Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Punya bini dua
Hanya ada tiga mobil yang datang di kediaman Dewi. Satu mobil yang ditumpangi Delta dan Fai serta anak mereka, satu lainnya berisi Yani, Adi, serta Arraz di sana. Dan mobil milik Arraz sengaja dibuat stanby dibawa oleh tetangganya untuk membawa seserahan seperlunya saja. Seserahan sudah dibagi dua kemarin untuk Zea. Jadi yang dibawa ini cuma sisa!
Mereka disambut bunyi ribut menggemparkan dan menggetarkan pendengaran. Ada sound horeg yang sedang nyetel lagu 'DJ karera no tochi o jiyo' yang lagi viral. Suaranya mak gledeeeeer bikin dada betulan horeg rasanya.
"Ya Tuhaaaan... ini mau nikahan apa mau kiamat? Begini amat Gustiiiiiii....!!" Yani menutup telinganya rapat-rapat.
"Ayah, ibuk bilang mobilnya jangan lupa dikunci!!" Fai menatap ke arah Adi yang ikut tutup telinga saking hebohnya. Fai ini ya, udah bolot sotoy lagi!
"Kuaci?? Ngapain suruh beli kuaci?? Di dalam kan ada banyak makanan! Nggak usah beli cemilan lagi!!" Ini pak Adi ikutan teriak-teriak gaess ngomongnya.
"Ta, Ta! Istri kamu minta dibeliin kuaci!! Ayah nggak kuat di sini, bisa budek kuping ayah lama-lama!"
Adi menghampiri menantunya yang jalan susah payah sambil gendong anaknya. Si Fai mah lenggang kangkung nggak mau tau dia. Takut hiasan kebayanya dipreteli bocilnya kalo nekat ngegendong si bocil.
"Gudeg??? Ya udah nanti dari sini kita bungkus gudeg buat dibawa pulang aja!!" Jawab Delta sok mudeng.
Astaghfirullah hal adzim. Jangan biarkan mereka gila berlarut-larut ya salaaaam!
Sound horeg ganti lagu.
'Aih senangnya dalam hati... Haeeeee, kalau beristri dua. Oooh seperti dunia, ana yang punya! Kepada istri tuaaaaa... Hoeeeeee, kanda sayang padamu. Oh kepada istri mudaaaaa... Say good bye with you!'
Agak ngelantur ya liriknya. Tapi emang gitu kok. Dan Arraz buru-buru berlari terbirit-birit ke bagian perkabelan di mata banyak colokan yang nuncep di sana sini rumit sekali. Arraz cabut-cabutin semuanya. Akhirnya sound horeg pun reda juga. Aduuuh jantung aman.
"Bujuuuuuuuk! Dua menitan lagi disuruh dengerin yang begituan bisa kejang-kejang di ICU ibuk! Ampun deh!" Yani ngelus dada yang udah rata.
"Lagian ngapain sih pake ngedatengin sound horeg segala?! Untung jantungku buatan Tuhan Yang Maha Esa, coba kalo jantungku buatan China, udah pindah ke dengkul sedari tadi kalo gini ceritanya!!" Keluh Fai kesal bukan main.
Dewi senyum-senyum ke arah calon mertua dan calon suaminya yang tadi repot-repot lari-larian buat menyelamatkan pendengaran keluarganya.
"Kamu gila ya?! Ngapain sih nyewa beginian segala?!"
Telinga Arraz tentu masih nguing-nguing ketika bicara pada Dewi yang ada di depannya. Tapi anehnya, si Dewi Dewi ini kok ya adem ayem aja gitu lho. Nggak bengek apa dia denger simulasi terompet sangkakala?!
"Sayaaaaaang... Aku tuh seneng banget tauuuuuu. Akhirnya kita bakal nikah juga. Makanya aku manggil mas mas dari komunitas sound horeg Kezetrum Zyana Kezetrum Zyini, ini buat ramein acara nikahan kita sayaaaaaaang! Kamu suka kan??" Dewi berseri-seri.
"Kayaknya bukan pangkal pahamu aja yang bermasalah, tapi otakmu juga! Biar apa sih kamu datengin yang begituan hah?!" Arraz marah lho ini. Tapi Dewi masih cengar-cengir manjaaaaah!
