Lagu Cinta Untuk Mama

Hari berlalu. Bulan berganti dan tahun bergulir, Adis hanya bisa melakukan rawat jalan untuk putranya yang sekarang berusia tiga tahun. Putranya tumbuh besar bergantung pada obat-obatan dari resep dokter.

Saat ini Adis kembali dihadapkan dengan berita yang tidak enak hati.

Dokter selalu saja menjelaskan perkembangan kesehatan putranya yang mungkin suatu waktu akan mengalami serangan jantung mendadak.

"Kapan putra suster Adis siap dioperasi jantungnya?" tanya dokter Meilani.

"Dokter. Aku bukannya sengaja mengulur waktu untuk operasi jantung putraku. Aku ini seorang singel parents. Uang segitu banyaknya tidak bisa aku dapatkan dengan mudah. Aku pasrahkan kepada Allah karena ikhtiarku hanya rawat jalan saja untuk putraku," jujur Adis.

"Baiklah. Kami tidak memaksa. Tapi resikonya, suster Adis tanggung sendiri. Tugas kami hanya mengingatkan keluarga pasien untuk kesembuhan pasien itu sendiri," pukas dokter Melani dengan sabar.

"Saya mengerti dokter. Ujian ini datangnya dari Allah. Solusinya juga pastinya dari Allah. Jadi, saya hanya menantikan keajaiban dari Allah saja melalui doaku," ucap Adis tersenyum canggung.

Keduanya bersalaman lalu Adis mengajak putranya pulang. Keduanya terlihat sangat bahagia walaupun di tengah duka. Adis memang bekerja di rumah sakit tersebut. Namun biaya untuk pasien dari keluarga karyawan sudah dipangkas dan sisanya 500 juta itu. Bahkan sudah naik 600 juta berjalannya waktu.

"Mama. Nanti kalau Rian sudah besar ingin membantu mama cari uang buat mama yang banyak," ucap baby Rian menunjukkan dengan kedua tangannya yang terbuka lebar.

"Alhamdulillah. Yang penting Rian harus rajin belajar."

"Bagaimana mau rajin belajar mama kalau Rian sendiri belum masuk sekolah," protes Rian.

"Rian belum cukup umur untuk sekolah. Nanti mama harus menabung uang dulu untuk membiayai Rian sekolah. Doakan mama ya, sayang...!"

"Iya mama. Rian sudah senang belajar sama mama. Belajar mengaji, membaca, menulis dan berhitung. Nanti kalau sudah sekolah, ibu guru tidak capek lagi mengajar Rian karena Rian sudah bisa semuanya. Yang penting sho....-"

"Lat..!" sambung Adis di kata terakhir putranya.

Rian termasuk anak yang cerdas. Bacaan tiap gerakan sholat dia sudah hafal. Ia juga sudah hafal banyak doa harian dan surah-surah pendek. Adis dan Dina bahu membahu membesarkan Rian. Mereka selalu bertukar shift kerja agar bisa menjaga Rian.

"Mama...! Turunkan Rian...! Rian ingin jalan sendiri. Rian bukan bayi lagi yang harus di gendong sama mama."

"Ya Allah. Mama lupa kalau anak mama sudah besar. Ok. Kalau begitu kita berjalan santai saja, baby."

"Baik yang mulia ratu," ledek Rian pada ibunya yang cekikikan.

Tanpa keduanya ketahui ada seorang fotografer tampan mengambil gambar ibu dan anak ini. Dia adalah tuan Galih. Seorang fotografer terkenal dikalangan model- model cantik yang sudah ia potret namun tidak semua orang mengenalnya seperti penyanyi ngetop atau artis film. Namun cukup disegani di dunia bisnis.

"Aku ingin wanita muda itu menjadi modelku...!" titah galih pada asistennya.

"Tapi tuan, dia bukan seorang gadis. Lihatlah anak itu bersamanya dan mereka pasti ibu dan anak," ucap asisten Andre.

"Lantas kenapa kalau dia itu ibu-ibu? Apakah masalah?"

"Ya jelas masalah. Belum tentu suaminya mengijinkan dia untuk menjadi seorang model," ucap asisten Andre membuat Galih mulai paham.

"Selidiki wanita itu. Semuanya. Setelah kamu mengetahui keberadaan suaminya, katakan kepadaku dan aku akan menemui suaminya agar mengijinkan dia menjadi modelku," ujar Galih memperhatikan Adis dari kejauhan.

