JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN
Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!
Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.
Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?
Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANTARA PLINDUNG DAN PERASAAN
Di istana, di bawah cahaya bulan yang lembut dan semilir angin malam yang menenangkan, Zhao duduk bersama Meilan dan Pangeran Jae Min di gazebo kecil taman dalam.
"Aku tidak menyangka Pangeran Wang akan semarah itu," gumam Zhao, menatap langit malam.
Pangeran Jae Min mendesah. "Dia tidak biasanya memarahiku sekeras itu... Rasanya seperti ada yang lain yang membuat dia naik darah."
Zhao melirik. " Aish, jelas-jelas dia kesal padamu."
"Kau tidak lihat caranya menatapku? Nada suaranya? Aku tahu kakakku. Ada sesuatu yang mengusiknya," ujar Jae Min yakin. "Tapi aku juga bingung... perasaan apa yang membuat dia semarah itu."
"Lebih baik kita tidak ikut campur lebih jauh... perasaan Kak Wang itu seperti ranjau. Aku tidak sanggup," sambung Jae Min, setengah menyerah.
Meilan ikut bicara, "Benar, Nona. Kita tidak tahu apa yang ada di pikirannya."
Zhao menghela napas panjang. "Kalian ini pengecut sekali!"
"Tapi aku rasa... Nona Hwajin hanya ingin dekat denganmu, Zhao. Bukan soal cinta. Dia wanita yang cerdas. Kalau pun ia menyimpan perasaan, dia bisa mengaturnya dengan anggun," ujar Jae Min hati-hati.
Zhao diam sejenak. Lalu tiba-tiba berdiri, menepuk tangannya. "Baiklah! Kita hentikan semuanya! Aku tidak akan ikut campur urusan hati mereka."
Meilan dan Jae Min saling berpandangan dan mengangguk lega. "Akhirnya..."
"Dan aku akan fokus meluruskan perasaanku pada Pangeran Yu!"
Meilan langsung menutup wajahnya dengan tangan. "Nona... lagi..."
"Hey, hatiku tetap hatiku! Dan hatiku ini... belum menyerah sebelum janur kuning melengkung!" Zhao mengangkat telunjuk ke langit dengan gaya dramatis, membuat Meilan dan Jae Min memegangi dahi mereka.
"Bencana berikutnya akan datang," gumam Jae Min.
"Kalian tidak mau bantu?"
"Aku akan berada di sampingmu, tapi jangan seret aku ke jurang ini," ujar Jae Min.
Meilan hanya bisa pasrah dan tersenyum lelah.
Zhao mengajak meilan untuk pulang pangeran jae min menawarkan diri untu mengantar mereka, zhao terlihat ragu tapi kemudian ia menerima tawaran nya
---
Dalam perjalanan keluar istana, mereka bertemu Pangeran Yu yang sedang berjalan santai di lorong istana.
"Nona Zhao, Pangeran Jae Min. Kalian mau ke mana malam-malam begini?" tanyanya ramah, dengan wajah secemerlang lembut, bersih, dan menenangkan.
"Aku hanya mengantar Nona Zhao dan Meilan pulang," jawab Jae Min sambil menggaruk belakang kepala.
Yu tersenyum miring. "Tumben... atau sebenarnya kau sekalian mau ke tempat itu, hm?"
Jae Min tersipu, mencoba menahan senyum.
Zhao menyipitkan matanya curiga. "Oh, jadi niatmu bukan mengantarku?"
"Ah, bukan begitu! Ini hanya sekalian lewat, supaya tak menimbulkan kecurigaan!"
Zhao pura-pura cemberut. "Tempat seperti apa, sih? Menarik banget kedengarannya. Aku ikut, ya?"
"TIDAK!" jawab Jae Min dan Yu bersamaan.
Yu terkekeh. "Tempat itu bukan untuk Nona Zhao yang terhormat. Percayalah."
Meilan diam-diam mengawasi Zhao dengan raut khawatir. Ia tahu arah hati majikannya... dan seseorang di kejauhan mungkin juga mengetahuinya.
"Aku juga akan ikut mengantar," ucap Yu tiba-tiba.
Zhao terkejut, lalu tersenyum. "Nona Hwajin ?"
"Dia sudah pulang."
---
Dalam perjalanan, suasana tenang. Zhao mencuri pandang ke arah Pangeran Yu yang berjalan di sisinya. Lelaki itu tenang, bersahaja, bahkan angin malam pun terasa lembut di sekitarnya. Tapi Zhao tak bisa menahan detak jantungnya yang semakin cepat.
Di tengah perjalanan
Tiba-tiba, beberapa sosok berpakaian hitam menghadang jalan mereka. Gerakan mereka cekatan, wajah tertutup kain
Zhao terkejut.
Meilan langsung berdiri melindungi Zhao, sementara Pangeran Yu dengan sigap menarik pedangnya.
“Cepat ke belakangku!” suara Yu tenang tapi tegas.
Zhao buru-buru mundur, menarik Meilan dan… Jaemin?
Pangeran Jaemin justru berdiri kaku di belakang Zhao sambil berbisik, “Kau yakin mereka bukan penyambut tamu istana rahasia?”
Zhao meliriknya tajam. “Ini bukan saatnya bercanda, Pangeran!”
“Y-ya, aku tahu... makanya aku berdiri di sini. Untuk… support moral,” ucap Jaemin gugup sambil menutupi tubuhnya dengan lengan Zhao.
Pangeran Yu bertarung dengan gesit, tebasannya cepat dan presisi. Namun jumlah musuh terlalu banyak. Salah satu dari mereka berhasil menyelinap dari sisi kiri, dan dalam hitungan detik, pedangnya sudah terangkat tepat di depan Zhao.
