NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:519
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Lima orang anak bermain ke sana ke mari di dalam rumah Shinkai. Satu di antaranya ada Neptune yang sedang menjaga anak-anak itu karena dia yang laing tua di sana. Sedangkan si tuan rumah sedang pergi bekerja sejak satu jam yang lalu. Kunci rumahnya dititip ke Aimee. Anak-anak mengacau di toko hingga menjatuhkan beberapa wadah dan nyaris menyenggol wadah kaca. Aimee yang sudah tidak tahan langsung memberikan kunci rumah Shinkai kepada Neptune dan menyuruhnya untuk bermain di rumah Shinkai. Empat anak di bawah 10 tahun itu merupakan anak-anak tetangga yang orang tuanya pergi bekerja. Mereka sering dititip untuk diawasi oleh bu Dyn dan Aimee. Namun biasanya tidak bersamaan. Terkadang hanya dua atau hanya satu anak.

“Huh, kak Shin lama banget pulangnya. Lama-lama, rumahnya roboh! Kak Aimee juga ngapain sok sibuk di toko. Padahal dari tadi belum ada pelanggan yang datang.” Gumam Neptune sambil menarik anak yang hendak menengok di jendela. “Itu bahaya! Jangan ke sana!”

“KEJAR AKU DASAR LAMBAT!”

“TUNGGU KAU!”

Neptune menepuk keningnya. Bukankah seharusnya dia yang paling muda? Mengapa tiba-tiba hari itu ia menjadi ayah sebelum waktunya.

“Kalau gagal mengejarku berarti kau payah.” Anak itu berlari kencang sambil sesekali melihat orang yang mengejarnya. Hingga tanpa disadari, ada lemari besar di depannya.

“AWAS!” Neptune yang jaraknya agak jauh dari sana menjerit.

Terlambat. Anak itu menabrak lemari dengan sangat kuat. Pintu lemari yang memang sudah rusak itu terbuka. Itu adalah lemari yang sudah tidak terpakai. Shinkai meletakkannya di gudang.

“SAKIT!” Seketika anak itu menangis histeris.

Neptune yang menyadari sesuatu langsung menarik anak itu menjauh dari sana sebab ada benda yang akan terjatuh dari dalam lemari. Tampak sebuah kardus berisi beberapa senjata tajam berhamburan keluar dan menghasilkan suasa bising pada lantai.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?” Aimee muncul dengan wajah murka. “Merepotkan saja. keluarlah dan bermain di tempat lain!”

Dari yang awalnya satu orang yang menangis, kini menangis semua. Termasuk Neptune. Begitukah dirinya terlalu percaya menyebut diri sebagai sosok ayah?

Aimee segera merapikan senjata yang berhamburan dan memasukkannya kembali ke lemari.

“Apa yang terjadi?” Shinkai muncul.

Gadis itu berbalik hadap dengan terkejut. Ditambah ekspresi Shinkai yang tidak biasa. Pemuda itu tampak sedang menahan kesal.

“Aku sedang merapikan barangmu.”

“Aku tidak meminta itu.”

Aura ketegangan semakin terpancar. Aimee menyadari semua ini adalah salahnya. Itu tidak akan terjadi jika ia tidak membiarkan anak-anak itu masuk ke rumah Shinkai.

“Kau menawarkan diri untuk memegang kunci rumahku. Hanya untuk membawanya sampai aku kembali. Namun rumahku hancur sebelum aku sempat membuka pintunya dengan kunci yang kau bawa itu.”

“Maaf, Shinkai,” ucap Aimee, lemas.

“Kau tak perlu meminta maaf.”

Satu-satunya hal yang membuat Shinkai begitu kesal adalah karena Neptune melihat senjata-senjata itu. selama ini, ia menyimpan untuk dirinya sendiri agar tidak tampak oleh anak itu. bagaimana pun, ada banyak hal menyedihkan yang ingin dibuang jauh-jauh oleh Shinkai. Kedatangannya ke tepat ia sekarang berada pun bukan tanpa sebab. Termasuk ketika Neptune nyaris diculis klan Amev 7 tahun lalu. Di saat anak itu masih berusia 5 tahun.

“Tolong, kembalilah ke toko. Bu Dyn mencarimu,” pinta Shinkai.

___ ___ ___

Malam.

Setelah bertahun-tahun Shinkai melupakan sebuah ruangan yang menjadi tempatnya menyimpan barang-barang di masa lalu. Ia masuk ke sana. Setelah sekian lama.

Suasana hatinya tidak baik-baik saja. Dimulai dari kejadian di tempat kerja. Di mana kakek Haru terkena senjata klan Amev dan melukai lengan keriputnya. Pria tua itu tidak akan bisa bekerja untuk sementara waktu. Pikiran Shinkai mengarah ke cucu kesayangan sang kakek. Seperti biasa. Sebuah kelopak bunga soka merah muncul yang menempel pada senjata. Teror itu sudah tidak bisa dianggap remeh lagi.

