Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Mencoba Peruntungan
Helen menghela nafasnya sangat panjang. Perempuan di depannya itu sungguh membuatnya muak. Satu tahun lebih dia bekerja di perusahaan Nicklas, dan Moza memang kerap kali memerintahkan pekerjaan yang bukan pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan.
Jika saat itu dia tidak pernah akan membangkang, karena memang dia adalah bawahan Nicklas. Namun sekarang, rasanya semua itu sungguh membuatnya muak.
Apalagi ibu Nicklas berkata, sekarang dia bukanlah sekertaris Nicklas, yang bisa diperlakukan semena-mena oleh Moza.
Helen menghela nafas lagi, kali ini cukup dalam.
"Kamu punya tangan kan? punya kaki kan? kalau kamu lapar, usahakan sendiri bagaimana cara mengenyangkan perutmu itu!" balas Helen.
Mata Moza membelalak. Siapa sangka wanita yang dia anggap lemah, mata duitann dan akan selalu menuruti perintahnya itu berani berkata seperti itu.
"Hehh, berani kamu ya! lihat saja! aku akan adukan pada Nicklas!" gertak Moza yang langsung bergegas menuju ruang kerja Nicklas di samping kamar utama itu.
Helen segera pergi ke kamar mandi. Tapi bukan yang ada di kamar utama. Dan beberapa saat dia keluar, lalu kembali ke kamarnya untuk ganti pakaian. Perempuan itu mengetuk kamar itu dengan sangat keras.
Tok tok tok
"Hei, Helen! Nicklas memanggilmu..."
"Aku sedang ganti pakaian, suruh dia menunggu!"
Dan mendapatkan balasan dari dalam seperti itu. Wajah Moza terlihat kesal.
"Siapa kamu minta Nicklas menunggu...?"
"Terserah, mau tunggu sudah tidak mau tunggu ya sudah!" sela Helen lagi dari dalam.
Jawaban itu semakin membuat Moza kesal.
Tapi baginya meladeni Helen juga tidak perlu harus sampai dia emosi. Dia cukup mengatakan semuanya di tambah dengan sedikit bumbu-bumbu lain. Maka dia akan tetap dibela oleh Nicklas. Dan Nicklas akan tetap marah serta menghukum Helen.
Helen yang sudah selesai bersiap, datang ke ruang kerja Nicklas.
"Kenapa kamu membantah Moza?"
Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Nicklas tak membuat Helen terkejut. Helen malah duduk dengan santai di sofa yang ada di ruangan kerja itu.
"Aku bukan pelayan di sini!"
Moza yang ingin Nicklas semakin marah pada Helen segera bicara lagi.
"Sayang, aku hanya minta dia buatkan aku sarapan. Aku kan sangat kelelahan melayanimu semalam..."
Moza sengaja bicara dengan nada manja, dan melirik dengan lirikan pamer pada Helen. Mungkin maksudnya benar-benar ingin pamer, dia telah bercinta dengan suami orang.
"Cepat pesankan sarapan untuk Moza!" kata Nicklas yang sepertinya tidak bisa di bantah.
"Dia bisa pesan sendiri, berapa banyak tenaga yang dibutuhkan hanya untuk mengangkat ponsel..."
"Kamu mau berdebat denganku?" sela Nicklas dengan tatapan yang sangat serius pada Helen.
Ketika Helen berusaha mengatakan hal yang menurutnya benar.
Helen menghela nafas.
"Kalau begitu jangan menyesal!" kata Helen yang segera berdiri dan keluar dari tempat itu dengan cepat.
Helen mulai memikirkan semuanya. Jika hanya masalah memesan sarapan saja semuanya bisa jadi seperti ini. Lantas bagaimana nanti, kalau dia dan kedua pasangan menyebalkan itu ada di luar negeri.
Nicklas membutuhkan dirinya hamil dan memberinya anak supaya bisa mendapatkan perusahaan dari ayah Nicklas. Sementara dia pasti akan disingkirkan setelah itu. Setidaknya, pria yang menjadi ayah anaknya haruslah orang yang bisa mengambil kembali hak asuh atas anaknya nanti kan? jika tidak, dia benar-benar akan kehilangan segalanya. Harga diri juga anak kandungnya.
