NovelToon NovelToon
Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Michon 95

Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.

Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.

Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Liburan Sekolah

Liburan sekolah telah tiba, dan Ralfa saat ini sedang berada di kasur di kamarnya, bermain ponsel. Sudah seminggu dia menghabiskan waktu tanpa rencana sama sekali untuk liburan kali ini. Suasana di dalam kamar terasa sepi dan monoton, hingga tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Nampaklah sesosok pria tinggi dengan rambut sedikit beruban. Dia memiliki darah keturunan Timur Tengah, berwibawa, dan berusia sekitar 40 tahunan. Pria itu adalah ayahnya Ralfa.

Ralfa terkejut dan bertanya, "Ada apa, Papa? Tumben Papa di rumah di siang hari?" dengan nada bingung.

Ayahnya menjawab, "Papa hari ini ke kantor agak siang," dengan nada datar. Namun, wajah Papa tiba-tiba berubah sedikit tegang. "Ralfa, gawat. Mamamu barusan telepon Papa dan bilang besok dia akan pulang ke rumah."

Ralfa terkejut. "Eh..., ini kan belum akhir tahun. Kenapa Mama sudah pulang ke rumah?" tanyanya dengan nada ketakutan.

Ayahnya menjawab, "Papa juga enggak tahu. Mama bilang dia akan sampai besok " dengan nada cemas. "Sekarang kamu pergi beritahu semua pelayan untuk membersihkan rumah dan menyiapkan hidangan untuk besok . Sementara Papa akan pergi ke kantor."

"Baik, Pa," jawab Ralfa, merasa sedikit terbebani.

Setelah ayahnya kembali ke kantor, Ralfa mengumpulkan semua pelayan dan memberi tahu bahwa Mama pulang besok. Sama sepertinya, mereka semua terkejut. Ralfa menyuruh juru masak keluarganya untuk mengecek bahan makanan apakah cukup untuk membuat hidangan kesukaan Mama. Ternyata banyak yang kurang.

"Kalo begitu, catat bahan yang kurang dan kita akan membeli," kataku pada juru masak. Dia segera mencatat bahan yang kurang. "Dan untuk Viona dan Pak Mul, setelah ini ikut aku pergi ke supermarket untuk berbelanja," kataku, dan mereka menjawab, "Baik, Tuan."

Setelah bahan yang kurang tercatat, aku bersama Viona dan Pak Mul pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan makanan dan minuman untuk besok.

Bagi yang bertanya di mana Mamaku dan kenapa kami melakukan ini untuk menyambut kepulangannya, Mamaku adalah seorang pengusaha wanita sukses yang punya perusahaan di beberapa negara, dan kantor pusatnya di Amerika. Dia biasanya pulang setahun sekali atau tepatnya setiap akhir tahun. Ku dengar penghasilannya beberapa ratus juta dolar per bulan, dan mungkin sekarang sudah bertambah.

Seharian itu, aku berbelanja untuk keperluan besok. Setelah selesai, aku memilih pakaian yang akan aku gunakan untuk menyambut Mama besok.

Keesokan harinya, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku turun ke lantai satu. Melihat banyak pelayan mondar-mandir sambil berteriak-teriak, "Hey, mana makanan dan minumannya? Apa sudah selesai dibuat?" Ada juga yang berteriak, "Bagaimana dengan dekorasinya? Apa sudah selesai?" dan ada yang menjawab, "Masih dikerjakan." Semua pelayan terlihat sibuk.

Ayahku akhirnya tiba di ruang tamu dengan menggunakan pakaian kerjanya: kemeja putih, jas, dan celana putih, serta dasi putih. Sementara aku menggunakan kemeja putih, celana, dan jas berwarna biru dongker serta dasi berwarna sama dan topi. Tiba-tiba ayahku berkata, "Sepertinya kamu masih sering menggunakan topi itu pada berbagai acara ya. Seingat Papa, kamu punya beberapa topi lagi?"

Aku menjawab, "Aku memang punya beberapa, tapi yang ini sedikit spesial." Setelah itu, Papa berkata, "Ralfa, tiba-tiba perut Papa mules. Bisa ku serahkan Mama padamu?" dengan nada ketakutan sambil memegangi perutnya.

"Tidak mau!! Papa juga harus ada di sini!" jawabku dengan nada ketakutan sambil kutarik lengan ayahku. Tiba-tiba seorang pelayan berteriak, "Nyonya besar sudah tiba! Semua kembali ke posisi semula!" Spontan, aku dan ayahku ketakutan.

Pintu depan terbuka, menampakkan seorang wanita yang masih tampak muda dengan sweater bulu, kemeja hitam, jas hitam, serta celana bermotif kulit ular, dan sepatu hitam. Dia seharusnya berumur 30 tahunan, tetapi wajahnya masih seperti wanita umur 20-an, badan yang ramping, rambut hitam panjang diikat ke belakang, dan dia punya darah keturunan Jepang. Dia adalah ibuku yang bernama Hana, di belakangnya berdiri 5 bodyguard yang nampak sangat kuat dan terlatih.

Aku ingat di kehidupanku yang sebelumnya mereka bercerai saat aku kelas satu smp.

