NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 | Rindu Dek Fara

“Bisa angkatnya? Bang Sukri udah pulang pula. Pakwo nggak sanggup soalnya,” kata Pakwo saat melihat Fara sedang berjongkok, berusaha mengangkat galon air itu.

“Bisa kok, Pakwo. Lagian dekat aja. Makasih ya, Pakwo. Pulang dulu.”

Lalu, penuh usaha, dengan tangan berisinya, Fara berdiri tegak dengan galon sudah berada di dalam pelukannya. Langkahnya menjadi cepat, jelas terburu-buru melangkah masuk ke dalam rumahnya, hingga akhirnya ia berhasil meletakkan galon itu di bawah meja dapur. Itu bukan untuk air minum, tetapi air yang akan mereka gunakan untuk memasak.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Fara membuka tudung saji. Aroma daun temuru langsung memenuhi hidungnya saat menemukan tumis Aceh ikan tongkol buatan mamanya. Mendadak lapar lagi perutnya, padahal tadi siang di kantor ia menyantap dua porsi ayam penyet, traktiran dari Yuto.

“Eeh? Tongkol?” Fara mendadak menyadari sesuatu.

Matanya melebar panik dan langkahnya seketika sudah menghampiri kulkas, lalu tangannya membuka freezer.

Ia mencari-cari keberadaan ikan tongkol yang ia beli jumat lalu, yang kebetulan saat itu ikan tongkol sedang murah, hanya 25 ribu untuk dua kilonya.

Ia ingat betul, ia meletakkan ikannya di dalam stoples hijau muda. Tapi, yang tampak hanya stoples biru muda dan merah muda.

Semakin panik, Fara pun melangkah menuju pintu kamar mamanya, lalu ia buka pintu itu. Tampak olehnya mamanya sudah memakai mukenah, duduk di atas sajadah, sedang dzikir dalam heningnya kamar.

“Ma, itu tongkol yang mama masak tongkol yang Fara beli?”

“Iya,” jawab mamanya singkat di sela dzikirnya.

“Loh, kok dimasak sih, Ma? Itu Fara beli untuk kucing di kantor loh, Ma…”

“Heleh, sibuk kali sama kucing. Tadi papamu minta tumis Aceh tongkol, makanya mama masak tongkolnya. Malas ke pajak mama.”

“Ikannya kan 2 kilo, mana sisanya? Itu di meja makan Fara lihat cuma beberapa potong.”

“Mama masak semua. Sisanya mama kasih sama Bang Sukri.”

Napas Fara tertahan sesaat, sebelum akhirnya berhembus pasrah. Tak mengatakan apa-apa lagi, Fara keluar dari kamar itu dan tak lupa menutup pintunya.

Langkah lesunya sudah membawanya masuk ke dalam kamarnya, yang bersamaan dengan itu suara Azan mulai terdengar, melantun indah hingga ke seluruh penjuru komplek.

Berhubung sedang tidak salat, Fara hanya bebersih di dalam kamar mandi—di dalam kamarnya, lalu berbaring di kasur.

Ia tidak selelah itu. Tapi tak tahu mengapa, setiap kali kembali ke rumah, rasa lelah itu datang, terutama jika disambut dengan percekcokan antara mama dan papanya.

Setiap kali suara mama dan papa mulai meninggi, tubuhnya refleks menegang, napas terasa lebih berat, dan pikirannya seperti dipaksa untuk bersiaga. Otaknya tahu ini bukan bahaya nyata, tapi sistem sarafnya tidak bisa membedakan. Rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat, justru menjadi medan siaga, tempat di mana alam bawah sadarnya terus-menerus bersiap menghadapi konflik.

Suara getar ponsel terdengar.

Fara lekas bangkit dengan wajah sumringah, meraih ponselnya dari dalam ransel kuningnya di atas meja, lalu kembali berbaring. Jika ada yang mengirim pesan padanya, biasanya Kira. Sahabatnya itu suka ngirim link video lucu entah itu di TikTok ataupun di Instagram.

Tetapi…

Yang tampak bukan pesan dari Kira, melainkan dari Shella, kakaknya.

Lalu, mengapa raut wajahnya menjadi suram? Karena dia sudah bisa menebak apa isi pesannya.

“Dek, pinjam 300 lah.”

Seperti itulah isi pesan yang baru saja ia baca dalam hati.

Fara merenung sesaat. Bukan untuk memikirkan akan meminjamkan atau tidak—karena nyatanya, dalam sebulan ini sudah tiga kali kakaknya meminjam uang darinya tetapi hingga kini belum juga membayar.

