Dikhianati oleh orang yang dicintai yaitu sang istri membuat Louis Gabriel menutup diri dari wanita, dia menjalani hari-harinya dengan begitu kesepian bahkan tinggal di rumah mewah dan besar miliknya tanpa ditemani oleh siapapun.
Dingin, kasar, dan arogan menjadi sifat Louis yang merupakan salah satu pengusaha terkaya di negaranya. Meskipun Luois menutup hatinya akan seorang wanita, namun, tidak dengan nafsu dan birahi yang ada di dalam dirinya.
Sebagai seorang laki-laki normal tentu saja dia tetap membutuhkan kaum wanita untuk memenuhi kebutuhan biologisnya itu, dan Loius selalu menggunakan jasa wanita penghibur untuk memuaskan nafsu birahinya.
Sampai akhirnya, dia bertemu dengan seorang wanita yang cuek, urakan bahkan pecicilan bernama Arista yang mampu membuka hati bahkan mencairkan jiwa yang selama ini membeku.
Seperti apakah pertemuan mereka berdua? akankah Arista menerima cinta dari seorang laki-laki kaya raya, namun, memiliki sifat Arogan dan semena-mena tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Untuk Selamanya
Louis menatap sekeliling rumah mewahnya, rumah besar yang hanya dia huni sendirian tanpa istri ataupun sang putra yang sekarang ikut dengan istrinya dan tinggal di luar negeri.
Jauh di dalam lubuk hati seorang Louis, dia rindu akan suasana rumah yang penuh dengan gelak tawa sang putra, rindu akan rengekan manja David yang saat ini sudah berumur 10 tahun.
Bayangan-bayangan David yang sedang berlarian di ruangan itu pun sekilas menari-nari di dalam otak kecilnya, terlihat begitu nyata seolah putranya itu memang berada di sana.
Begitupun dengan bayangan Clara mantan istri yang ikut memenuhi otak kecilnya kini, menatap ke arah Louis seraya tersenyum, membuat Duda berwajah tampan penuh karisma itu sontak membalas senyuman istrinya lalu kembali terlihat muram karena akhirnya tersadar bahwa, semua itu hanya bayangan semu karena dirinya terlalu merindukan mereka berdua.
Louis pun mengusap wajahnya kasar, menyudahi lamunan panjangnya akan kerinduan yang kini terasa begitu menyiksa hati dan juga jiwanya.
Kring ... Kring ... Kring ....
Ponsel Louis yang masih berada di dalam saku celananya tiba-tiba saja berdering tanda sebuah panggilan masuk, dia pun merogoh saku celananya lalu menatap layar ponsel dan langsung mengangkat telpon.
📞 "Halo ... Ada apa?" Tanya Louis malas.
📞 "Tuan Bos, anda harus segera datang ke Rumah Sakit," pinta Jodi di dalam telpon.
📞 "Kenapa?"
📞 "Pokoknya anda segera ke sini sekarang juga, situasinya darurat, Tuan."
📞 "Saya 'kan udah nugasin kamu buat nemenin Arista di sana, kalau saya ke sana juga, buat apa saya gaji kamu, hah?"
📞 "Astaga, Tuan. Sekarang bukan waktunya buat marah-marah sama saya, apa anda tau, adiknya Nona Arista--" terbata-bata Jodi tidak kuasa untuk meneruskan ucapannya.
📞 "Putri kenapa? Kalau ngomong yang jelas dong."
📞 "Akh, sudahlah, dengan segala hormat, saya minta Tuan datang ke sini sekarang juga." Pinta Jodi lembut namun, penuh penekanan.
📞 "Ya sudah saya ke sana sekarang juga," jawab Louis penuh tanda tanya.
Hati seorang Louis dipenuhi tanda tanya sekarang. Apa mungkin telah terjadi sesuatu dengan Putri? Jangan-jangan dia? Akh ... Louis mengusap wajahnya kasar, mencoba menepis pikiran negatif yang kini singgah di otaknya.
Dengan tergesa-gesa, dia pun meraih jaket kulit berwarna hitam miliknya lalu berjalan keluar dari dalam rumah menuju Rumah Sakit.
♥️♥️
Di Rumah Sakit.
Suara teriakan diiringi dengan suara tangis terdengar menggema di ruangan ICU, tubuh kecil Putri pun nampak sudah di tutup kain kapan berwarna putih terbujur kaku tidak bernyawa di atas ranjang.
Arista nampak begitu terpukul, dia menangis di samping ranjang dengan memeluk tubuh Putri dengan perasaan hancur.
"Putri, sayang. Bangun, nak. Adik kesayangannya kakak, bangun ... Hiks hiks hiks ..." Teriak Arista diiringi suara tangisan yang terdengar pilu.
