Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
"Jadi.... kamu akan tetap pada pendirian kamu?" tanya Stevan.
"Hmmm" angguk Anna dengan mulut penuh makanan.
"Abel tau? " tanya Stevan.
"Tidak, makanya tadi saya keluar dengan dokter" jawab Anna.
Dia selesai makan, merapikan diri dan bangun dari kursinya.
"Jangan bilang dulu, saya belum serahkan suratnya" ucap Anna.
"Ok, tapi ada imbalannya" Stevan tersenyum.
"Saya lupa kalau dokter itu temannya Pak Abel" ucap Anna menyipitkan matanya sembari tersenyum.
"Candlelight dinner, aku kabari waktu dan tempatnya nanti, jika kau balas tidak bisa, aku akan katakan semuanya pada Abel" ucap Stevan langsung pergi tanpa menoleh.
Anna menganga.
"Sebenarnya tak ada yang aku sembunyikan, nantinya dia juga tahu, dan akan mengerti dengan ini. Tapi kenapa dokter Stevan seolah memanfaatkan situasi ini, ahhh... dasar orang-orang aneh" keluh Anna.
Dia kembali ke kamar Abel, dan melihatnya melipat tangan di depan makanannya.
'lagi? terakhir kali dia bersikap begini kita bertengkar, apa dia akan mengajakku bertengkar lagi? ' tanya hati Anna.
"Sudah waktunya makan malam, makanlah Pak, jangan hanya dipandang" ucap Anna.
"Apa yang kau bicarakan dengan Stevan? " tanya Abel tanpa basa basi.
"Nanti anda juga akan tau" jawab Anna seraya membuka laptop.
"Apa itu? Katakan sekarang! " Abel berdiri mengikuti dari belakang.
Anna mundur sedikit takut terkena tanganya yang memakai selang infus.
"Duduk di ranjang Pak, kenapa berdiri, anda harus makan bukan? " Anna terheran dengan sikap Abel.
"Aku tidak akan makan sebelum kamu beritahu dan..... "
Belum habis Abel bicara, Anna sudah menarik lengannya dan menyeretnya untuk duduk. Dia menyiapkan makanannya dan siap untuk menyuapinya dengan tangan.
Abel terdiam menatap tangannya yang sudah diisi nasi dan lauk di hadapannya.
"Saya sudah cuci tangan, tadi saya juga makan dulu" ucap Anna meyakinkannya.
"Tapi kamu tadi bicara apa dengan Stevan? "
Anna langsung menyuapinya, Abel pun terdiam.
"Makan pelan-pelan Pak Abel, ingat, tenggorokan anda pun bengkak karena menghirup bulu kucing" ucap Anna seraya siap dengan suapan selanjutnya.
Abel menatap Anna yang fokus mengambil makanan. Sesuap demi sesuap dengan sabar dia suapkan padanya.
"Suapan terakhir" ucap Anna.
Abel memakannya dengan cepat. Anna bangun dari duduknya dan hendak mencuci tangannya. Abel memegang lengan Anna, dia menoleh dan bertanya dengan mengangkat kedua alisnya.
"Jangan resign... " ucap Abel
Raut wajah Anna berubah.
"Aku tidak akan bisa... " lanjut Abel.
Anna mengingat semua ucapan Abel semalam saat mabuk, juga semua kenangan saat menjadi asistennya.
"Mana ada yang bisa melakukan semuanya sebaik kau melakukannya" lanjut Abel.
Tiba-tiba bayangan saat Abel begitu egois dan seenaknya muncul, raut wajah Anna berubah lagi menjadi kesal.
"Saya mau cuci tangan Pak! " ucap Anna ketus.
Abel terheran karena merasa Anna tak terpengaruh dengan ucapannya. Tapi dia melepaskan lengan Anna.
Anna masuk ke toilet dan membersihkan diri.
'tidak, aku sudah menata semuanya, aku tidak akan mundur ' ucap hati Anna saat menatap. cermin dan tersenyum pada dirinya sendiri.
**
Dua hari setelah kembali dari rumah sakit.
"Aku sudah membujuknya, tapi dia hanya diam tak merespon" ucap Abel pada Zidan yang asik dengan kopinya.
"Bagaimana kau melakukannya? " tanya Zidan sambil meletakkan cangkirnya.
"Aku bilang kalau ga ada yang bisa melakukan semuanya sebaik di melakukannya" jawab Abel percaya diri.
Zidan menghela saat melihat cara Abel menyampaikan.
"Huuftttt.... " hela Zidan.
"Kenapa? Apa aku salah? " tanya Abel.
