Identitas Suami Miskin

Identitas Suami Miskin

Suasana pagi

Suasana pagi hari yang masih dingin membuat sebagian orang enggan meninggalkan selimut. Bahkan suara ayam jago yang berkokok pun tak bisa mengusik kehangatan di atas pulau kapuk. Namun tidak dengan Anesha yang sudah berkutat dengan peralatan dapur.

Kompor dua tungku sudah menyala dengan panci yang berisi sayur sop di salah satu tungku dan ayam yang sudah terendam minyak panas ditungku sebelahnya.

Jika pagi hari adalah waktu terbaik untuk berolahraga mencari keringat, maka Nesha tak perlu olahraga, karena suasana dapur yang pengap sudah membuatnya berkeringat bahkan mampu membakar lemak sisa makan malam kemarin.

Begitu sarapan sudah tersaji di meja makan, ia akan segera menyapu seluruh ruangan. Sebelum semua orang terbangun, seluruh pekerjaan harus selesai.

Pukul 06.15 terdengar suara pintu kamar Rumi, sang ibu, terbuka. Pintu kayu itu berderit karena engselnya yang sudah rapuh.

"Ibu mau saya buatkan teh?" Tanya Nesha yang baru selesai mandi.

"Iya", jawab Bu Rumi singkat disertai menguap. Lalu ia pergi ke kamar mandi.

Mendengar jawaban sang Ibu, Nesha segera pergi ke dapur untuk membuat teh untuk ibunya dan juga kopi untuk ayahnya, Pak Edi.

"Kamu kalau capek nggak usah masak ya nggak apa-apa, Nes", ucap Pak Edi yang melihat Nesha masih di dapur.

Nesha menoleh ke sumber suara. "Nesha nggak capek kok, Pak. Kalau Nesha nggak masak, nanti Nesha juga nggak bisa bawa bekel, dong", jawabnya sambil mengaduk teh dan kopi bergantian.

"Ini Pak, kopinya". Nesha menyodorkan secangkir kopi di hadapan Pak Edi.

Melihat putri sulungnya bekerja keras, membuat hati Pak Edi terenyuh. Pasalnya Nesha tumbuh dengan sifat mandiri dan rajin. Sehingga ia tampak tumbuh menjadi perempuan yang kuat.

"Bu, ini tehnya", ucap Nesha sambil meletakkan segelas teh di meja makan.

"Iya, Nes. Taruh saja, nanti kalau udah anget ibu minum", jawab Bu Rumi yang kembali masuk kamar.

Pintu kamar Anisha terbuka. Menampakkan wajahnya yang masih mengantuk. Dengan langkah malas, perempuan yang terpaut usia tiga tahun dengan Anesha itu berjalan ke kamar mandi.

"Udah mau jam tujuh kok kamu baru bangun, Nis?" Tanya Nesha sambil melirik jam di dinding.

"Serah aku lah!" Jawaban ketus Nisha sudah menjadi makanan sehari-hari Nesha.

"Kalau ditanya mbakmu jawab yang baik dong, Nis", ucap Pak Edi dengan lembut.

"Iya", jawaban singkat Nisha mengakhiri percakapan pagi yang canggung.

Pukul 07.10 semua sudah berkumpul untuk sarapan, kecuali Nisha. Ia masih sibuk memoles wajahnya yang glowing di depan cermin. Mematut dirinya yang memakai seragam berkali-kali. Sambil berputar ke kanan dan ke kiri. Memastikan penampilannya paripurna.

"Bu, Nisha itu tolong dibilangin, kalau bangun sedikit lebih pagi. Biar berangkat kerja nggak mepet waktu", saran Pak Edi.

Mendengar ucapan suaminya, Bu Rumi bukannya mengiyakan, ia malah berdecak sambil memutar bola matanya.

Pak Edi yang sudah terbiasa dengan sikap istrinya itu hanya bisa tersenyum.

Tak lama kemudian, Nisha keluar dengan memakai seragam batik karena hari ini hari jumat. Perusahaan tempatnya bekerja mewajibkan berbatik setiap hari jumat.

Ia memutar badanya bak balerina di depan semua orang yang ada di meja makan. "Gimana bagus nggak? Nisha cantik, kan?" Ia berharap semua orang memujinya.

Melihat Nisha yang berdandan cantik, membuat Bu Rumi bertepuk tangan sambil tersenyum kegirangan. Pak Edi pun turut tersenyum melihat tingkah anak bungsunya.

