Tak pernah terbayangkan dalam benak Bella, bahwa dia akan menjadi pemuas seorang cassanova setelah kepergian ayahnya.
Cerita ini bermula dari sang tante yang menjualnya. Membuat dia terjerat pria yang tak memiliki komitmen itu. Pria yang selalu menatapnya dengan tajam, tetapi begitu mendamba tubuhnya. Dia, William Hognose Liem.
Akankah kisah mereka berujung bahagia? Atau justru selamanya Bella akan menjadi pemuas hasrat William saja? Ikuti kisahnya di sini, dan jangan lupa follow akun sosial media author.
Ig @nitamelia05
Fb @Nita Amelia
Salam anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Sisi Lain Mendominasi
Beberapa hari berlalu, William mulai merasakan sebuah perbedaan dalam hidupnya. Ketika pagi datang, semua yang dia butuhkan ada yang menyiapkan, dan ketika dia pulang dari perusahaan, ada wajah yang menyambutnya dengan suka cita.
Seperti saat ini, William baru saja tiba di apartemen pukul 11 malam lebih beberapa menit, karena dia terpaksa lembur untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Saat pintu terbuka, dia melihat lampu ruang tamu yang masih menyala, dia mengedarkan pandangan, dan kedua netra itu tertuju ke arah sofa panjang, di mana Bella berada.
Gadis itu tengah meringkuk seperti kucing kecil, karena terlalu lama menunggu William, alhasil dia ketiduran.
Ada sebuah gerakan di sudut bibir William, tetapi entah kenapa pria itu tak pernah bisa mengekspresikan perasaannya. Hingga dia hanya memasang wajah datar saat melangkah mendekati Bella.
William menatap Bella sesaat, kemudian berencana membangunkan gadis cantik itu. Namun, sebelum jemarinya menyentuh anggota tubuh Bella, tatapan William beralih pada benda ranum yang bergerak-gerak itu.
Tanpa sadar William meneguk salivanya dengan kasar. Karena sudah beberapa hari ini dia memang belum merasakan kembali sebuah pelepasan.
Namun, tak sampai lama William menggelengkan kepala. Berusaha meraih kesadarannya yang nyaris terenggut, hanya karena menatap wajah Bella terlalu lama.
"Shitt, bagaimana bisa aku berselera pada gadis polos seperti dia? Ciuman saja tidak bisa, lalu apa yang bisa aku harapkan? Jangan bodoh, William," gumam pria itu, mengutuk dirinya sendiri. Jangan sampai si putih mendominasi otak si hitam, karena dengan begitu William tidak akan segan untuk mendobrak pertahanan Bella, tak peduli gadis itu merintih dan meminta ampun padanya.
William kembali melanjutkan niatnya untuk membangunkan Bella. Namun, sepertinya cara tersebut akan memakan waktu yang lama. Jadi, tanpa ba bi bu William menggendong tubuh gadis itu dan memindahkannya ke dalam kamar.
"Cih, merepotkan!" ketus William setelah berhasil membaringkan tubuh Bella di atas ranjang. Dia mengambil selimut dan melemparkannya ke arah gadis itu. "Pakai saja sendiri, kau kira aku babu-mu?!"
Padahal tidak ada pula yang menyuruhnya melakukan itu semua. Sambil berdecak, William membetulkan selimut tersebut hingga berhasil menutup tubuh Bella. Baru setelah itu dia pergi ke kamarnya.
@@@
Sang surya mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu. Dan seperti hari-hari sebelumnya Bella sudah bangun lebih awal, tetapi pagi ini entah kenapa William memilih untuk mandi sendiri, alhasil Bella hanya sibuk di dapur.
Saat William datang Bella tidak ada di sana, sebab gadis itu tengah membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Dan William tak begitu mempermasalahkannya.
William mengambil secangkir kopi yang dibuatkan Bella, dia menikmatinya sambil melihat-lihat pemandangan di luar sana, di mana burung mulai berterbangan di antara kelebat awan.
Namun, tiba-tiba fokus William teralihkan pada suara notifikasi ponsel, dan sudah tentu benda itu bukan miliknya. William melangkah ke arah meja, di mana ponsel Bella tertinggal.
Ada beberapa pesan dari Lena, dan hal tersebut membuat rasa penasaran dalam diri William membuncah.
"Apa yang mereka bicarakan?" gumam William, kemudian membuka pesan tersebut. Dia membaca obrolan antara Bella dan Lena yang tengah merencanakan sesuatu. Tentang Bella yang akan kabur dari apartemennya. Seketika itu juga rahang William mengeras, dia menggenggam kuat benda pipih itu.
"Shitt, beraninya dia!" teriak William, bersamaan dengan itu Bella keluar dari kamarnya, dan ia langsung disambut tatapan nyalang William yang setajam elang.
"Apa maksudmu merencanakan semua ini?" tanya William sambil mengangkat tangannya yang menggenggam ponsel milik Bella. Seketika itu juga Bella terbelalak lebar, bagaimana bisa dia menaruh benda itu sembarangan?
Brak!
William membanting ponsel Bella dengan sekuat tenaga, hingga benda pipih itu hancur tak bersisa.
"Apakah selama ini aku terlalu baik padamu, sehingga kau berpikir bisa mengelabuhiku?" pekik William lagi, membuat Bella semakin ketakutan. Lidah gadis itu kelu, karena kemarahan pria yang ada di hadapanya ini benar-benar menyeramkan.
"Maafkan aku, Tuan," ucap Bella, lututnya terasa lunglai sehingga dia ambruk di hadapan William. "Aku sungguh tidak sengaja."
Namun, sisi lain dari William telah mendominasi, dia mencengkram pakaian Bella hingga tubuh gadis itu sedikit terangkat. "Asal kau tahu, aku bukanlah orang bodoh. Jadi, jangan pernah berpikir bisa lari dariku. Kau dan Freya sama saja, sama-sama suka memanfaatkan orang!"
Bella menangis ketakutan, padahal sudah beberapa hari berlalu dia melewatinya dengan baik bersama William. Namun, karena Ibu tirinya memiliki ide untuk membawa dia kabur, dia pun setuju.
"Aku mohon maafkan aku, Tuan, kali ini aku janji, aku tidak akan memiliki niat sedikit pun untuk kabur dari anda," mohon Bella dengan bola matanya yang basah.
"Itu karena kau sudah ketahuan, kalau tidak—"
"Tuan!" potong Jo, dan dengan cepat melangkah ke arah William dan Bella. Beruntung dia datang tepat waktu.
William melepaskan cengkramannya, hingga Bella tertunduk lemas sambil terisak-isak.
Jo menatap William dan Bella secara bergantian, begitu juga ponsel yang sudah remuk. Mencoba menganalisis apa yang sebenarnya terjadi. Namun, nyatanya Jo tak bisa menemukan jawaban.
"Tuan—"
"Tanyakan saja pada dia. Aku malas berpura-pura baik," tukas William dengan nafas yang masih terengah-engah. Kemudian detik selanjutnya dia pergi meninggalkan apartemen, tanpa menyentuh sarapan yang sudah dibuat Bella.
@@@
Guys, jangan nimbun bab ya, ini semua demi retensi novel author, kan udah crazy up, jadi dibaca tiap hari ya🙏🤗
Ternyata Lena ibu tiri sangat jahat membunuh suaminya sendiri secara perlahan yang adalah ayahnya Bella demi meraup harta, benar-benar gila
Benar kata William Lena bak ibu peri tapi memang wanita bodoh.
Deborah mengorbankan diri demi William tapi nyatanya juga malah mau bunuh William.