Fara hanya berpikir, mau sampai kapan ia merasa tidak enak hati hanya untuk sekadar bertanya, “Kapan diganti, Kak?” Karena, ia juga butuh uang. Ia butuh uang untuk bayar cicilan Filano kuning yang masih tersisa 8 bulan lagi dan jumlah cicilannya tidak sedikit, sekitar 800 ribu rupiah per bulannya.

Lucunya, meski bingung, Fara tetap saja membuka BYOND, dan mendapati sisa tabungannya yang berjumlah 530 ribu rupiah.

Berhembus lagi napasnya. Kali ini lebih berat dari yang sebelumnya.

Ia merenung lagi. Beberapa detik berlalu, tanpa bisa menahan diri, uang 300 ribu sudah terkirim ke rekening kakaknya.

Tak lama bukti transfer terkirim, masuklah pesan balasan. “Makasih banyak, Ateu…” tulis kakaknya, disusul foto ponakannya yang imut, masih berumur 1 tahun.

Melihat wajah Kiara, sang ponakan, senyuman timbul begitu saja. Mau bagaimanapun kakaknya, Fara tak pernah bisa membenci sekalipun dirinya sudah terlalu lelah menghadapi segala permasalahan yang kakaknya lakukan, yang bahkan kedua orang tuanya tidak mengetahui satu hal pun, dan hanya dirinya yang mengetahui semuanya.

“Sora! Cepat sini! Bawain itu!”

Suara Nek Ani, neneknya Yuto, menggelegar di dalam rumah mereka.

“Ih, Nek! Sora sak berak!”

Sora, adiknya Yuto, bukannya menghampiri neneknya, malah berlari terbirit-birit masuk ke dalam kamar mandi depan rumah itu.

“Yuto aja, Nek…” sahut Yuto yang saat itu sedang makan malam di meja makan bersama mama papanya.

“Nggak usah, Yuto kan lagi makan. Biar adekmu aja. Eh Sora! Kok malah berak pula! Ada aja alasanmu setiap kali nenek minta bantu!” Menggelegar lagi suara neneknya di dalam rumah itu.

Dari dalam kamar mandi, tanpa takut—adiknya ini memang paling suka cekcok dengan nenek mereka—Sora menjawab tak kalah keras, “Ya kek mana loh, Nek! Eeknya udah minta keluar! Masa Sora tahan! Bahaya, bisa jadi keras eeknya. Nanti kalo keras kek mana? Sakit loh, Nek! Bisa sampe nangis saking sakitnya!”

Tak ingin percekcokan itu terus berlanjut, bikin bising soalnya, langsung saja Yuto raih kresek besar berisikan lima buah sukun.

“Uh, berat juga ya, Nek,” kata Yuri, sudah merangkul lengan neneknya.

“Besar soalnya.”

“Siapa yang beli, Nek?” Mereka mulai melangkah berdampingan keluar dari rumah.

“Tadi si Ajir yang beli. Katanya temannya baru panen.”

“Mau nenek apakan sebanyak ini?”

“Nenek kukus aja, terus ya bagi-bagikan sama kalian. Nanti mau kalian goreng sama tepung, atau langsung makan pun bisa.”

“Kenapa nggak sama mama bikinnya, Nek?”

“Ah, nenek pun bisa. Walau udah tua, nenek masih kuat, kok. Kalau bukan karena udah dilarang kakek kalian, udah nenek angkat sendiri semua sukun itu. Tapi kakek kalian itu banyak kali larangannya sekarang. Masa angkat yang agak berat dikit aja nggak boleh.”

Yuto tersenyum sambil membuka pintu rumah. “Itu namanya sayang loh, Nek…”

Tak harus melangkah jauh untuk ke rumah neneknya. Rumah neneknya berada tepat di depan rumahnya. Tak hanya rumah neneknya, begitu juga rumah kedua Omnya.

Rumah Yuki berada di sebelah kanan rumahnya, rumah Ran—saudara kembar mamanya—berada tepat di depan rumahnya, berdampingan dengan rumah neneknya.

Tiba di rumah neneknya, Yuto mendapati kakeknya—yang ia panggil Kek Haru—tampak sedang duduk di meja makan ditemani Omnya, Ran, dan sepupunya, Biyu—anak Ran.

Omnya seorang dokter spesialis mata, sedangkan Biyu masih berkuliah di USU, calon dokter masa depan seperti papanya.

“Yuto kira kakek udah tidur,” sapanya, duduk di samping kakeknya setelah meletakkan kresek berisikan sukun di meja dapur.

“Ini kan masih jam 8,” jawab kakeknya. Sesuai namanya, Haru, kakeknya memang keturunan Jepang. Itu sebabnya keluarganya banyak yang merantau ke Jepang, sebab masih ada rumah kakeknya di sana. Tak hanya itu, berkat kakeknya, hampir semua anggota keluarga mereka mahir bahasa Jepang.