"Ya biar viral dong, Ar.. Biar nikahan kita diliput para yutuber yutuber gitu lho! Kamu nggak pengen pansos apa? Sapa tau abis ini kita diundang di tipi-tipi buat diwawancarai?! Apa nggak bangga kamu punya istri yang seperfeck ini? Udah cantik, pinter lagi! Udah kamu nggak usah bantu muji, aku bisa kok muji diri aku sendiri! Aku emang sebersinar itu sih, Ar. Hihihiiiii."
Kira-kira kalo tahun depan ngorbanin yang beginian halal nggak sih? Kok gemes ya!
'Ndas mu krowak!' Maki Arraz dalam hati. Diempet-empet aja dulu. Keselnya masih bisa dia tahan.
"Aku mau ngomong sama kamu." Arraz menarik tangan Dewi menyingkir dari kerumunan warga yang kecewa karena sound horeg mereka dimatiin paksa sama pak guru satu ini.
"Kamu mau bilang nyesel udah nuduh aku yang nggak-nggak kemarin kan? Kamu mau minta maaf dan bilang kalo cinta banget sama aku kan? Nggak bisa hidup tanpa aku kan? Iya kan? Kan.. Kan.. Kaaaaaaan?!" Yang begini ditabokin berjamaah juga halal till janah gaess!
"Aku serius, Wi. Aku nggak lagi bercanda. Dan aku mau bilang sama kamu, kalo aku udah nikah!" Kesel banget Arraz lama-lama sama si Dewi Dewi ini.
"Udah nikah? Iya kan kita hari ini nikah, Ar--"
"Bukan kita. Tapi aku! Aku udah nikah. Bukan sama kamu, tapi sama Zea. Anak ibu Tias."
Seketika senyum Dewi hilang. Dia menatap ke arah Arraz yang tak terlihat sedang ngeprank dirinya. Dia tengok kanan kiri mencari orang tua Arraz untuk minta penjelasan. Namun wujud mereka nggak nampak di mana-mana, mungkin pada ngumpet. Atau mungkin lagi beli kapas buat nyumpel telinga mereka. Meredam efek sound membahana yang sampai sekarang masih terasa menggetarkan jiwa.
"Nggak Ar! Kamu cuma cinta sama aku kan? Kamu jangan bohong gini dong Ar! Aku nggak mau tau, pokonya kamu harus nikahin aku!!"
"Meski aku udah jadi suami orang? Dan kamu jadi istri kedua? Mau?" Tantang Arraz menyunggingkan senyum devilnya.
"Terserah! Yang penting jangan batalin pernikahan kita ini!!"
Senyum di wajah Arraz menghilang. Ini nggak seperti yang dia rancang di skenarionya. Harusnya Dewi nangis-nangis minta pernikahan dibatalkan, bukan malah ngotot minta dilanjutin pernikahan di antara mereka! Kok kampret sekali ya si Dewi Dewi ini.
"Oke. Aku turuti keinginan mu. Tapi ingat, tepat di mana aku ngucapin ijab kabul untukmu, detik itu juga akan aku buat kamu menyesal udah nipu dan fitnah aku!"
Acara ijab kabul dilakukan. Nggak seperti ketika Arraz ijab kabul kemarin dengan Zea yang lancar jaya, hari ini sudah dua kali Arraz menyebut nama pengantin wanita dengan keliru. Dia selalu menyebutkan nama Zea Hafizana sebagai pengantin yang akan dinikahinya. Sampai pada ijab ketiga barulah Arraz bisa menyebutkan nama Dewi Amora.
"Kamu jangan bikin malu bisa nggak sih, Ar?!"
Sentak Dewi yang malu karena dari bibir ke bibir sudah pada berbisik mengumandangkan gema gosip jika Dewi tak sepenuhnya dicintai sang suami yang baru saja menikahinya. Apa nggak kesel kalo jadi Dewi?
"Malu? Kamu malu nikah sama aku? Ya ngapain tadi ngotot minta dinikahi?? Situ yang ngotot kok, aku kan udah bilang kalo udah punya istri!" Cuek banget si Arraz ini.
"Mas! Jangan gitu dong! Pelanin suara kamu, kamu mau semua orang menertawakan ku karena kamu cuma jadiin aku istri keduamu?!"
"Kamu pikir aku peduli? Nggak sama sekali!"
