Cerita ini berjudul " Hilangnya sebuah kepercayaan Hidup " yang sengaja saya buat sedemikian mungkin sekedar untuk menghibur para pembaca yang setia, semoga tulisan saya ini bisa bekenan dihati para pembaca, sekian dan terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iis siti Maemunah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sandi tang sudah menguping percakapan Siska dengan Iwan yang sepertinya si penelepon itu adalah pacar lamanya Siska yang sangat Siska sayangi begitu pikir Sandi.
Sandi sekarang berpikir dangan keras setelah menguping pembicaraan mereka berdua ditelepon itu, apalagi yang dibicarakan oleh mereka itu tentang sebuah nikah.
Pikir Sandi gimana caranya untuk menyelesaikan permasalahnya dia dengan Siska kini Sandi sangat kebingungan dibuatnya, ingin sekali Sandi membahagiakan Siska, apalagi Siska itu telah membantunya dalam permodalan yang pernah dipinjamkan nya untuk Sandi.
Malam itu Sandi duduk dipingir jalan sendirian, setelah sekian lama merenung lalu bangkit berdiri,
" Ahh, tidak ada cara lain ... ?!. Gumam Sandi sambil beranjak pergi dari tempatnya.
Waktu kini sudah menunjukan pada pukul sembilan siang Siska baru bangun dari tidurnya, mungkin karena semalam Iwan yang menelepon sampai pukul dua pagi sehinga Siska bangun tidurnya sampai kesiangan.
Ketika Siska sedang membuka tirai jendela kacanya, terlihat Bok Atmi yang sedang menyirami tanaman dihalaman memberi tanda dengan tangannya, lalu Siska keluar dari kamarnya.
"Ada apa bo ... ?. Tanya Siska.
" Ini neng ada titipan.., bingkisan ... !. Kata Bo Atmi kepada Siska, sambil berjalan sebentar mengambil bingkisan, lalu bingkisan itu diberikannya kepada Siska.
"Ini neng bingkisannya ... !. Bok Atmi memberikan sebuah bingkisan.
"Dari siapa ini bo ... ?. Tanya Siska.
"Tidak tau neng.., tadi ada tukang ojeg yang mengantarkannya ... !. Jawab Bok Atmi.
Setelah menerima bingkisan Siska masuk lagi kedalam rumah, dibukanya bingkisan itu, ternyata ada sejumlah uang dan ada sepucuk surat yang tertera didalam surat tersebut.
Teruntuk sayangku yang tercinta Siska.
Sayang, sebelumnya aku minta maap atas semua yang terjadi diwaktu dulu maupun diwaktu kini,
maap aku tidak datang sendiri untuk memberikan ini,
ada sejumlah uang hasil dari usahaku selama ini aku kumpulkan semuanya sengaja untuk kamu.
Maapkan aku, aku harus pergi dari kehidupanmu karena aku telah dijodohkan oleh kedua orang tuaku untuk menikah dengan seorang wanita pilihan mereka.
Sekali lagi aku minta maap.
Sandi Gembul.
Deg, jantung Siska berdenyut seperti ada yang menonjok didalam dadanya, rasa tek percaya bisa l-bisanya Sandi meningalkan Siska dengan begitu saja, tanpa ada basa-basi dengan datang sendiri untuk menemuinya walau hanya sekejap saja, hati Siska merada sangat sedih.
Kenapa Sandi setega itu kepada Siska begitu terus sebuah pertanyaan berulang-ulang dalam hati Siska.
" Tanpa bertemu terlebih dahulu dia langsung pergi ..., Kenapa tidak memberi kesempatan untuk sekedar bertatap muka walau sekejap ... ?!. Selalu terus kepikiran dibenak Siska yang tak henti-hentinya bergumam, apa lagi ini untuk yang terakhir kalinya mereka tidak lagi akan saling bertemu, tak terasa ada linangan air mata yang jatuh dipipi Siska sambil menghitung uang yang Sandi berikan.
Setelah menghitung jumlah uang yang diberikan Sandi kepadanya, banyak sekali uang yang Sandi berikan kepada Siska melebihi uang yang dipinjam Sandi, mungkin ada tiga kali lipat dari jumlah uang pinjamannya yang menambah rasa sakit dihatinya Siska, melihat sejumlah uang yang tak semestinya diterimanya. Siska lantas menyimpan uang dari Sandi dengan baik-baik disebuah kotak penyimpanan uangnya.
Setelah ditingal pergi oleh Sandi, Siska selalu menengok kebengkelnya Sandi dikala Siska sedang lewat hendak ketoko kuenya, yang kini bengkelnya Sandi telah tutup.
" Ring.... ring..., bunyi ponsel berdering.
" Haloo ... !. Siska membuka ponselnya.
