'Apa dia bilang? Dia ingin aku jadi Sugar Baby?.' Gumam Sheilla Allenna Arexa
"Maaf?!." Sheilla mengernyitkan dahinya, bingung sekaligus tak mengerti. "Mengapa aku harus menjadi Sugar Baby mu?." Tanyanya dengan nada bicaranya yang sedikit keras.
Sean memijat rahang tegasnya sembari tetap menatap ke arah Sheilla dengan seringain kecil di bibir pria itu.
"Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean pada Sheilla. "Apa kamu tidak tau apa kegunaan Sugar Baby dalam konteks ini? Sudah ku jelaskan dan bukankah kamu sudah dewasa?."
Kemarahan melonjak dalam diri Sheilla dan wajahnya memerah karena begitu marah.
"Sudah ku bilang, AKU BUKAN P--"
**
Sheilla Allenna Arexa adalah gadis biasa yang mendapati jika dirinya tiba-tiba terjerat dengan seorang bos mafia yang kejam karena hutang dari sepupunya sebesar 5 juta Dollar. Untuk menyelamatkan keluarganya dan juga membalas budi mereka karena telah merawatnya, Sheilla terpaksa menyetujui kontrak menjadi budak dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Ketika Diego mendengar kata-kata Sean, bibirnya berkedut. 'Sejak kapan Sean tercetus ide seperti itu? Dan sejak kapan dia mulai tertarik mendekati wanita? Dia hanya meminta para wanita untuk memuaskannya dan tidak berniat memilikinya!.' Batin Diego.
Diego mengamati wajah Sean yang sulit untuk di baca dan melihat suatu kilatan di matanya. Setelah berpikir sejenak, Diego beralih menatap gadis mungil yang gemetaran dan melayangkan tatapan tajamnya mengarah pada Sean.
Diego menyadari jika Sean tengah bersenang-senang membuat gadis kecil itu merasa kesal.
Harapan Sheilla pun muncul ketika Sean mengusulkan agar keluarga pamannya memilih setuju atau tidak. Sheilla berpikir, keluarga tentu saja tidak mungkin menjual dirinya. Bahkan jika Sean menggunakan uangnya, keluarganya tetap tidak perduli dengan penawaran Sean.
Namun, jantungnya berdebar kencang sedetik kemudian. Bibinya, pamannya dan Mark mengangkat tangan mereka, membuat perasaan terasa sakit.
Apakah dirinya akan di khianati oleh keluarganya sendiri? Sheilla tidak akan terkejut lagi. Mereka telah terbukti mampu melakukan apa saja. Sejujurnya, Sheilla pikir mereka akan berjuang untuk melindungi dirinya. Karena merasa di khianati, rasa sakit yang tajam berdesir di dadanya.
Sheilla ingin menolak dan mengatakan bahwa dirinya tidak berkewajiban melakukan ini, apalagi ia sendiri tidak tahu menahu kapan mereka mengambil uang untuk berhutang. Tetapi Sheilla teringat ketika bagaimana bibinya dan pamannya mengadopsi dirinya setelah orang tuanya meninggal.
Sheilla terkulai lemas. Suasana hatinya langsung hancur. Saat itu, di dalam hatinya tidak ada lagi rasa untuk keluarganya. Ia merasa bahwa ini adalah hal terakhir yang akan dirinya lakukan sebagai ucapan terima kasih atas bantuan mereka.
Sheilla menatap Sean dengan menahan ketakutan dalam dirinya. Pria itu bukanlah orang yang mudah untuk menerima kekalahan. Tetapi situasi saat ini, ia merasa itu ironis.
Sebuah senyuman ejekan terlihat dari bibirnya saat Sean menertawakan kesulitan Sheilla. Gadis itu tidak punya pilihan.
"Aku... aku setuju."
Sean mengernyitkan dahinya. Ia tidak berharap Sheilla akan langsung setuju. Ini hanya lelucon untuk melihat seberapa jauh Sheilla akan membantu keluarganya yang tidak tahu terima kasih itu. Sikap Sheilla mengejutkan Sean dengan bersikap baik dan lunak pada orang-orang yang telah menjualnya sehingga Sean memutuskan untuk membantu gadis itu.