Helen mengingat kembali apa yang tadi sempat dikatakan oleh Dre. Setidaknya pria itu bukan orangnya Nicklas. Setidaknya, dia bisa mengambil hak asuh anak mereka nanti.
Mungkin sebaiknya, memang Helen mempertimbangkan tentang tawaran dari Dre itu.
**
"Apa ini?" mata Moza melebar.
Semua hidangan yang ada di atas meja makan sama sekali bukan makanan yang bisa dia makan.
Semua makanan itu bersantan, berminyak dan pedas. Itu bukan makanan yang biasanya di makan oleh Moza.
Nicklas yang melihat apa yang di pesan oleh Helen sampai mendengus kesal.
"Helen!" panggil Nicklas.
Helen datang tanpa rasa keberatan dan bersalah sama sekali. Dia berjalan dengan sangat santai ke arah ruangan makan di apartemen itu.
"Ada apa? makanan sudah siap, mari makan!" ajak Helen yang duduk dengan santai di salah satu kursi, bahkan membuka piring yang tertutup di depannya.
"Sayang" rengek Moza.
"Kamu sengaja ya?" tanya Nicklas dengan nada kesal.
"Tidak!" ujar Helen yang segara berdiri lagi dari duduknya, "ada yang mau aku bicarakan denganmu. Sangat penting! jika kamu tidak setuju dengan permintaanku, aku tidak mau keluar negeri bersamamu!"
Helen bicara dengan sangat serius. Tentu saja ulat bulu yang ada di samping Nicklas tidak senang.
"Sayang..."
"Jangan macam-macam Helen. Aku bilang apa padamu soal panti asuhan..."
"Kamu pikir, jika terjadi apa-apa pada panti asuhan. Ayah dan ibu mertuaku akan diam dan tidak mencaritahu?" tanya Helen.
Dia sebenarnya tidak yakin dengan apa yang dikatakan itu. Dia mencoba bertaruh pada keberuntungannya saja. Lagipula ini masih pagi, biasanya otak Nicklas belum berubah menjadi mode penjahat kalau masih pagi begini.
Namun, jika kelemahan Helen adalah panti asuhan. Maka kelemahan Nicklas juga pada orang tuanya. Bukan pada kasih sayang mereka mungkin ya, tapi pada harta dan posisi ahli waris itu.
"Ke ruang kerja!" kata Nicklas dengan wajah yang begitu dingin.
Moza tampak terkejut, dia belum puas karena belum melihat Nicklas memarahi Helen. Tapi Nicklas malah sudah pergi.
Helen berjalan mengikuti Nicklas ke ruangan kerjanya. Saat dia menutup pintu, Nicklas berada di depannya dan langsung mencengkram lengan Helen dengan kuat.
"Berani-beraninya kamu menggertakku!"
Tatapan Nicklas begitu tajam, begitu mengerikan. Bohong kalau Helen tidak takut. Tapi, dia juga tidak bisa menyerah di injak-injak harga dirinya oleh Nicklas dan Moza. Dia sudah terjebak dalam pernikahan penuh sandiwara ini. Dia tidak mau sampai dia juga harus kehilangan anaknya pada akhirnya, dan di urus oleh Moza yang merupakan wanita yang paling membencinya itu.
"Aku ingin menentukan ayah untuk anak yang aku kandung!" ujar Helen dengan mata yang sebenarnya cukup bergetar saat mengatakan itu.
"Kamu pikir bisa tawar-menawar denganku?"
"Aku hanya inginkan itu, setelahnya aku tidak akan minta apapun padamu. Jika harus kehilangan kehormatan, maka biarkan aku pilih sendiri dengan siapa aku harus kehilangan kehormatanku itu!" ucap Helen.
Nicklas terdiam. Matanya berkedip dua kali, mungkin masih ada naluri seorang manusia di hatinya. Karena sebenarnya pernyataan Helen itu terdengar sangat menyedihkan.
"Baiklah!" kata Nicklas melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Helen.
"500 juta satu bulan, sampai aku hamil"
"Helen!" pekik Nicklas dengan mata merah.
"Setidaknya anak yang mau kamu akui, wajahnya harus tampan bukan? 500 juta satu bulan, sampai aku hamil. Atau aku tidak mau berangkat denganmu ke luar negeri!" Helen mencoba lagi peruntungannya.
***
Bersambung...