"Kamu kok diem aja? Nggak suka lihat aku cantik, ya?" Cecar Nisha pada kakaknya yang sedang menikmati sarapan di depannya.

"Iya, Nis, kamu cantik banget kok!" Nesha memasang senyum karir, kemudian kembali menikmati makanannya.

"Kamu diem aja pasti iri, kan? Aku dapat kerja bagus gaji UMR. Sedangkan kamu cuma jaga toko!" Sindir Nisha sambil merapikan bajunya.

"Nggak kok. Biasa aja", jawab Nesha datar. Hal itu semakin membuat Nisha kesal. Pasalnya ia ingin terlihat mencolok di mata Nesha, tapi kakaknya itu selalu biasa-biasa saja. Sehingga rasa dengki muncul setiap melihat Nesha.

"Udah-udah. Ayo cepetan sarapan. Jangan sampai kamu telat ngantor", ajak Pak Edi sambil menepuk kursi di sebelahnya.

Dengan muka cemberut, Nisha duduk dan menyantap sarapannya. Sesekali, ia melirik kearah Nesha, lalu ia dongkol sendiri. Padahal Nesha hanya diam saja. Tapi menurut Nisha, aura Nesha itu sangat berbeda sehingga diam-diam ia merasa iri.

Setelah sarapan, Nesha pamit berangkat kerja. "Pak, Bu, Nesha berangkat kerja dulu". Ia mencium tangan ayah dan ibunya dengan takzim.

Selama lima tahun ini, Nesha bekerja di toko Ci Fani yang ada di ruko jalan besar. Toko yang menjual perlengkapan bayi dan baju anak-anak itu juga berjualan secara online di platform jual beli online. Dan Nesha adalah karyawan bagian packing atau terkadang ia yang mengantar pesanan COD.

Hanya dengan menempuh perjalanan sepuluh menit jalan kaki, ia sudah sampai. Jam kerja yang mulai pukul delapan, namun sepuluh menit sebelum mulai, semua karyawan yang terdiri dari tujuh orang itu sudah harus menyiapkan alat tempur masing-masing bagian.

Nesha yang merupakan bagian packing terdiri dari tiga orang, sudah menyiapkan resi yang sudah dicetak kemarin, lakban, plastik, dan kardus. Ratusan resi cetak sudah siap menanti. Belum resi yang tercetak hari ini.

Disisi lain, Nisha sudah melesat ke kantor menggunakan motor scoopy yang baru ia cicil selama tujuh bulan. Dulu ia selalu naik angkot atau diantar Pak Edi. Namun setelah hampir setahun bekerja, ia memutuskan mengambil cicilan motor. Nesha dan Pak Edi menasehati agar ia menabung lebih dulu daripada mencicil, takutnya ia yang kerja dengan sistem kontrak itu bisa berhenti sewaktu-waktu apalagi dengan gaji UMR. Namun seperti anak kecil ia merengek pada Bu Rumi. Dan akhirnya si ibu menuruti permintaan Nisha untuk mencicil motor dengan tenggat waktu tiga tahun.

Sekitar dua puluh menit, Nisha sampai di sebuah perusahaan bernama PT. Bumi Laut Jaya (BLJ). Sebuah perusahaan yang mengeskpor hasil laut dalam berbagai macam olahan. Ia ditempatkan di bagian administrasi gudang yang mengolah data keluar-masuk barang.

"Hati-hati ya sayang kalau kerja", balas Nisha pada Fandi, kekasihnya.

Fandi adalah seorang pemilik bengkel dan showroom motor bekas. Dia juga memiliki usaha distro. Pekerjaan Fandi pun menjadi sesuatu yang di bangga-banggakan oleh Nisha.

Menurut Nisha, Fandi adalah pemuda hebat yang mau merintis usahanya dari bawah. Padahal Nisha pun tahu kalau semua usaha kekasihnya itu dimodali oleh papanya yang seorang manajer di perusahaan yang sama dengan Nisha. Beliau lah yang merekomendasikan nama Nisha pada Tim HRD alias jalur orang dalam.

