"Ahh indah sekali ciptaan mu tuhan, bahkan selain senja, suara deburan ombak saja membuat hatiku tenang."-
"Hmm mulai sekarang aku juga suka ombak."-
"Benarkah? apa karena ombak juga menenangkan mu? "-
"Tidak juga, karena aku suka apa yang kamu suka saja."-
"Kalau begitu, Aku akan suka semua yang kamu suka deh, kamu suka apa?"-
"Aku suka kamu."-
"Ohh kalau begitu aku akan menyukai diriku sendiri."-
"Dasar nih cowo gak peka-peka."-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nobar
"Harus banget pakaian nya hitam begini ya." ucap Farhan sambil memperhatikan dirinya di depan cermin.
"Hanya sebagai penyamaran saja Han." balas Alvin sambil menyisir rambutnya.
"Cocok kok baju hitamnya sama kamu Han, aura magrib nya keluar." celetuk Samy.
"Sam, lebih baik lo gak usah ngomong deh, sekali nya ngomong nyelekit amat." gumam Farhan.
"Oke gayyssss, kita-kita ini mau balas dendam, yoi gakk." suara Janari menggelegar di rumah itu.
"Pelanan Jan, pengeng kuping gue." timpal Alvin.
"Hahaha... ya-ya, gimana? cakep gak gue nih." Janari bergaya bak model di depan mereka berempat.
Bukannya mendapatkan pujian, Janari cuma di tatap seperkian detik dan di kacangin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Eh Dhilan, kamu mau ke mana, ayo kita nonton bola bareng." ucap Delvin ketika melihat adiknya itu ingin pergi keluar.
"Aku gak tertarik sama bola, apalagi nontonnya sama abang." sahut Dhilan sambil berjalan keluar.
Delvin hanya tersenyum sambil sesekali menyeruput soda kaleng.
"Udah mulai Vin, bolanya??" tanya Kinaan sambil membawa segelas kopi.
"Bentar lagi Pah," jawab Delvin.
Mereka berdua pun duduk di sofa sambil menunggu pertandingan Indonesia vs Bahrain.
*****
"Mah, aku mau ke jalan-jalan sama Givan dan Sheyna boleh??" izin Meina.
"Iya boleh-boleh saja, asalkan ingat waktu, jangan malam-malam, harus udah ada di rumah jangan kelayapan." Amari pun mengizinkan, mendengar Mamah nya mengizinkan dia pergi, Meina pun segera menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. "Terimakasih Mah."
"Cuacanya cukup dingin, gue pakai hoodie aja iya sama celana katun." gumam Meina saat sudah di dalam kamar. Ia pun membuka lemari dan memilih warna yang sesuai.
"Warna hitam aja kali iya, atau warna biru, merah lebih menyala keren juga iya." Meina mulai kebingungan memilih warna hoodie, akhirnya penentuan terakhir jatuh pada warna coklat muda.
Sekarang tinggal mencari warna celana yang cocok, dan pilihannya jatuh kepada celana katun berwarna cream.
"Gue udah cantik nih." ujar Meina sambil menghadap ke cermin dengan pedenya.
Ting (Ema udah siap belum??)
Meina hanya membaca pesan yang di berikan oleh Sheyna tanpa menjawabnya.
Saat sudah berada di luar kamar, Meina teringat bahwa dia lupa membawa dompet, ia pun kembali masuk dan mengambilnya.
"Adduh....bentar lagi masuk tuh!!!" Meina mendengar suara Papah nya menggema di sepanjang rumah. Entah Papah nya sedang menonton apa.
Deg!
Deg!
Deg!
"Papah nonton apa sih, suaranya sampai ke dengeran ke kamar Ema." ucap Meina ketika sudah sampai di lantai bawah.
"Lagi nonton bola tadi soalnya, WEH GOLLLLL!!!" belum selesai ngomong, Kinaan dan Delvin sudah berteriak ketika timnas Indonesia mencetak gol.
"Yaudah atuh, Ema mau jalan-jalan ke luar," Meina pun menyalami punggung tangan Kinaan, Amari, dan Delvin bergantian.
"Dhilan ke mana??" tanya Meina celingak-celinguk.
"Di luar, paling lagi duduk di teras." sambung Delvin dengan matanya yang terus menatap layar televisi.
"Owh, yaudah Ema berangkat dulu assalamu'alaikum..."-
"Wa'alaikumussalam..." jawab mereka bertiga serempak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Terus pantau laptop nya, jangan lengah Lastri." ujar Akara.
"Tentu, kan kupastikan hal itu."
"Earpiece semua dah aktifkan?" tanya Akara.
"Sudah." jawab mereka berempat serentak.
"Walahhh Earpiece gue ke mana cok. Gue lupa simpan." seru Janari.
-
-
-
Jangan lupa like dan kritikannya Guyyss💙💙 🤟