" Bisa ketemu gak sekarang, aku kangen loh ... ?. Suara Iwan yang terdengar berharap diponsel.
" Iya, datang aja kesini ke tokoku ... !. Jawab Siska yang lalu memberi alamat secara lengkap kepada Iwan.
Ternyata jarak tempuh dari kediaman Iwan ketempat tokonya kue Siska hanya sepuluh menit saja Iwan sudah sampe ketokonya Siska.
Terlihat Iwan yang turun dari motornya lalu masuk ketoko kue nya Siska.
Tak mereka sadari ada sepasang bola mata yang memperhatikan gerak gerik mereka, Iwan yang datang langsung mencium keningnya Siska, dilihat jelas oleh sepasang bola mata itu, yang ternyata pemilik sepasang bola mata itu tiada lain adalah milik Sandi.
Mata Sandi yang melihat keakraban Siska dan Iwan yang begitu dekat dan kelihatan sangat serasi itu, membuat Sandi minder jika harus mendekati Siska kembali, dikarenakan memang tongkrongan Iwan dan Sandi sangat berbeda, karena Iwan adalah deretan orang yang berduit tebal, sedangkan Sandi hanyalah tukang montir bengkel motor biasa, begitulah didalam pikiran Sandi pada waktu itu, hinga dia harus mundur teratur, untuk pergi dari kehidupan Siska dan membiarkan Siska dan Iwan untuk bersatu kembali.
Begitu alasan Sandi mengintip Siska dari kejauhan, yaitu untuk memastikan bahwa Siska akan aman dalam perlindungan pasangannya.
Setelah itu Sandi memutuskan untuk pergi meningalkan kota itu, agar supaya tidak Siska dan Iwan bersatu.
" Selamat tingal Siskaku sayang ... !. Begitu gumam Sand dalam hatinya, setelah itu Sandi pergi meningalkan kota itu dengan meningalkan sebelah hatinya untuk Siska.
Kini Siska dan Iwan pulang dari Toko kuenya Siska menuju kekediamannya Siska memakai motornya Iwan sesampainya dirumahnya merekapun masuk kedalam kamarnya tanpa ragu, yang sesampainya didalam kamar langsung tangan Iwan meraih Siska lalu menarik dan mendekapnya sambil berkata.
" Aku kangen banget ... ?!. Kata Iwan sambil mencium kening Siska lalu kembali meraih tangannya.Siska tersipu ada rasa senang dihatinya, dengan perlakuan Iwan terhadap dirinya yang seperti itu.
Setelah Iwan mengantar Siska pulang, tidak lama Iwan berpamitan untuk pulang yang lantas diantar oleh Siska sampai kedepan pintu.
" Bey... ?!. Kata Iwan sambil pergi mengendarai motornya.
" Bey ... !. Siska membalas kembali salam dari Iwan sambil menutup pintu kamarnya.
Seperginya Iwan langsung Siska membuka kotak uangnya untuk menghitung kembali sejumlah uang yang telah diberikan oleh Sandi kepadanya.
" Ngapain juga coba, Sandi ngasih uang ini, padahal kan uang ini hasil cape-cape usahanya sendiri, kenapa diberikan pada aku ... !. Begitu gumamnya Siska sambil sedikit bengong menatap uang pemberian dari Sandi
" Kemana kamu pergi San... ?!. Siska terus bergumam.
Keesokan harinya bengkel buka, disana terlihat Yudi sedang merapihkan perabotan alat-alat bengkel, sambil memindahkan besi-besi yang berserakan Yudi dikagetkan oleh kedatangannya Siska yang tiba-tiba.
" Hai Yud, apa kabar ... ?. Sapa Siska kepada Yudi.
"Oh... baik... baik neng... !. " Sebaliknya gimana kabar neng Siska sekarang ... ?. Yudi balik bertanya.
" Kabarku kali ini tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja... !. Jawab Siska sambil mukanya cemberut.
" Kenapa... ?. Tanya Yudi sambil matanya menatap Siska
Siska tidak memperdulikan pertanyaan Yudi, tapi langsung balik bertanya kepada Yudi.
" Kemana Sandi pergi Yud... ?. Tanya Siska kepada Yudi yang berharap Yudi mau memberi tau kemana Sandi.pergi.
" Tidak tau neng.., Sandi pegi kemana, cuma dia sudah berpesan supaya saya menjaga bengkelnya dan harus tetap buka katanya walau Sandinya gak ada, begitu pesan Sandi yang aku terima ... !. Kata Yudi memberi penjelasan.
Siska mengelah menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan mendesah, karena merasa menyesal, tidak ada jawaban yang berkenan dihati yang berharap Siska bisa mendapat kabar tentang keberadaan Sandi.
B e r s a b u n g.