Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Candu Asmara
Malam itu hujan sangat lebat mengguyur ibu kota, Ameera baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya, sesaat setelah ia mengganti pakaian tidurnya ia mulai merasakan kembali sakit yang begitu menyiksanya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, Keyla yang baru saja memasak cream sup langsung panik.
"Yaa Allah Meer, ini gimana? Aku bahkan gak bisa memesan taxi online..." ucap Keyla yang kesal akibat signal ponselnya mendadak hilang entah kemana.
"Yaa Allah Meer, pokoknya lo harus operasi.. ini udah bukan bahya lagi loh Meer, ini bisa membuat lo mati kesakitan!" Kesal Keyla.
Ameera hanya diam memegang meremas perutnya dan sesekali ia menjerit menahan sakitnya. Ameera meraih ponselnya, sementara Keyla tengah mencari bantuan untuk membawa Ameera segera ke rumah sakit.
Ameera menjerit kesal tatkala ia tidak mendapat jawaban telfon dari Ibu Fina.
"Mama Jahat!!! Kenapa mama begini mah? Meera sakit mah sakiiiiitttt" jeritan Ameera kali ini benar-benar menujukkan bahwa ia tengah merasakan kekecewaan .
Mendengr jeritan itu Keyla yang tengah berdiri di teras kediaman Ameera bergegas masuk hingga ia terbentur pintu.
"Awww!! Kurang ajar gue di tabrak!" Ucapnya kesal. Mungkin jika pintu itu bisa berbicara ia akan sangat kesal di tuduh menabrak Keyla kala itu.
Ameera menangis histeris, perasaannya kacau fisiknya sangat kacau kala itu.
"Meer? Tahan yaa tahan, gimana kalo kita naik motor meer? Lo sanggup ga?" Panik keyla seolah mengambil jalan yang tercepat saja kala itu.
Ameera menggelengkan kepalanya, tak ada lagi semangatnya untuk hidup.
Aku ingin kesakitan ini membawaku dalam kematian saja!! Aku ingin bersama papa, aku ingin bersama papa yang selalu memeluk aku..
Ameer membatin pilu..
"Duh Meer, mau naik apa? Becak pun gak ada loh Meer.." di tengah keadaan panik, Keyla masih saja bersikap konyol.
Keyla terus mencoba mematikan dan kembali menyalahkan ponselnya, lima belas menit berlalu, Keyla berhasil memesan satu taxi online. Kali ini Keyla cukup cermat, ia memasukan beberapa pakaian salin untuk Ameera, beberapa dokumen seperti ktp Ameera sudah siap dalam satu map.
Hujan juga mulai mereda, Keyla memapah tubuh Ameera yang sudah basah keringat saat itu, wajah Ameera sudah terlihat sangat pucat dan wajahnya memerah karena ia terus menangis merintih kesakitan.
Keyla sempat menghubungi kedua orang tuanya guna meminta saran atas apa yang harus ia lakukan demi membantu sahabatnya itu. Mengambil keputusan terbaik adalah langkah yang tepat saat ini, maka dari itu Keyla akan bersikap bijaksana saat itu.
Keyla terpaksa harus meningglakan Ameera di IGD saat itu demi mengurus segala sesuatunya ke bagian administrasi rumah sakit tersebut.
Diraihnya ponsel Ameera sesekali, ia mencoba menghububgi Ibu Fina namun tidak ada jawaban satu kali pun. Dalam hatinya, Keyla mengutuk sikap Ibu Fina yang di kemudian hari pasti akan menjadi penyesaln terbesarnya.
Dua jam menunggu.. Ameera sudah masuk kedalam ruang perawatan, dan kali ini Faiz sudah datang menyusul kedua sahabatnya itu.
"Meer, kata mamah gue kita memang lebih baik pakai kamar kelas dua ini, karena semakin tinggi tingkat kelas maka semakin besar biaya operasinya" ucap Keyla yang selalu menerima saran dari ibunya di setiap langkahnya untuk mengambil keputusan saat itu.
"Gak masalah.. dimana aja gue bersyukur bisa di tanggani dengan baik" ucap Ameera.
"Terus gimana? Masih sakit? Tanya Faiz yang sangat khwatir itu.