Di sela ruwetnya misteri yang memusingkan, Shinkai pulang dan mendapati barang rahasianya terbongkar anak-anak nakal. Lebih menyebalkan, Neptune melihatnya.

Tampak wadah kecil yang terletak di bagian bawah tempat senjata. Terdapat kertas-kertas yang sudah dimakan rayap. Seharusnya Shinkai menjaganya agar tetap terbaca. Namun itu sudah terlambat. Tidak apa. Seharusnya tidak sepenting itu.

“Shin,” panggil Aimee, memecah sunyi.

“Iya.” Shin menjawab.

“Maaf, aku masuk tanpa menunggumu untuk membuka pintu.”

“Bukankah biasanya memang begitu?”

Aimee menarik napas panjang. Sikap Shinkai yang dingin benar-benar mengusiknya. Ia tak tahan dengan itu. seorang Shin yang menyebalkan dan terus-terusan menjahilinya. Tentu akan sangat berbeda jika melihatnya menjadi seperti orang lain.

“Benar.” Aimee tertawa hambar.

Shinkai terdiam. Fokus dengan kertas-kertas kecoklatan yang dimakan rayap.

Alunan angin menemani sunyi, juga canggung. Aimee tidak bergerak dari bingkai pintu. Kedua tangannya terkepal kuat. Padahal baru-baru ini, ia dibuat takluk oleh sikap perhatian Shinkai ketika ia menangis karena vas bunga yang pecah. Kini ia justru membalasnya dengan menyebetkan luka pada Shinkai. Itulah mengapa Aimee merasa sangat bersalah kepadanya.

“Shin, bu Dyn mengajakmu untuk makan malam di rumahnya. Ada jus buah pir juga.”

“Aku tidak lapar.” Kali ini Shinkai mengeluarkan sebuah boneka gorilla yang entah ia dapatkan dari mana.

“Eh? Tapi, bukankah kau tidak pernah menolak jus buah pir buatan bu Dyn?”

“Harga diriku tidak semurah itu.”

Bibir Aimee mulai bergetar. Ia merasa menjadi orang paling bodoh. Ia merasa bahwa semua yang ia lakukan untuk mendapatkan maaf Shinkai hanya sia-sia belaka.

“Kumohon, maafkan aku Shinkai! Tolong jangan seperti ini. Aku tidak mampu melihatmu menjadi orang pendiam karena ulahku. Aku berjanji akan melakukan apapun agar kau bisa memaafkan. Jadi, tolong. Kembalilah menjadi Shin yang kami kenal. Maaf karena selama ini aku sering memarahimu. Aku lebih suka melihatmu yang usil dan menyebalkan. Daripada seperti ini,” ungkap Aimee sambil menutup matanya dengan kuat, sebab ia juga menahan rasa malu dan gengsinya yang sebesar gunung itu.

Saat ia membuka mata, Shinkai terlihat sudah bejarak satu meter di depannya. Juga tidak lagi membelakanginya. Eskpresi Shinkai datar. Benar-benar seperti orang lain.

“Sentuh lantai dengan kedua telapak tanganmu tanpa duduk!” pinta Shinkai.

Tanpa disuruh dua kali, Aimee langsung melakukannya.

“Bentuk mulutmu seperti huruf O.”

“Eh? Apa yang mau kau lakukan?”

“Cepat, lakukanlah atau kau akan menyesal seumur hidup,” ancam Shinkai.

Akhirnya, Aimee melakukannya.

“Lihat, kau mirip sekali dengan boneka gorilla ini,” seru Shinkai dengan memperlihatkan boneka usang berbentuk gorilla itu pada Aimee. Tawanya pecah seketika.

DHUAKKK.

Tendangan Aimee tepat mengenai lutut Shinkai. Pemuda itu memegang perutnya yang sakit karena tertawa lepas sekali. Ia berhasil menjahili Aimee dengan memanfaatkan momen.

Wajah Aimee merah padam. Namun dalam hatinya, ia sangat bahagai melihat Shinkai yang sudah kembali seperti yang ia harapkan.

“Wajahmu mirip sekali!” Shinkai sampai memukul-mukul dinding.

“Tidak lucu! Dasar. Padahal aku ke sini untuk membawakanmu kunci gudang cadangan yang kau hilangkan itu.”

Sebagai cara balas dendam, Aimee langsung keluar dari ruangan dan menguncikan Shinkai pintu dari luar.

“Hei, apa yang kau lakukan? Aku lapar.”

“Rasakan itu! Makan saja daging boneka itu.”

Semua berakhir baik-baik saja. Sekalipun sebenarnya Shinkai masih memikirkan banyak hal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!