"Jelas salah, kau harus mengalah padanya, kau harus mengakui kalau kau tidak bisa hidup tanpanya! " Zidan bangun memperagakan kekesalannya.
"Kenapa.... " Abel hendak bicara.
Namun Zidan menyentuh kedua bahunya dan menekannya di kursi.
"Cukup! Katakan kau menyukai nya dan katakan kau tidak akan bisa hidup tanpanya" ucap Zidan.
"Tapi.... "
"Aku mencintaimu, jangan pergi! " ucap Zidan.
Anna yang baru masuk, tertegun melihat posisi mereka.
Mereka pun baru menyadari kedatangannya dan menatapnya.
"Maaf saya lupa untuk mengetuk" ucap Anna.
Zidan melepaskan bahu Abel yang hanya mendelik padanya.
"Ada apa? " tanya Abel.
"Hanya mengingatkan, malam ini kita ada jadwal pergi ke Surabaya, tapi besok lusa sudah harus kembali untuk peresmian toko baju bu Santi Pak! " jelas Anna.
"Ohh, iya aku juga mau mengatakan itu tadi" ucap Abel.
"Tapi kita harus berangkat sekarang, anda belum packing juga saya belum siapkan obat-obatannya" ucap Anna.
"Kau sudah packing? " tanya Abel.
"Sudah Pak, sudah saya kirim ke rumah anda" jawab Anna.
"Ahhh, kalau begitu aku bisa pulang sekarang" ucap Zidan seraya berjalan keluar.
Anna menahan senyumnya mengingat apa yang baru saja terjadi. Zidan melihatnya, dia mencubit lengan Anna sambil keluar. Anna mengerutkan dahinya karena sakit.
"Sakit Pak...! " keluh Anna tapi sedikit berbisik.
"Apa? " tanya Abel.
Anna dan Zidan menatapnya kemudian saling menatap.
"Aku mencubitnya" jawab Zidan.
"Kenapa? " Abel mengerutkan dahinya.
Dia bahkan tak pernah berani melakukan kejahilan manis seperti itu padanya.
"Karena gemas..... " jawab Zidan kemudian mencubit kedua pipi Anna.
Anna cukup terkejut dengan tingkah Zidan. Abel langsung menjulurkan tangannya seolah tak rela dia mencubit pipi Anna seperti itu.
"Kenapa? " tanya Zidan.
"Tidak... " Abel berbalik kembali ke kursi untuk mengambil ponselnya.
"Dia benar-benar pengecut" gumam Zidan.
Anna menatapnya, sedikit mendengar ucapannya.
"Jaga bayi ku itu, dia sangat bergantung pada mu" ucap Zidan, kemudian pergi.
Anna malah jadi tertegun mendengar ucapan Zidan.
"Sudah... ayo pergi, nanti tak sempat" ucap Abel yang juga pergi melewatinya.
Anna menghela tapi langsung buru-buru menyusulnya.
Mereka sampai di basement, Abel berjalan cepat, Anna menyusul sambil menerima pesan dari Viona yang mengatakan Zidan menggerutu setelah kembali dari ruangan Abel.
"Mana gue tau kenapa" gumam Anna.
Abel berhenti tiba-tiba kemudian berbalik, Anna tak melihatnya karena sibuk membalas pesan Viona dan akhirnya membuatnya menabrak Abel.
Sontak Abel memeluk pinggang Anna yang mundur karena terkejut, dia takut Anna terjatuh.
Mereka saling menatap, cukup lama terdiam.
'aku suka, suka saat dekat seperti ini, sangat suka' ucap hati Abel.
Matanya meraba wajah Anna hingga berhenti di bibirnya.
'badannya tegap, tangannya mantap menahan tubuh gue dari jatuh, apa ini? kenapa tiba-tiba jantung gue berdegup kencang? ' tanya hati Anna.
Anna langsung berdiri tegak dan melepaskan tangan Abel.
"Maaf, aku rasa aku meninggalkan sesuatu di ruangan" ucap Abel mengalihkan rasa malunya karena membayangkan mencumbu Anna.
"Semua sudah saya bawa Pak" jawab Anna seraya menunjukkan semua di tangannya.
Mereka tak berani saling menatap, hingga Andri datang menjemput mereka.
"Pak, maaf terlambat. Mobil yang besar ada masalah jadi saya bawa ke bengkel tadi" ucap Andri.
"Ahhh, ya" jawab Abel sambil masuk.
Tapi kemudian dia baru sadar dengan apa yang dia dengar.
"Masalah kenapa? " tiba-tiba Abel bertanya dengan nada tinggi.
Anna dan Andri terkejut, mereka menatap Abel.
\=\=\=\=\=\=\=>>>>