Jodi yang juga berada di sana nampak merasa terhenyak dengan apa yang sedang dia saksikan, meskipun dia baru mengenal gadis itu, akan tetapi, kesedihan yang terpancar dari wajah cantik seorang Arista begitu menggetarkan membuat siapapun yang berada di sana pasti akan ikut bergetar.
Betapa hati seorang Arista begitu hancur saat ini, jiwanya bagai di hantam bongkahan batu besar yang menghimpit dadanya membuat sekujur tubuhnya terasa lemas dan hampir saja roboh, untungnya, Louis datang pada waktu yang tepat, dia segera meraih bahu Arista dan menahannya hingga gadis itu berada di dalam pelukannya kini.
"Tuan, tolong bangunin Putri, bukankah Tuan bilang sama saya, kalau Tuan akan meminta pihak Rumah sakit buat kasih pengobatan yang terbaik dan mahal, hiks hiks hiks ..." Lirih Arista, mendongakkan kepalanya menatap wajah Louis dengan tatapan iba dan bola mata memerah lengkap dengan lelehan air mata yang berjatuhan begitu derasnya.
"Maafkan saya, Arista. Maaf, mungkin Dokter sudah memberikan yang terbaik tapi, Tuhan berkehendak lain, saya tau kamu sayang sama Putri, dan saya juga tau kamu begitu terpukul dengan kepergian dia, tapi kamu harus ingat satu hal, Arista, mungkin ini jalan yang terbaik, putri sudah tenang di sana, dia tidak merasakan kesakitan lagi, sekarang. Kamu harus kuat ya," lirih Louis memutar tubuh Arista dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya.
"Benarkah? Putri sudah nggak kesakitan lagi di sana?"
Louis menganggukkan kepalanya, seraya mengusap lembut kepala Arista.
"Dia sudah tenang di sisi Tuhan dan terbebas dari penderitaan yang selama ini menyiksa hidupnya?"
Louis kembali menganggukkan kepalanya.
Perlahan, Arista pun mulai mengurai pelukan, dia menatap wajah Louis dengan tatapan sayu dan penuh kesedihan. Setelah itu, dia memutar badan dan menatap tubuh sang adik yang masih tertutup kain berwarna putih, dengan tangan gemetar, dia pun membuka bagian atas kain tersebut sehingga wajah pucat putri terlihat jelas memejamkan mata dan terlihat begitu tenang.
Wajah adiknya tersebut benar-benar pucat pasi, bibirnya pun putih seputih kapas namun anehnya, raut wajah putri terlihat begitu tenang dan damai membuat seketika Arista pun tersadar bahwa apa yang baru saja dikatakan oleh Louis memanglah benar adanya.
Perlahan, Arista pun mengusap wajahnya kasar, membersihkan sisa air mata yang saat ini masih membasahi pipinya, meski suara isakan itu masih sedikit terdengar tapi, raut wajah Arisa sudah lumayan tegar. Tangan gadis itu pun mulai mengusap lembut rambut panjang Putri dengan penuh kasih sayang.
"Putri, Sayang. Kakak ikhlaskan kamu pergi, Nak. Kamu istirahat yang tenang si sana, ya. Kakak percaya sama apa yang dikatakan sama Tuan Louis kalau kamu sudah tenang di sana dan gak kesakitan lagi, kakak sayang sama kamu, Put. Sayang banget, tunggu kakak di sana ya, kakak akan menyusul kamu suatu saat nanti, dan kita akan berkumpul di surga," lirih Arista lalu mengecup pelan kening putri.
Setelah itu, dia pun kembali menutup wajah adiknya dengan kain putih, meski berusaha tegar, tapi tetap saja Arista merasakan kesakitan yang teramat dalam, kehilangan yang teramat sangat dan tentu saja hatinya begitu hancur sekarang.
Tak ada kata yang pas untuk menggambarkan kesedihan yang saat ini sedang dirasakan oleh Arista, kehilangan orang yang sangat disayangi untuk selama-lamanya bukanlah hal yang mudah untuk diterima begitu saja, meski terlihat tegar, Louis masih tetap bisa merasakan betapa sedihnya gadis bernama Arista tersebut.
Pelan tapi pasti, Louis pun tiba-tiba saja meraih tubuh ramping gadis itu, membawanya ke dalam dekapan hangatnya seolah memberinya kekuatan, entah sadar atau tidak, Arista pun melingkarkan kuat tangannya di punggung lebar Louis dan menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan laki-laki yang dia panggil dengan sebutan Tuan itu.
"Putri, Tuan. Dia udah pergi untuk selama-lamanya, dan saya gak akan bisa bertemu dengan dia lagi, hiks hiks hiks ...."
Arista benar-benar menumpahkan kesediaan yang saat ini dia rasakan didalam pelukan Louis.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️