Alih-alih duduk manis di pelaminan menyalami tamu-tamu yang datang ngasih amplop isi dua ribu tapi ngambil makan prasmanan lima piring porsi kuli, ditambah masih bawa plastik kresek buat bungkus kue yang tersaji.. Arraz malah langsung gas pol melipir pergi.
"Lho Ar, mau kemana??" Delta baru saja tiba setelah nganter anaknya boker saking nggak tahannya.
"Pulang mas. Mau jemput Zea."
"Lha terus nikahan kamu ini gimana? Nggak kasihan kamu sama istri mu?? Mbok ya temenin dia di pelaminan dulu to Ar. Kasihan." Delta sok bijak.
"Nggak deh mas, mas Delta aja kalo emang mau dan kasihan sama dia. Temenin sana si Dewi di pelaminan. Aku sih nggak ya!"
"Gila! Aku masih sayang nyawa Ar. Mbak mu itu kalo udah marah bisa segala pisau, linggis, sabit, celurit, terbang di udara! Ogah!" Delta mengibaskan tangannya menolak usulan gila adik iparnya.
"Bau mas. Tanganmu abis buat cebok nggak bersih ya?! Aku mau pergi lah, mumet lama-lama di sini."
Arraz gendeng. Abis ngomong gitu kok ya beneran langsung melipir pergi. Kan Delta jadi menghidu tangan kirinya sendiri. Dan huuuwweeeeeeek.. Emang bener lho, itu bau apa yang masih bersemayam di jemari pak dokter satu ini?? Gusti.. Dia dokter kok ya kemproh syekali!
Niatnya mau kabur eeeeh malah ketemu Fai yang lagi makan bakso bakar di samping mobilnya sendiri. Fai terlihat menikmati sensasi pedas tapi nagih dari bumbu kacang si bakso bakar yang nggak tau kenapa kok mirip kayak balsem geli'ah!
"Ngapain makan pentol di sini sendirian? Noh mas Delta nyariin kamu, si Geni nangis mulu." Arraz ingin mengusir kakaknya agar bisa bebas pergi sesuka hati dari sana.
"Wiyayin ajaaaa huuuhhaahh huuuuuhhaaaah.. Hao hemana hamu??" Fai kepedasan tapi masih berusaha bicara.
"Maaf mbak. Pakai bahasa manusia yang baik dan benar aja, beneran aku nggak bisa nerjemahin bahasa pulu-pulu yang kamu pake itu."
"Maoo kemanaaaaa,, adek kurang lima ons?! Nikahan mu belum kelar malah mau kabur, tak seret ke sana lho ya!!" Bentak Fai emosi. Ya emosi gara-gara pedes, ya emosi karena melihat tingkah adeknya yang minus tanggung jawab itu.
"Jangan lah mbak. Aku nggak betah lama-lama di sana. Aku muak liat mukanya si Dewi. Aku mau jemput Zea aja. Kasihan dia nungguin aku pasti."
Fai memicingkan mata. "Ngapain juga kabur? Kalo emang nggak salah ya hadapi lah! Atau jangan-jangan bener kata Dewi kalo kamu yang nularin dia jengger ayam? Kamu aja bisa bobol aset Zea padahal dia itu bocah sepentil mangga!"
"Ya Allah Ya Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang... Kamu nggak percaya sama aku mbak?? Aku masih per-- eh aku bersih mbak! Aku nggak punya penyakit begituan, amit-amit Ya Robbi....." Nyaris aja Arraz bilang kalo dirinya masih perjaka.
"Nggak ada bukti Ar! Kamu lagi ngomong sama petugas medis yang apa-apa harus pakai alat bukti!"
"Bukti apa??!"
"Diperiksa lah!"
"Apa? Jangan ngaco deh mbak! Aku nggak sakit kok!"
"Ya kalo nggak sakit ya jangan gugup gitu dong. Biasa aja!"
"Aku biasa kok! Aku woles!"
"Jadi, kamu mau diperiksa?!"
"Oke! Siapa takut!"
Fai mengangguk. Lalu menelpon suaminya. "Mas ke sisi barat daya, barat barat laut utara timur laut. Kita ke klinik buat ngecek batangnya si Arraz! Owh oke. Gass!"
Arraz melongo di tempat. Periksa batang??? Periksa bataaaaang??? Gundule amblek!!! Gustiiiiii help me!! (Jare Arraz.)
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk