Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita pencuri ponsel milik Marco
Selina masih mencoba menguasai hati dan pikirannya yang nyaris tergoda oleh bentuk dada bidang dan otot perut milik Febrian yang terus mengusik benaknya. Tanpa menyadari pria itu telah selesai berganti baju dengan piyama dan naik keatas pembaringan untuk segera menikmati waktu tidurnya yang sudah beberapa malam ini sering terganggu semenjak kecelakaan yang menimpa diri mereka berdua.
"Sampai kapan kamu akan berdiri disitu? Apa tubuhmu sudah cukup kuat untuk bergadang semalaman?" Sindir Febrian menegur istrinya yang terlihat masih mematung menghadap dinding.
Selina jadi gelagapan. Dia berbalik dan jadi malu menatap Febrian yang memakai piyama tampak bersandar ke sandaran springbed dengan pose sebelah kaki kanan selonjor dan sebelah kaki kirinya di tekuk hingga memperlihatkan otot kaki dan pahanya yang penuh bulu-bulu halus.
"Sofie, suamimu ini memang sudah gila. Apa dia sengaja menggodaku?" Rutuk Selina dalam hati membuang wajahnya yang memerah menahan malu ke arah pintu kamar mandi yang tampak sedikit terbuka.
"Hhh... " Selina menghela nafas kuat dan berjalan menuju kamar mandi, mengabaikan Febrian yang ia lihat memperhatikan dirinya diam-diam dari sudut matanya yang tajam bagaikan elang pencari mangsa.
Tanpa mempedulikan Febrian, Selina bergegas masuk kamar mandi dan mencuci mukanya di wastafel. Sesaat ia mematut wajah milik Sofie yang memantul dari kaca. Wajahnya yang cantik tanpa riasan, terlihat sedikit pucat dan...,"Aww!". Selina menjerit ketika pantulan kaca mendadak menampilkan wajah Febrian dari belakangnya.
"Huh! Kenapa? Apa kamu pikir aku hantu?!"dengus Febrian menatap istrinya kesal seraya bersandar pada pintu kamar mandi seakan menunggu Selina yang baru selesai mencuci muka.
"Kamu mengagetkanku saja." Kelu Selina mengurut dadanya yang nyaris tak bernafas bukan karena kemunculan Febrian yang mendadak di kamar mandi, melainkan karena wajah Sofie sendiri.
Setiap kali melihat wajah Sofie di kaca, Selina kadang merasa dihantui. Dia sering ketakutan sendiri, jika terlalu lama di depan kaca. Bulu kuduknya seringkali meremang jika teringat Sofie yang sebenarnya telah mati.
"Kalau habis mandi, jangan taruh pakaian dalammu sembarangan. Apa kamu tidak malu, jika merepotkan para pelayan dengan benda kecil itu?" ujar Febrian membuat wajah Selina seketika bersemu merah menahan malu.
Dia mengakui keteledorannya sehabis mandi tadi sore yang lupa membereskan perkakas uniknya. Rasa malu yang teramat sangat, membuat Selina tak mampu melihat pada Febrian yang masih berdiri memandanginya di depan pintu kamar mandi.
Wajahnya tertunduk malu, mencoba mencari benda segitiga yang kalau tidak salah, ia taruh sembarangan di pinggir tembok wastafel.
"Aku sudah menaruhnya dalam mesin cuci. Tak perlu di cari lagi." Ucap Febrian kemudian berbalik pergi meninggalkan Selina yang tercenung dalam kamar mandi.
"Sofie, suamimu itu terbuat dari apa?" Hati Selina makin gundah. Perasaan bersalah makin menyiksanya.
Selina tak mampu lagi menahan egonya untuk mengabaikan Febrian yang ia tahu sangat mencintai istrinya. Tubuhnya segera berbalik dan keluar kamar mandi mengejar Febrian yang tengah berjalan menuju pembaringan.
BRUK!
"Sayang, maafkan aku. Aku tahu, aku sudah bersalah padamu." Tutur Selina memeluk erat dari belakang punggung pria itu.
Langkah Febrian terhenti. Sesaat dia membiarkan tubuhnya di peluk dengan erat oleh wanita yang ia anggap istrinya. Matanya terpejam pelan, menahan amarah terpendam yang masih ia sembunyikan dalam hatinya. Belum waktunya mengungkap kebohongan Sofie, dia masih mencari bukti yang jelas. Febrian tidak mau terburu-buru.
"Sudahlah. Ini sudah terlalu larut malam. Lebih baik kita segera tidur." Pelukan Selina terlepas saat Febrian melepaskan tangan istrinya dan berjalan menaiki pembaringan tanpa menggandeng tangan istrinya yang dulu selalu menjadi ritualnya setiap hari.
Selina mendesah panjang. Dibalik kelembutan Febrian ternyata ada ketegasan yang sulit ditembus oleh rayuan seorang wanita. Pria itu sangat sulit di lunakkan dan membuat hati wanita terintimidasi sendiri karena merasa bersalah termasuk pada istrinya sendiri.