Sean menatap Diego yang langsung mengerti dengan maksudnya. Diego keluar dari ruangan dan memanggil orang-orang yang ada di luar ruangan. "Kawal keluarga ini keluar dari klub."
Para pria yang merupakan anak buah Sean langsung mengangguk dan memberi isyarat agar keluarga Sheilla meninggalkan ruangan. Mereka segara berdiri dan bergegas keluar dari ruangan.
Sheilla tersenyum getir. Benjolan menyakitkan terbentuk di tenggorokannya. Keluarganya pergi tanpa meliriknya sedikit pun. 'Apa mereka tidak khawatir tentang nasibku dengan mafia ini?.'
Tatapan tajam Sean tetap tertuju ke arah Sheilla, mengamati ekspresi gadis itu. Sheilla tampak putus asa dan Sean tidak menyukai itu. Sean lebih suka melihat Sheilla yang marah seperti anak kucing dan berteriak-teriak padanya daripada Sheilla yang menunjukkan raut wajah kecewa seperti ini.
Setelah Bibi Sheilla pergi, ia mengalihkan perhatian kembali ke arah Sean. Ia mengejek dalam hati karena mengira penampilannya hanya untuk pertunjukan. Karakter seorang mafia yang busuk. Bagaimana pria itu bisa memberikan saran untuk menjadi sugar baby nya?.
Melihat tatapan sinis Sheilla, Sean mengangkat sebelah alisnya. 'Apakah gadis itu sedang mengumpati diriku dalam benaknya sekarang? Hah... di lucu sekali!.'
Sean bersandar di kursinya dan menepuk pahanya dengan tangannya. "Jadi, sekarang kita bisa menghapus hutang keluarga mu. Bukankah kita harus membuat kesepakatan sebagai Sugar Daddy dan Sugar Baby?."
"Apa katamu?." Alea mendengus kesal, melipat ke-dua tangannya di depan dada. Ia lupa bahwa dirinya akan menjadi milik Mafia itu.
"Aku mempunyai syarat. Kamu tidak boleh menyentuhku tanpa izin dariku." Kata Sheilla dengan angkuh dan mengibaskan rambutnya
Lagi pula, Sean pasti terpesona oleh penampilan Sheilla, kan? Sheilla bisa memanfaatkan itu untuk keuntungannya.
"Juga... Aku butuh kebebasan. Kamu harus membebaskan aku untuk bekerja dan menghasilkan uang agar aku bisa membayar uang mu kembali, lalu meninggalkan tempat ini secepatnya." Sambung Sheilla.
Sean tidak mengatakan apa pun. Bibirnya melengkung, ia tersenyum saat melihat Sheilla yang bersikap bebas di sekitarnya. Sheilla membuatnya bingung. Di satu sisi gadis itu terkadang terlihat malu-malu dan sisi lain, dia menjadi agresif dan seakan menjulurkan cakarnya.
Sean menganggap Sheilla menarik.
Beberapa detik kemudian suasana hening. Sheilla tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia menepuk-nepuk bibirnya berulang kali, memaki dirinya sendiri. 'bagaimana aku bisa lupa kalau dia adalah Bos Mafia? Dasar! Kerja bagus Sheilla, sekarang kamu membuat dia semakin marah.'
Sheilla melirik Sean sekilas dan mendapati pria itu tengah menatap tajam ke arahnya. Jantung Sheilla berdebar kencang.
Tatapan itu... sungguh memesona.
"Aku menolak syarat mu." Kata Sean dengan suara pelan. "Aku mempunyai syarat sendiri."
Hati Sheilla hancur. Tidak mungkin syarat Sean akan baik untuk nya.
"Pertama, kamu sekarang adalah Sugar Baby ku. Aku akan memintamu untuk tidur di kamar ku kapan pun aku mau. Ke dua, kamu harus membuat ku bahagia dan yang terakhir kamu akan tinggal di mansion ku."
Tubuh Sheilla gemetaran karena marah. Dadanya naik turun, membuat dua benjolan di dadanya yang lembut terlihat menonjol.