Zhao terpaku. Dunia seakan berhenti. Ia memejamkan mata…
Tiba-tiba
KLANG!
Sebuah pedang menahan serangan dari sisi musuh. Suara logam bertemu logam memekakkan telinga. Zhao membuka matanya perlahan, dan di hadapannya, berdiri sosok gagah berjubah gelap, rambut panjangnya terikat rapi, dan matanya... menatap tajam penuh marah.
Pangeran Wang.
Nafas Zhao tertahan. Ia tak bisa berdiri tegak
Meilan buru-buru menghampiri Zhao, “Nona! Nona baik-baik saja?”
Zhao hanya bisa mengangguk pelan, tubuhnya gemetar hebat.
Pangeran Wang dan Pangeran Yu bertarung berdampingan. Gerakan mereka tajam, terlatih, dan... sangat memesona. Zhao di balik rasa takutnya tak bisa mengalihkan pandangan. Seperti menyaksikan dua ksatria dari dua dunia berbeda.
Musuh satu per satu tumbang. Beberapa kabur ke kegelapan malam. Pangeran Yu hendak mengejar mereka tapi Wang menahan lengan adiknya.
“Tak perlu"
Yu terengah. “Kakak baik-baik saja?”
Pangeran Wang tak menjawab langsung. Ia hanya melirik ke arah Zhao yang masih berdiri pucat sambil memegangi dada. Lalu ia melangkah menghampirinya"kau tidak terluka?"
Zhao masih terlihat pucat tapi memaksakan bicara
“Aku baik-baik saja, tidak terluka,” ucapnya berat.
“benarkah?,” ucap Wang pelan tapi menusuk. Tatapannya tak berpaling dari wajah Zhao yang berusaha tegar.
Pangeran Wang lalu menoleh ke arah Jaemin dan menyuruhnya pulang
“Aku akan ikut mengantar nona Zhao,” kata Pangeran Yu.
Zhao masih shock setelah kejadian itu. Langkahnya gontai, wajahnya pucat, dan bibirnya belum kembali berkata-kata. Meilan menuntunnya perlahan.
Di sisi lain, Pangeran Yu berjalan sambil sesekali melirik ke arah Zhao, sementara Pangeran Wang berjalan di depan mereka menatap lurus ke jalan, namun sorot matanya sesekali terlempar ke belakang.
Sesampainya di kediaman Zhao...
Paangeran wang mendekati zhao berharap ia bisa menenangkan zhao
"Hei, kelinci kecil... sudah sampai. Masuklah, istirahat," ucap Pangeran Yu lembut sambil tersenyum tipis.
Zhao mendongak pelan, matanya menatap Yu yang terlihat seperti biasa, tenang dan hangat. Ia tersenyum tipis meski wajahnya masih pucat dan menangguk
Pangeran Wang yang berdiri tak jauh dari sana melirik mereka. Matanya mengecil sedikit. Ada sesuatu dalam cara Yu memanggil Zhao kelinci kecil yang menusuk perasaannya. Sebutan itu... bukan milik orang lain.
Namun Wang tidak berkata apa-apa. Ia hanya menoleh ke Meilan.
"Bawa dia masuk. Jangan biarkan dia sendiri malam ini," ucapnya, dingin tapi terdengar khawatir.
Meilan menunduk, lalu perlahan membawa Zhao masuk ke dalam.
Pangeran Yu masih berdiri di tempatnya. Tangannya dimasukkan ke balik jubah, dan ia menatap Wang.
"Kau benar-benar memperhatikan dia, Kak," gumam Yu pelan.
Wang tak menanggapi.
Keduanya berjalan pergi
Sambil mengobrol
“Siapa mereka?” tanya Yu pelan.
“Entahlah. Tapi mereka bukan orang sembarangan. Gerakan mereka seperti dilatih khusus,” ucap Wang.
Yu menyipitkan mata. “Jadi… ada yang mengincar Zhao?”
“Mungkin,” jawab Wang. “Atau mungkin mereka ingin memberi pesan. Kepada kita.”
“Kalau begitu, kita harus menyelidiki. Apa kakak mencurigai siapa pun?”
Wang terdiam. “Aku mencurigai terlalu banyak orang, tapi hanya sedikit yang cukup berani untuk mengirim orang sebanyak itu.”
Yu menatap Wang dalam. “Tapi kenapa hanya Zhao yang mereka serang?”
Wang tidak menjawab. Ia hanya menatap jauh ke kegelapan malam.
Lalu dengan nada pelan namun berat, ia berkata,
“Mulai sekarang... aku sendiri yang akan mengawasi dia.”
Yu menoleh. “Kau benar-benar...”
Wang melirik adiknya tajam. “Apa?”
Yu tertawa kecil. “Tidak. Hanya saja, aku pikir… kakak lebih mirip harimau sekarang.”
Pangeran Wang tidak membalas. Ia hanya berjalan menjauh dengan angin malam meniup jubahnya yang berkibar pelan.
Yu menatap langit sebentar, lalu menunduk pelan dan berjalan mendekati kakaknya. Ia berjalan tepat di sebelah Wang, lalu berkata dengan suara lirih tapi terdengar jelas,
“Jangan pernah berubah ya, Kak.”
Wang melirik adiknya, samar-samar tampak kebingungan, ia menepuk bahu adiknya
Dan keduanya saling melempar senyuman dan berjalan pergi...
Malam kembali tenang, tapi ada badai baru yang sedang disusun perlahan bukan oleh musuh, tapi oleh hati mereka sendiri.