“Ya’ampun… habis telur,” keluh neneknya tiba-tiba, baru saja membuka kulkas, memang hendak memeriksa stok telur.

“Biar si Biyu yang belikan, Ma. Sana, belikan telur,” pinta Ran kepada putranya.

Tetapi, Yuto yang lebih dulu bangkit dari kursinya. “Yuto aja, Om,” ucapnya penuh semangat. “Mau beli berapa, Nek?”

“Biyu aja. Yuto kan masih cape…” sergah Ran.

Yuto menatap Omnya penuh tekat. “Gapapa, Om. Yuto aja.” Ia kembali menoleh ke neneknya. “10 butir cukup, Nek?” tanyanya lagi.

Neneknya mengangguk.

“Ok. Bentar, ya…”

Begitu kakinya melangkah di luar sana, senyuman pun mengembang di wajah tampannya. Seketika, wajah Fara pun mengisi kepalanya. Tanpa ia sadari, ia berharap dapat bertemu Fara di kedai itu, karena kedai yang ia tuju adalah kedai Kek Fuad, kedai kakeknya Fara, yang sekarang sudah di ambil alih papanya Fara sejak kakeknya meninggal dunia.

Ya, Yuto dan Fara tinggal di komplek yang sama.

.

.

.

.

.

Continued...

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
RaihanArfadilla Ani
puas aku liat ruka ngamuk
jadi lompat bacanya ,liat judul ruka mengamuk 🤣🤣🤣🤣
makasih hyull😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏
Umi Jasmine
betul tindakanmu fara, biar tau ortumu klu mmg spti itu
mak² rempong
pengen AQ taboklah mama nya dek Fara ini😡😡😡... geram kali AQ liat nya
Whyuni Prihartati
nga papa fara untuk berontk skli kli
EsTehPanas SENJA
ngga boleh kau gitu hei eka! eee sapa namamu...?! walau itu anak kao sendiri tetap harus ijinlah kao!! kenapa ga kau tolak itu pintaan ijah?! bilang saja ga ada uang! malah kau korbanin perasaan darah dagingmu sendiri!
EsTehPanas SENJA
aaaah sedih ... kaya ngga dianggap gitu ya! diabaikan! sabar ... cuma itu kuncinya! sabar ....
EsTehPanas SENJA
begini tabiatnya banyak! sebanyak orang yang kalau punya hutang ditagih malah galakan dia 🤣🤣🤣
EsTehPanas SENJA
ini betul ini .. ga perlu sempurna asal sreg di hati cukuplah itu 😁
EsTehPanas SENJA
gigit lah gigit.... 🤣 gemes kali nampaknya 🤣
Kirey Ruby
Memang betul kalo nek Ani itu garda terdepan di keluarga,tp kalo misal nek Ani udh ga ada,yg jd garda terdepannya digantikan siapa ya..? ☹️🤔
Ga sabar lah bagaimana acara lamaran kalo bawa2 nek Ani,mantap,rame,tegang jg pastinya buat mamak si Fara,Shella pasti iri hati krn adiknya yg gendut bisa dpt Yuto yg perfect man,tp walau Fara gendut tetap menggemaskan kali di mata Yuto 🤗😍😘
Hyull: Eh... jangan lupakan RUKA!!!
Pelatih tinju satu ini udah nggak kosong!
Hyull: Pengganti Hani ada Yuri duongs! Tapi sayangnya Yuri jauh.
Ada Sora juga, tapi Sora kosong /Facepalm/. Cuma jago bacot aja, gk ada isinya.
total 2 replies
Tri NH
ndk skip aja bacenye kurang puas kak🤭, ape agik di skip, bagaikan makan nasi tanpa ikan asin, kurang nikmat😁
Hyull: /Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 1 replies
Ibu² kang Halu🤩
asik asik, ada acara lagi nich🤩🤩 yok lah, siap-siap kita ikut acara lamarannya babang Yuto & Fara🤗🤗
Ayu retonisa
kalao sudah pake Hati laki2 macam mana pon pasti tau kalau gadis kesayangan itu terluka /Grin/
Ikha Mangil
bgs Fara itu hatimu, perasaanmu , anak kandung tpi serasa di anaktirikan sedih, 🥺, langsung nikah aja lah Fara terus keluar dri keluarga yng toxic
mak² rempong
sihii Abang Yuto pengen kokop kokop juga🤭🤭🤭🤭 untung g jadi
Ikha Mangil
sihi Abang Yuto😁🤭
Novianti
lucu banget, jadi pengen ngerasain jadi fara🤣
Tita Rosmiati
terima Fara biar cepat kamu keluar dari rumah yg seperti neraka itu
Ayu retonisa
kalau aku yg di posisi Fara aku jawablh tampa mimir /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!