NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ummi nggak sayang Fatur

Seharian anak itu tidak makan, karena Fatur tidak naik kerumah dan ibunya juga tidak mengajaknya makan.

Ia masuk ke bawah rumah, dimana disana ada rumah-rumahan yang ia buat dengan Mel. Ia berbaring disana dengan meringis sakit disekujur tubuhnya. Anak itu terisak.

Perlahan isakan tangisnya menghilang, bersamaan dengan terlelapnya ia dalam tidurnya.

Dalam tidurnya...

Fatur kembali masuk kedunia pengembaraannya sendiri.

Ia membayangkan menjadi anak yang hebat. Ia berdiri dipanggung besar mengenakan pakaian keren. Dihadapannya, ratusan bahkan jutaan orang bertepuk tangan untuknya.

Dikursi penonton, Melinda tersenyum bangga melihat sang abang, dengan memegang piala penghargaan menjadi penyanyi cilik terbaik.

“Anak-anak hebat...” puji pembawa acara memuji Fatur. Fatur tersenyum bahagia.

Dibangku penonton, ayah dan ibunya terlihat bahagia dengan kesukesan nya.

Siapa yang tidak bangga memiliki anak seperti Fatur.

Didunianya ini, tidak ada rasa sakit, tidak ada sapu lidi, tidak ada pukulan dan makian. Ia bisa hidup damai, dimana semua orang mencintainya.

Suara langkah kaki di atas rumahnya, mulai merusak mimpi indah Fatur. Suara kaki Zainab yang menghentak-hentakkan kakinya mengusik pendengaran telinga Fatur. Dengan suara samar-samar, sang ibu juga terdengar bersungut-sungut.

Sore harinya, Zainab terlihat termenung di dapur. Melinda duduk tidak jauh darinya, masih memakai baju seadanya. Zainab merasa bersalah telah memukuli Fatur.

Ia melirik kearah pintu depan rumah. Hatinya berdebar. Ia menyesali karena sudah terlalu kasar pada sang putra.

Tapi, karena rasa lelah dan emosi, semua amarah itu keluar begitu saja tanpa bisa ditahan.

Zainab melirik kearah Mel. “Mel, kemana abangmu? Apa kau melihatnya?” tanya Zainab kemudian.

Melinda mengelengkan kepalanya. “Enggak Mi... Tapi keknya, Abang ada dibawah rumah. Mel lihat abang duduk tadi disamping rumah...” jelas Mel tertunduk.

Zainab bergegas berdiri, berjalan kesamping rumah.

“Fatur, kamu disana nak?”

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar dengkuran halus.

Ia menunduk, mengintip ke bawah rumah.

Ia melihat tubuh kecil Fatur meringkuk, masih mengenakan seragam sekolahnya.

Wajahnya kotor, matanya bengkak karena menangis terlalu lama.

Zainab perlahan merebahkan kepalanya dibawah rumah, kedua tangannya terulur menarik tubuh kecil Fatur. Saat digendongan sang ibu, Fatur hanya meringis.

Zainab mencium wajah sang anak berkali-kali, ia menyesali tindakannya.

“Makanya jangan nakal, kalau Ummi kamu jawab jujur...” keluh Zainab dengan wajah lelahnya.

Ia sudah capek mengurusi rumah dan mencari uang, kini ia juga harus menghadapi berbagai perangai sang anak.

Zainab membawa Fatur masuk kedalam rumah, membaringkan perlahan di tikar anyaman.

Sore itu di rumah sayang sama, namun di dua jiwa yang berbeda, yang tersakiti. Seorang ibu yang lelah dengan semua beban hidupnya, dan seorang anak yang secara perlahan kehilangan kepercayaan tentang cinta.

Namun anak-anak sepertinya tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya. Zainab mengusap wajah sang yang kotor dengan bajunya. Ia perlahan menganti seragam sekolah yang nampak kotor.

Fatur pelahan menutup matanya...

Ia kembali ke dunianya...

Dimana ia menjadi peran utama dan memiliki kebahagiaan yang orang lain tidak memilikinya...

“Kenapa ya dunia yang aku buat sendiri, jauh lebih terasa lebih indah daripada dunia dimana aku dilahirkan?” lirih Fatur dalam tidurnya.

Saat Fatur sudah bangun, Fatur dipaksa oleh ibunya untuk makaan. Ia menyuapi putranya itu.

Kemarahan dan kekecewaan yang dirasakan anak-anak seperti Fatur hanya bersifat sementara. Ia mudah lupa dengan apa yang terjadi. Seperti malam ini, ia udah mulai melupakan kejadian siang saat ia dipukuli oleh ibunya.

Melinda mengajak sang abang menonton tv di rumah tetangga. Triknya selalu sama seperti malam-malam sebelumnya. Namun kini, Zainab langsung berjalan keluar rumah dan memanggil sang anak.

