Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.
Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.
Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditarik Masuk Kamar Hotel
Sepulang kerja, Nesha melihat mobil fortuner milik Fandi sudah terparkir di halaman. Selain itu ada juga mobil ertiga hitam, mungkin mobil jemputan.
"Assalamualaikum", salam Nesha ketika masuk rumah. Semua orang yang ada di ruang tamu kompak menjawab.
"Cepetan kamu mandi dan bersiap, Nes", titah Bu Rumi yang sudah memakai baju batik coklat-hitam senada dengan Pak Edi. Sedangkan Nisha memakai kebaya modern warna sage yang senada dengan Fandi. Rambutnya yang ditata seperti pramugari menambah kesan wanita sosialita. Ya memang pada dasarnya Nisha pandai bersolek.
Melihat pemandangan yang tampak serasi dari kedua pasangan tersebut membuat hati Nesha menciut. Kembali ia teringat dengan ucapan ibunya.
"Pak, gimana kalau Nesha nggak usah ikut?" Nesha ragu jika ia ikut, akan membuat kedua orangtuanya malu.
"Kenapa, Nes?" Tanya Bu Rumi dengan ketus. Pasalnya sedari tadi mereka belum berangkat karena menunggu anak sulungnya itu pulang. Make up-nya pun hampir luntur karena gerah. Tapi dengan entengnya Nesha mengatakan tak ingin ikut.
"Emm.. Nesha jaga rumah aja, Bu", alasan yang tak masuk akal terlintas dibenaknya. Ia melirik ke bapaknya, berharap sang bapak mengerti maksud hatinya. Namun Pak Edi pun kekeuh bahwa dirinya harus tetap hadir.
"Udah cepetan mandi. Nggak usah alasan kamu, Nes", sergah Nisha sambil mengipas-kipaskan tangan karena merasa gerah.
Merasa tak enak dengan semua orang yang sudah menunggunya, akhirnya ia pun mandi dengan gegas dan bersiap. Ia mengenakan blus hitam dipadukan dengan rok putih dibawah lutut. Rambut sepunggungnya ia biarkan tergerai rapi. Meski hanya memakai bedak tipis dan liptint merah muda, aura Nesha tampak berbeda dari biasanya. Tampak anggun dan kalem. Penampilannya pun bak warga Korea.
Bahkan Fandi yang melihatnya pun tercengang dengan penampilan Nesha. Ia sudah terbiasa melihat calon kakak iparnya itu memakai celana kulot dan kaos murahan dengan wajah yang kucel. Namun baru kali ini ia melihatnya memakai pakaian yang berbeda. Kecantikannya seperti terpancar.
"Mingkem!" Seru Nisha sambil menekan rahang Fandi yang menganga. Dengan gelagapan, lelaki tampan itu menutup mulutnya dan menelan ludah dengan lekat. Wajah Nisha pun tampak semakin ditekuk melihat calon suaminya menatap kakaknya tanpa berkedip.
Nisha merasa kesal setiap kali ada orang yang memperhatikan Nesha. Meskipun itu kedua orangtuanya. Apalagi sekarang ditambah Fandi yang terang-terangan melongo melihat penampilan Nesha. Hatinya semakin merasa iri.
"Ayo cepetan berangkat, bentar lagi mau dimulai resepsinya", ucap Bu Rumi sambil menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 18.30.
Nisha naik mobil bersama Fandi, sedangkan Nesha dan kedua orangtuanya naik mobil jemputan.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di aula sebuah hotel. Mata Nesha melotot ketika memasuki area hotel. Ia ingat kalau pernah memergoki adik dan calon suaminya masuk ke hotel ini. Ia hanya menelan saliva agar tak mengeluarkan sepatah katapun tentang hari itu.
Pesta pernikahan anak Pak Haji memang tidak kaleng-kaleng, karena anaknya adalah seorang Manajer di perusahaan tambang, sedangkan calon menantunya seorang dokter gigi. Calon besan Pak Haji pun seorang anggota DPRD. Begitu banyak tamu undangan yang hadir mengingat relasi keluarga kedua mempelai yang pasti luas jika melihat latar belakang mereka yang bukan orang biasa.
Pak Edi sekeluarga pun dapat tempat duduk di belakang karena datang mepet. Ia melihat sekeliling, sepertinya tetangga yang dapat undangan pun sudah duduk di depan bersama kerumunan orang-orang penting itu.
"Untung datang telat. Jadi nggak kumpul sama tetangga yang lain", Bu Rumi bersyukur dalam hati. Lalu melirik Nesha yang duduk disamping Pak Edi.