Ameera menggelengkan kepalanya.
"Sudah engga, entah obat apa yang dokter berikan, memang langsung mereda tadi sakitnya" ucap Ameera jujur.
"Hemm, Allhamdulillah setidaknya malam ini lo bisa istirhat untuk persiapan besok pagi" ucap Keyla tersenyum.
" Iya gue paham kok.. oh iya, besok kalian kuliah aja. Gue gapapa" Ucap Ameera yang masih merasa sungkan terhadap dua sahabatnya itu.
"Ngaco, gue kuliah? Hati pikiran gue disini" ucap Faiz kesal.
"Aneh lo Meer, masih aja mikirin kuliah.. " kesal Keyla.
"Oh iya, lo mau makan ga? Sebelum lo harus puasa sampai besok pagi?" Tanya Keyla.
"Enggak" ucap Ameera sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi gue takut.." ucap Ameera dengan wajah paniknya.
"Gak usah takut, besok ada mama gue datang.. malam ini adik gue rewel gak bisa di tinggal.." ucap Keyla yang kedua orang tuanya juga sangat mengenal Ameera dengan baik.
"Sudah lo tidur aja ya.." pinta Faiz sambil mengusap tangan Ameera.
Tak lama Ameera terlelap dalam tidurnya, tinggallah Faiz dan Keyla yang berada di sana, mata mereka masih terjaga kala itu.
"Gue gak gabis pikir sama Tante Fina, apa yang ada di benaknya saat ia tega ga menjawab puluhan telfon dari Ameera" kesal Keyla.
"Tapi ya Key, kalo gue lihat dari mata seorang Tante Fina, dia juga ga seberapa bahagia dengan keadaan ini, setiap hari ngomel, merengut, negatif terus pikirannya.. coba bayangin deh orang yang seperti itu pasti jiwanya tengah sakit, dia gak ada di dalam kondisi yang baik-baik aja" ucap Faiz dengan sangat bijaknya.
"Mungkin sih.. karena gue menganggap tidak ada orang jahat di dunia ini"
"Ya banyak lah.. lihat Puteri Urusla ulala , dandan doang menorr bibir merah menyalah.. coba liat hatinya??? Kaya Alpukat yang kelamaan di sekap di beras!!" Ucap Faiz dengan celetukan lucunya.
"Eh Key, kenapa jidat lo? Memae tuh" kata Faiz yang baru fokus pada kening Keyla.
"Gue di tabrak sama pintu rumah si Meera, sensi betul dia sama gue sampe hue di tabraknya" ucap Keyla mengundang tawa kesal Faiz.
"Dasar bodoh sekali, lo yang menabrak bukan pintu yang nabrak lo" kesal Faiz sambil tertawa.
Keduanya pun masih melanjutkan obrolan mereka dengan pelan dan sesekali mereka harus menahan tawa mereka karena dalam ruangan itu tidak hanya Ameera sebagai pasien nya.
*
Di tempat lain, dengan iringan lagu melow saat hujan turun menambah kegalauan yang tengah di rasakan oleh Pria 26 tahun. Ia berulang kali melihat ponselnya pada sebuah aplikasi chating namun ia harus menelan kekecewaan saat pesan nya yang sudah satu jam tidak ada balasan.
"Ameera.. kenapa kamu membuatku hampir mati menyimpan rasa penasaran ini sih??" Ucap Argha sambil menatap rintikan air hujan dari jendela kamarnya.
"Apa kanu sudah tidur? Ah tapi masih pukul sembilan tiga puluh malam... hebat banget kalo dia sudah tertidur" ucap Argha masih mengecek ponselnya itu .
"Ah.. besok gue harus cari dia ke kampus, gue merasa candu dengan senyum manisnya" tambahnya bermonolog sambil melamun mengingat wajah cantik Ameera yang di hiasi senyum bahagia dan lesung pipinya menjadi sebuah candu bagi Argha saat ini..
*
*
*
Hai Evryone, apa kabar kalian hari ini?
Jangan lupa jejaknya yaah semoga kalian bisa terhibur membaca karyaku..
Salam Cintaku,
Mei..
🤭🤭
mampir awak Thor