Sang anak mendengus kecewa. Sudah pasti tidak diizinkan pergi.

“Jangan pergi! Mulai sekarang jangan nonton tv dan keluar malam lagi... Bahaya...” ucap Zainab menarik tangan kedua anaknya.

Namun Fatur dan Melinda nampak berontak. Keduanya tetap mau menonton tv. Keduanya mulai menangis karena tidak diizinkan pergi.

Zainab yang emosi, kembali membentak sang anak dan mencubit sang anak, menarik paksa keduanya masuk kedalam rumah.

Ia tidak mengizinkan sang anak, karena akhir-akhir ini selalu terjadi pembunuhan di desa Pasir dengan cara mengenaskan.

Zainab takut, dan tidak mengizinkan kedua anaknya pergi.

Melinda dan Fatur terus memberontak. Zainab yang emosi, memukuli sang anak hingga kedua anak itu semakin keras menangis.

Sesampai kedalam rumah, Zainab segera mengkunci pintu. Ia tidak lupa memasang palang pintu dari kayu ukuran sedang.

Dibelakangnya Melinda dan Fatur masih terdenga menangis. Mereka duduk disudut ruangan saling berpelukan, dan sesekali mengelap air mata dengan punggung tangan kecil mereka.

Ia sangat takut dengan kejadian yang terjadi di desa Pasir. Sebagai ibu, ia memiliki naluri melindungi anak-anaknya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Mereka tidak tahu motif pembunuhan itu.

Zainab mendekati kedua anaknya. “Ummi, hanya tidak ingin kehilangan kalian. Diluar sana, banyak orang jahat...” gumamnya lirih.

Namun tanpa disadari oleh dirinya sendiri, bentakkan, cubitan bahkan pukulan justru membuat kedua anaknya merasa tidak mendapatkan begitu banyak kehangatan.

“Ummi nggak sayang Fatur...” lirihnya menatap wajah sang ibu dengan ketakutan.

Ketakutan ibunya sering kali malah berujung kemarahan dan memukul keduanya.

Mungkin karena lelah, emosinya mudah terpancing.

Malam itu Melinda dan Fatur tidur dalam keadaan menangis sambil sesegukan.

Saat pagi tiba, seperti biasanya Zainab membangunkan keduanya, sesekali ia bersungut karena keduanya susah dibangunkan.

Setelah sekian banyak drama, baru keduanya bangun dengan seperti biasa, menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

Bukannya langsung mandi, keduanya malah termenung menatap air parit. Sekali lagi Zainab berteriak menyuruh keduanya mandi, baru keduanya bergegas mandi.

Saat sudah memakai seragam dan sarapan. Zainab memberi uang seribu rupiah pada Melinda dan Fatur. Keduanya menyalami sang ibu dan ayahnya sebelum pergi kesekolah.

Zainab mengantarkan keduanya sampai depan rumah. Sesaat kemudian, Zainab melihat beberapa orang dan juga berpeci melewati rumahnya.

“Apa ada yang meninggal lagi?” tanya Zainab pada seorang wanita yang melewati rumahnya.

“Ada bu, warga menemukan jenazah pak Leman tanpa kepala, dekat perigi rumahnya...” jelas wanita itu. Zainab menghela napas.

“Kami ingatkan, jangan biar kan anak-anak keluar malam-malam, bu. Kita tidak tahu siapa pelakunya dan siapa saja targetnya... Kita harus hati-hati...” ujar wanita itu.

Zainab hanya menganguk pelan. Melinda dan Fatur, yang sedang menaiki sepedanya, hanya diam mendengarkan apa yang dibicarakan orang-orang dewasa itu.

“Dengar itu... Makanya Ummi melarang kalian keluar malam-malam. Banyak orang jahat diluar sana...” ucap Zainab kepada kedua anak-anaknya.

Fatur dan Melinda kompak mengangguk. Fatur masih kesal, karena malam tadi tidak diizinkan nonton tv, ditambah lagi karena dipukuli dan dicubit.

Namun, jauh dilubuk hati yang paling dalam, ia mengerti bahwa ibunya sedang mengkhawatirkannya.

Walaupun ia kurang tahu sepenuhnya tentang kematian dan kejahatan.

Zainab menarik napas panjang.

“Jadi, mulai dari sekarang kalian harus nurut sama ummi...” ucap Zainab lagi.

Ia memeluk kepada dua anaknya itu. Namun detik kemudian ia mendengar suara jeritan, membuat dua anak itu terlonjak kaget.

Mel dan Fatur yang duduk diatas sepedanya, spontan turun dan berlindung dibalik punggung ibunya.

Jeritan nya panjang...

Parau...

Dan penuh ketakutan...

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!