Acara resepsi pun berlangsung dengan khidmat dan lancar. Semua orang memberikan ucapan dan doa dengan tulus sambil menyalami kedua mempelai. Setelahnya semua tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disajikan.
Nisha dan Fandi berjalan berdua memilih menu yang akan mereka santap. Pak Edi dan Bu Rumi tampak mengobrol dengan Pak Haji yang datang menyapa para tetangga yang datang.
Nesha pun akhirnya sendirian ditengah-tengah kerumunan orang-orang tak dikenalnya. Ia mengambil sepiring makanan dan duduk di pojokan.
Pluk.
Segelas sirup berwarna merah yang dibawa Nisha tumpah dipangkuan Nesha. Sehingga membuat rok putihnya terdapat noda yang sangat kentara.
"Uups.. Maaf. Nggak sengaja", ucap Nisha sambil jari-jarinya menutupi bibirnya yang tersenyum menyeringai.
"Kamu sengaja, ya?" Dada Nesha bergemuruh melihat senyum Nisha yang seakan mengejeknya.
"Nisha kan udah bilang kalau nggak sengaja", bela Fandi dengan nada sedikit tinggi. Sehingga membuat beberapa orang memperhatikan mereka.
"Itu jalanan juga masih lebar, kenapa kamu jalannya mepet ke aku kalau emang kamu nggak sengaja?" Nesha terus mencecar Nisha agar dia mengakui kesalahannya.
Namun itu tak membuat Nisha gentar untuk memprovokasi kakaknya. Dengan wajah memelas dan suara sendu yang dibuat-buat, Nisha memohon maaf pada Nesha. Dengan tujuan orang-orang akan menyudutkan Nesha dan mengasihani dirinya.
"Aku kan udah minta maaf sama kamu, Nes. Aku beneran nggak sengaja, kok", ucap Nisha sambil memegangi tangan Nesha, akting playing victim.
Nesha merasa kesal karena semua mata tertuju pada seolah sedang menyudutkannya, akhirnya perempuan itu memilih pergi ke toilet untuk membersihkan roknya.
Nisha dan Fandi yang berhasil mengerjai Nesha pun melakukan tos dan tertawa atas kemenangan mereka. Saat sedang merayakan keberhasilan rencana mereka, mata Fandi menangkap sosok yang pernah dilihatnya.
"Ah masa tukang ojol itu menghadiri pesta mewah? Mungkin aja dia lagi nganterin penumpang atau pesanan, kan?" , batin Fandi ketika melihat Garvi di sela-sela kerumunan.
Sementara itu, Nesha sibuk membersihkan noda yang kemungkinan sulit hilang dari rok putihnya. Perasaannya semakin dongkol ketika tahu kalau perbuatan itu sengaja dilakukan oleh adiknya. Ingin sekali ia marah, namun situasi dan kondisinya tidak memungkinkan.
Setelah menyeka dengan air, roknya terlihat basah. Ia memutuskan meninggalkan pesta dan mencari tempat untuk beristirahat sejenak sambil menanti waktunya pulang.
Ia berjalan dengan lemah dan lesu menyusuri ruangan demi ruangan sambil melamun. Hingga tak menyadari kalau dia masuk ke dalam area penginapan. Menyadari kalau dia kesasar, Nesha segera putar balik dan mencari jalan kembali.
Dilewatinya lorong-lorong sambil netranya menatap satu persatu pintu kamar hotel dengan nomor yang berbeda-beda.
Tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang pria dari sebuah kamar. Ia begitu kaget sampai hampir berteriak, namun dengan segera pria itu membungkam membekap mulutnya dengan tangan.
"Kamu Nesha, kan?" Tanya pria yang wajahnya terlihat memerah. Nesha menganggukkan kepala.
"Tolong bantu saya", ucap pria itu dengan nafas terengah.
"Apa yang bisa saya tolong, Mas Garvi?" Tanya Nesha yang ikut panik melihat keadaan pria itu.
Sekujur tubuh Garvi memerah dan terasa panas. Bahkan ia sudah membuka beberapa kancing bajunya kemungkinan karena merasa kepanasan.
Pria bertubuh tinggi itu menarik Nesha masuk ke dalam kamar yang ditempatinya. Membuka semua kancing bajunya, lalu melepas kemeja yang ia pakai. Tubuh berotot dengan perut six pack terpampang nyata di depan Nesha. Membuat gadis itu mengerjapkan mata berkali-kali sambil terus memperhatikan gelagat Garvi.