*****
Sementara itu di diskotik, dalam ruangan VIP dimana Marco berada. Pria itu sudah sadar dan kebingungan melihat dirinya hanya sendirian dalam ruangan itu. Dia berusaha mencari sosok wanita yang tadi bersamanya.
"Karin, Karin!" Marco berteriak memanggil wanita penghibur yang tadi sempat menemaninya dalam ruang VIP.
Karin yang sedang asyik berjingkrak-jingkrak mengikuti irama musik remix di tengah-tengah lantai dansa, langsung menghentikan gerakannya dan menghampiri Marco yang berjalan terhuyung-huyung karena masih dalam keadaan setengah mabuk.
"Mana wanita itu?" tanya Marco gusar.
"Wanita? Maksudmu wanita tadi? Bukankah dia bersamamu?" Karin bingung.
"Brengs*k! Wanita itu mencuri ponselku. Lekas panggil Arnold kesini! Suruh dia mencari wanita itu, cepat!" Bentak Marco naik pitam.
Karin bergegas pergi sebelum Marco mengamuk, mengumbar kemarahannya di dalam diskotik. Tak lama, beberapa pria berbadan tegap yang merupakan anak buah Marco, masuk dalam diskotik dan berpencar mencoba mencari wanita yang di jelaskan ciri-cirinya oleh Karin.
Sekian lama mencari, mereka kembali dengan hasil nihil, menemui Marco yang gelisah menunggu dalam ruangan VIP.
"Ma-maaf bos. Wanita itu sudah pergi." Arnold menunduk ketakutan menghindari sorot mata Marco yang menatap seluruh anak buahnya dengan tatapan tajam mematikan.
"Dasar kalian bodoh!"
PRANG!
Sebuah gelas whisky mendarat pecah mengenai kening Arnold yang seketika terluka mengeluarkan darah segar. Serpihan kaca halus pun bertebaran melukai beberapa bagian wajahnya. Arnold tak bergerak. Ia terlihat pasrah menerima hukuman fisik yang diberikan bosnya.
"Periksa seluruh cctv yang ada disekitar sini! Cari tau, berapa nomor plat kendaraannya!"
"Sudah bos. Dia kesini dengan taksi, dan pergi dengan taksi yang berbeda." Sahut salah satu anak buahnya yang serta merta mendapat sebuah tendangan keras dari Marco.
"Bodoh! Kalian semua bodoh! Mencari satu wanita saja kalian tidak becus! Hubungi perusahaan taksi itu! Cari tau daftar nama pemesannya!" Teriak Marco kalap.
Anak buahnya terpental jatuh dan bergegas kembali bangkit berdiri.
"Baik bos!" mereka serempak membungkuk hormat dan bergegas pergi meninggalkan Marco yang makin kalut. Termasuk Arnold yang ikut pergi mengikuti rekan-rekannya.
Setelah kepergian anak buahnya, Marco menghempaskan pantatnya diatas sofa dengan kasar. Raut wajahnya masih tampak gusar dan gundah.
Ponsel itu sangat berharga. Didalamnya berisi rekaman-rekaman suara penting menyangkut transaksi bisnis gelap dan bukti-bukti kejahatannya yang lain. Marco panik karena kehilangan benda yang bisa menjadikan dirinya mendekam lama dalam penjara.
'Kacau! Semua jadi kacau gara-gara wanita sialan itu! Dasar tolol! Aku begitu mudah terjebak olehnya. Dia pasti bukan wanita sembarangan. Dia sengaja menjebak dan mencuri ponselku. Siapa yang menyuruhnya? David kah atau..., Harry Anderson?' gumam Marco mengepalkan tinjunya kuat. Rahangnya mengeras, menahan kemarahan yang tak terlampiaskan.
"Karin, kau masih ingat Brenda yang kemarin ku ceritakan padamu kan? Dia salah satu wanita simpanan Harry yang bekerja sebagai sekretaris di perusahaan BRAIN Company. Temui dia, katakan, aku ingin bicara penting dengannya besok malam disini." Benaknya tiba-tiba teringat sosok wanita yang punya hubungan cukup dekat dengan Harry Anderson. Salah satu kolega yang ia curigai sebagai musuhnya.
"Baik bos. Besok pagi aku akan ke kantornya untuk menyampaikan pesan mu." Jawab Karin yang selain berprofesi sebagai wanita penghibur, juga merangkap sebagai kaki tangan Marco.
"Jika ini adalah ulah Harry, lihat saja. Sebelum dia mati, dia akan ku suruh menjilat sepatuku! Akan ku paksa dia merangkak dan menangis memohon ampunan atas perbuatannya!" dengus Marco menahan geram.
"Dan wanita itu, wanita pencuri itu akan ku buat menjerit setiap menit. Aku akan menghukumnya sampai mati karena telah berani mempermainkan aku." Dada Marco bergemuruh menahan amarah dan dendam yang mengguncang batinnya.
.
.
.
Apakah Marco berhasil menemukan Sofie alias Selina?
BERSAMBUNG