyapa nih aku.
sampai sini gimana temen-temen? diem-diem Bae.
Harap tinggalkan pesan yang membangun dikolom komentar, atau enggak authornya ikutan ngambek kaya Kezia.
semangat kak author 😍