Saat melepaskan kacamatanya, ibuku berkata, "Aku pulang," dan semua pelayan menjawab serempak, "Selamat datang, Nyonya." Ayahku menyapanya dengan senyuman dan berkata, "Oh Hana! Aku sangat merindukanmu. Selamat datang, istri tercintaku."

Ibuku menoleh dan berjalan menghampiri ayahku, memeluknya, lalu berkata, "Aku pulang, Jonathan. Aku sangat merindukanmu."

"Terima kasih sudah bekerja keras. Berapa lama kau akan tinggal di sini?" tanya ayahku.

Aku bisa tinggal di sini sampai hari Sabtu malam. Kita punya waktu 2 jam 35 menit untuk menikmati saat-saat pribadi kita," jawab ibuku.

"Ingin istirahat? Aku bisa membawakan apapun yang kamu mau," tawar ayahku.

"Aku minta maaf, tapi aku masih punya banyak pekerjaan," jawab ibuku.

"Ngomong-ngomong, Jonathan," tiba-tiba suasana berubah mencekam. Ibuku menatap ayahku dengan tatapan yang menakutkan, dan ayahku terlihat ketakutan saat ibuku berkata, "Apa kau ingat apa yang aku minta di siang hari 2 bulan 3 hari yang lalu? Aku ingin kau berteman dengan direktur pemegang saham perusahaan pialang, benar?"

"Hal itu sudah kita setujui. Apa yang terjadi? Aku jadi penasaran," tanya ibuku.

"Aku bertanya padamu, Jonathan, yang mana? Apa kau lakukan atau tidak kau lakukan?"

Ayahku menjawab dengan tatapan kosong, "Tidak ku lakukan."

"Pengawal, tangkap dia! Kunci dia di kantor. Kalau dia tidak menyelesaikan tugasnya sampai Sabtu malam, aku menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat." Semua pelayan rumah terkejut dan ketakutan, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Lalu ibuku bertanya, "Sekarang, apa Ralfa di sini?" Aku menjawab, "Ya," dengan nada ketakutan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke arahku dan bertanya, "Sudah cukup lama, apa kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja, Mama," jawabku dengan nada ketakutan.

"Bagaimana sekolahmu? Dan kudengar kau dapat masalah cukup besar beberapa waktu lalu," tanya ibuku.

"Baik, di ujian yang terakhir aku masuk di urutan 20. Masalah itu sudah aku selesaikan dengan baik, tidak perlu khawatir," jawabku dengan nada malu.

"Baguslah kalau masalah itu sudah selesai. Dan oh, dua puluh... sepertinya kau cukup kesulitan. Saat SMP kau lulus dengan membawa harga diri yang tinggi, dan kau selalu terbaik di kelas. Kudengar tempat sekolahmu bagus, jadi mungkin..."

Aku menyela, "Aku akan berusaha lebih keras," dengan nada dan wajah ketakutan. Lalu dia bertanya, "Apa kau sudah punya pacar?" Kujawab, "Belum, aku belum punya."

Lalu dia melihat ke wajahku dan berkata, "Apa kau masih memakai topi itu?" Aku mengangguk.

"Topi itu sudah sangat kusut. Aku bisa memberikannya lagi. Seorang pria harus berpenampilan dengan baik, kalau tidak mereka tidak akan dapat pacar," sambungnya, dan kujawab, "Baik."

Lalu aku bertanya, "Tumben Mama pulang lebih cepat dari biasanya?"

"Karena Mama ada pekerjaan di sini, jadi sekalian Mama pulang," jawabnya. "Kami akan pergi sekarang," sambungnya, lalu aku buru-buru bertanya, "Mama, apa Mama tidak bisa tinggal lebih lama lagi di sini? Aku ingin lebih lama bersama Mama?"

"Maaf, Mama masih punya banyak kerjaan, tapi kita bisa bicara lagi hari Sabtu dan Minggu," jawabnya. Lalu Mama pergi menghampiri pengawalnya dan berkata, "Berapa pesan yang kita terima?"

"15," jawab salah satu pengawal.

"Lumayan," kata Mama.

Seorang pengawal berbisik, "Nyonya CEO ini sangat mendesak, tapi sekretaris kita gagal lagi."

"Lagi, sudah berapa orang bulan ini?" tanya Mama.

"Pingsan hanya karena 70 jam bekerja, sangat lemah. Bagaimana dengan cadangan kita?"

Semua ada di rumah sakit."

"Ini bisa jadi masalah, aku tahu."

Mama berbalik menghadap ke arahku dan bertanya, "Ralfa, apa kamu ingin waktu lebih bersama Mama?"

"Ya."

"Kalau begitu, kau akan jadi sekretaris Mama sampai hari Sabtu."

1
Mbak Inama
bagus banget ceritanya,dari segi alur sangat menarik
Matsuri :v
Gak akan bosan baca cerita ini berkali-kali, bagus banget 👌
Hachi Gōsha: makasih/Smile/
total 1 replies
Star Kesha
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
Hachi Gōsha: terima kasih
total 1 replies
Raquel Leal Sánchez
Bikin adem hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!