Pandangan Sean menunduk menatap benjolan dada gadis itu, tatapan matanya gelap. Atasan yang di kenakan Sheilla memiliki belahan dada yang tanpa disadari telah dia pamerkan di depan Sean.
Sean menelan salivanya, kemudian menghirup udara segar. Sebuah pemikiran ingin membenamkan wajahnya di antara lembah gadis itu terlintas di benaknya.
"Aku tidak mau melakukannya! Syarat ini terdengar konyol." Teriak Sheilla, membuat Sean tersadar dari lamunannya.
Pria itu mengernyitkan dahinya. "Benarkah? Apa kamu lebih suka kalau aku mematahkan kaki sepupumu dan menagih hutang dari keluargamu?."
Amarah memuncak dalam diri Sheilla. Ia melemparkan tatapan tajamnya ke arah Sean, tahu bahwa Sean telah berhasil menguasai dirinya.
"Aku akan membalas budimu. Aku hanya akan bekerja lebih keras dari biasanya."
"Kenapa Baby ku harus bekerja di tempat lain, hm?." Dahi Sean mengerut, menyipitkan matanya menatap Sheilla.
Gadis itu terkejut karena Sean mengatakan hal seperti itu. "K-karena aku harus mendapatkan uang."
"Mmmm sayang sekali. Aku harus bilang tidak. Mengenai syarat mu, kalau kamu bekerja di klub setiap hari selama dua jam, aku akan menyetujui permintaan mu." Jawab Sean.
Ke-dua mata Sheilla berbinar, dia meremas jari-jari tangannya. Mendongak menatapnya Sean. "Berapa kamu akan membayar ku dengan pekerjaan seperti itu?."
"Kamu harus membuatkan aku minuman dan kalau aku merasa puas. Aku akan memberimu sepuluh dollar. Kalau tidak, kamu tidak akan mendapat apa pun." Kata Sean acuh tak acuh.
Mata Sheilla membulat. "Ini tidak adil, Ada kemungkinan besar kalau kamu tidak akan selalu merasa puas." Bibir gadis itu cemberut. Membuat Sean yang melihat hal itu merasa tergoda. Terlintas pertanyaan bagaimana rasanya jika dirinya mencicipi bibir ranum gadis itu.
"Kalau tidak suka, kamu bisa striptis di aula. Setelah selesai, aku akan memberimu sepuluh ribu dolar." Kata Sean, mencoba menahan tawanya ketika melihat wajah Sheilla memerah karena marah.
Diego yang berdiri di samping mengernyitkan dahinya, bingung. Dirinya pikir, Sean tertarik pada gadis itu. Tetapi mengapa Sean mengajaknya striptis?
Sheilla merasa marah dan frustasi. Ia tahu bahwa Sean sedang mengolok-olok dirinya.
'Sebenarnya dia menganggap ku seperti apa?.'
"Baiklah.. Kalau begitu aku akan pergi dengan cara yang mudah." Kata Sheilla dan berbalik, melangkah keluar dari kantor Sean.
Jika pria itu ingin bermain, maka Sheilla akan bermain dengan baik.
Melepaskan atasannya, Sheilla tanpa ragu masuk ke aula dan naik ke atas panggung. Siap untuk melakukan striptis demi sepuluh dollar.
Sean tercengang. Ia bertanya-tanya mengapa Sheilla tiba-tiba pergi. Sementara Diego bergegas mengikuti Sheilla dan tak lama kemudian berlari kembali untuk menghadap Sean di kantornya.
"Gadis itu melakukan striptis."
Mendengar hal itu, Sean segera beranjak dari tempat duduknya, hingga kursi duduknya terdorong ke belakang.
'Gadis ini, aku hanya bercanda. Kenapa dia selalu membuat semuanya menjadi serius.' Batin Sean, lantas bergegas berjalan keluar dari ruangannya karena entah mengapa perasaan merasa cemburu. Ia tidak ingin gadis itu berdansa untuk siapa pun, kecuali dirinya!
Gelombang kemarahan yang tak dapat dijelaskan menyerbu pikiran Sean saat dia memikirkan bagaimana dirinya akan mencungkil mata setiap pria yang telah melihat Sugar Baby kecilnya.