"Tapi tuan....!"

Galih menatap horor asistennya yang langsung mengangguk patuh dan mengejar langkahnya Adis agar tidak hilang dari pandangannya.

Adis menaiki motornya bersama sang putra yang terlihat gembira. Asisten Andre mencari Adis ke sana ke mari namun tidak ditemukan hingga dia melihat Adis melintas di depannya.

"Aduh ...! Aku harus bagaimana ini untuk mengejarnya?" kesal asisten Andre yang menjadi perhatian satpam.

"Ada apa tuan? Apakah tuan ingin mengejar suster Adis?" tanya pak satpam.

Asisten Andre seketika berbinar karena satpam itu mengenal Adis. Ia pura-pura menjadi teman Adis dan memberi jawaban konyol pada pak satpam.

"Aku tadi di suruh jemput oleh ibunya tapi sekarang dia malah bawa motor sendiri. Padahal aku ingin tahu alamat rumahnya," ucap Andre terlihat kesal.

"Rumahnya tidak jauh dari sini. Kebetulan rumah kontrakannya dekat dengan rumahku," ucap pak satpam.

"Tapi, kira-kira suaminya marah tidak ya kalau aku main ke rumahnya?" sandiwara Andre membuat satpam mulai ragu dengan pengakuan Andre sebagai temannya Adis.

"Kamu ini temannya suster Adis bukan? Kalau teman pasti sudah tahu kalau suster Adis itu singel parents," geram pak satpam yang buka juga rahasia status Adis pada asisten Andre.

Andre tersenyum penuh kemenangan. Ia lalu membisikkan sesuatu pada pak satpam.

"Mau dapat rejeki nomplok nggak pak?" bisik asisten Andre pada satpam yang bernama Sam itu.

"Maksud anda apa, tuan?"

"Saya sebenarnya punya agensi model. Kami butuh model wanita untuk menjadi model iklan. Apakah bapak bisa bantu saya bertemu dengan suster Adis? Kebetulan dia sesuai dengan model yang kami inginkan," ucap asisten Andre.

"Kalau mau bertemu dengannya nanti malam saja. Biasanya dua jam sebelum tugas, dia sudah datang," ucap satpam itu yang sudah hafal dengan jadwal tugas jaga suster Adis.

"Baiklah. Kalau begitu aku tunggu nanti malam di sini. Jam berapa dia datang?" tanya asisten Andre.

"Sekitar jam tujuh malam."

"Ok pak. Terimakasih banyak. Ini untuk bapak .....!" menyelipkan uang 500 ribu untuk pak Sam yang sangat bersyukur dapat rejeki nomplok.

"Terimakasih tuan. Sepertinya suster Adis akan menerima tawaran tuan karena dia butuh biaya untuk operasi jantung putranya yang terus tertunda karena terkendala biaya. Itu yang saya dengar dari gosip para rekannya," ucap pak Sam.

"Kasihan sekali. Doakan saya ya pak semoga bisa membujuk suster cantik itu." Asisten Andre menemui lagi bosnya yang sudah duduk manis di dalam mobilnya sambil melihat hasil jepretannya di kameranya. Siapa lagi kalau bukan Adis. Gadis yang membuatnya langsung jatuh hati.

"Tuan. Aku sudah mendapatkan identitas wanita itu ucap asisten Andre membuat Galih menghentikan aktifitasnya. Ia menatap wajah asistennya dengan mimik serius.

"Dia adalah seorang ibu muda yang membesarkan putranya seorang diri. Dia juga membutuhkan biaya untuk operasi jantung putranya yang sampai saat ini belum terwujud," tutur asisten Andre membuat dada Galih seperti ditaburi bintang-bintang.

"Dapatkan gadis itu segera dan bantu dia dalam proses biaya operasi jantung putranya. Walaupun dia menolak tawaran kita sebagai model, setidaknya kita sudah menolong meringankan bebannya.

Lakukan secara diam-diam dan jangan menyebutkan namaku. Bilang saja ada donatur yang mau membantu meringankan bebannya," ucap Galih yang semakin kuat ingin mendekati Adis.

"Tuan. Gadis itu bekerja di rumah sakit ini sebagai suster di bagian bidan dan persalinan. Nanti malam tugasnya sekitar pukul 7 malam ganti shift," jelas asisten Andre.

Galih tersenyum penuh makna. Ia tidak sabar untuk mendekati Adis.