Terpopuler

Comments

Mey-mey89

Mey-mey89

salken thorrr

2025-09-17

1

Mugiya

Mugiya

mampir

2025-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 Suasana pagi
2 Hari Lamaran Nisha
3 Nisha cari gara-gara
4 Ditabrak pria tampan
5 Mereka ke hotel?
6 Perawan tua
7 Ditarik Masuk Kamar Hotel
8 Digerebek
9 Persidangan
10 Ijab Qabul
11 Kakak Ipar
12 Makanan Mahal
13 Siapa Garvi?
14 Makan Sushi
15 Dilarang Masak
16 Dibelikan Skincare
17 Tidak Pulang
18 Nisha Hamil
19 Lempar Dollar
20 Malam Pertama
21 Kopi Asin ala Nisha
22 Beli Parfum Mewah
23 Sholat Subuh
24 Akibat Tampan
25 Ijin Pindah
26 Nisha kena Kasus
27 Mencari Solusi
28 Seperti Garvi
29 Ke Rumah Bu Haji
30 Sikap Fandi
31 Kejujuran Garvi
32 Sikap Santai Garvi
33 Perdebatan sengit
34 Nesha di visum
35 Di talak tiga
36 Rahasia
37 Permintaan Nisha
38 Pindah ke rumah Garvi
39 Berendam bersama
40 Percakapan
41 Nesha sakit
42 Menghindar terus
43 Galenna
44 Kekecewaan
45 Bertemu
46 Di Rumah Sakit
47 Hati Gelisah
48 Rencana Rahasia
49 Menemui Nesha
50 Bertemu Di Jalan
51 Nesha sakit lagi
52 Gosip
53 Sebuah kapal
54 Karma Nisha
55 Puskesmas
56 Koki dan asisten
57 Tentang tato
58 Kejujuran
59 Fania dehidrasi
60 Cerita haru
61 Perdebatan
62 Sate Suzanna
63 Baju Branded
64 Bertemu Pak Yosep
65 Rencana Galenna
66 Balas dendam
67 Berita gempar
68 Hukuman
69 Salah paham
70 Bu Rumi
71 Humaira
72 Humaira sakit
73 Mencari titik terang
74 Kebenaran terungkap
75 Promil
76 Makan seblak
77 Api unggun
78 Viral lagi
79 Hilang ingatan
80 Ulang Tahun Nesha
81 Di Swiss
82 Kereta gantung
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Suasana pagi
2
Hari Lamaran Nisha
3
Nisha cari gara-gara
4
Ditabrak pria tampan
5
Mereka ke hotel?
6
Perawan tua
7
Ditarik Masuk Kamar Hotel
8
Digerebek
9
Persidangan
10
Ijab Qabul
11
Kakak Ipar
12
Makanan Mahal
13
Siapa Garvi?
14
Makan Sushi
15
Dilarang Masak
16
Dibelikan Skincare
17
Tidak Pulang
18
Nisha Hamil
19
Lempar Dollar
20
Malam Pertama
21
Kopi Asin ala Nisha
22
Beli Parfum Mewah
23
Sholat Subuh
24
Akibat Tampan
25
Ijin Pindah
26
Nisha kena Kasus
27
Mencari Solusi
28
Seperti Garvi
29
Ke Rumah Bu Haji
30
Sikap Fandi
31
Kejujuran Garvi
32
Sikap Santai Garvi
33
Perdebatan sengit
34
Nesha di visum
35
Di talak tiga
36
Rahasia
37
Permintaan Nisha
38
Pindah ke rumah Garvi
39
Berendam bersama
40
Percakapan
41
Nesha sakit
42
Menghindar terus
43
Galenna
44
Kekecewaan
45
Bertemu
46
Di Rumah Sakit
47
Hati Gelisah
48
Rencana Rahasia
49
Menemui Nesha
50
Bertemu Di Jalan
51
Nesha sakit lagi
52
Gosip
53
Sebuah kapal
54
Karma Nisha
55
Puskesmas
56
Koki dan asisten
57
Tentang tato
58
Kejujuran
59
Fania dehidrasi
60
Cerita haru
61
Perdebatan
62
Sate Suzanna
63
Baju Branded
64
Bertemu Pak Yosep
65
Rencana Galenna
66
Balas dendam
67
Berita gempar
68
Hukuman
69
Salah paham
70
Bu Rumi
71
Humaira
72
Humaira sakit
73
Mencari titik terang
74
Kebenaran terungkap
75
Promil
76
Makan seblak
77
Api unggun
78
Viral lagi
79
Hilang ingatan
80
Ulang Tahun Nesha
81
Di Swiss
82
Kereta gantung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!