NovelToon NovelToon
Jodoh Titipan

Jodoh Titipan

Status: tamat
Genre:Perjodohan / Patahhati / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 5
Nama Author: Sept

Taqi Bassami, hanya karena ia seorang anak angkat, pria itu harus mengorbankan hidup selamanya. Taqi menukar kebebasannya demi membayar balas budi. Berkat sang ayah angkat, hidupnya yang terpuruk di jalan, kini menjadi sukses.
Bila balas budi bisa dibayar dengan uang, Taqi pasti melakukan hal itu. Tapi bagaimana, jika Taqi harus menikahi wanita pilihan keluarga angkatnya itu untuk membalas jasa. Belum lagi latar belakang Taqi yang perlahan mencuat ke permukaan. Siapa sebenarnya Taqi? Ketika banyak pihak mengincar nyawanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memilih

Jodoh Titipan Bagian 7

Oleh Sept

Kediaman tante Wini nampak ramai, padahal hanya ada Anisa dan Andri di ruang tamu, tapi mereka berdua sudah seperti Tom and Jerry, ribut terus kalau ketemu.

Suasana gaduh baru tenang ketika tante Wini muncul dengan pizza buatannya.

"Sudah matang," ucap tante Wini. Malam ini mereka akan makan pizza buatan sang ibu. Karena tidak jadi ke rumah Taqi, Anisa dan keluarga pun santai-santai di kediaman mereka.

"Enak banget, Bu!" seru Anisa sambil memakan potongan pizza terakhir.

"Ya ampun, itu laper apa doyan Mbak?" celetuk Andri yang melihat betapa kuatnya sang kakak bila makan.

Anisa langsung mencebik, kemudian melirik adik laki-lakinya dengan tatapan mengejek. Dan ibu hanya mengusap kepala putri pertamanya itu. Bila berkumpul begini, rasanya damai sekali.

Andai setiap hari bisa kumpul, tante Wini pasti bahagia. Sayang, Anisa masih harus menetap setahun lagi di Malaysia untuk studinya.

"Cepet lulus ya, sayang. Ibu seneng kalau Nisa kumpul sama-sama seperti begini."

Anisa pun memegangi tangan ibunya, mengusap balik.

"Doain Nisa ya, Bu ... Agar semuanya lancar seperti yang Nisa harapkan." Nisa meminta restu dari ibunya. Untuk masa depan, doa agar segalanya dimudahkan. Agar cita-citanya tercapai dan bisa menikah tahun depan bersama Taqi Bassami. Pria santun, baik, dan pasti memiliki kepribadian yang sesuai harapan Anisa.

Andai Anisa tahu, bahwa calon imamnya kini sedang bersama calon yang lain.

***

Kediaman Zain.

Taqi mengemudi dengan kecepatan penuh, abah Yusuf barusan menelpon. Nada dilarikan ke rumah sakit karena terpeleset di kamar mandi.

Yang membuat semua panik adalah munculnya flek sesaat setelah jatuh. Ummi dan abah sangat khawatir, mereka cemas pada calon cucu mereka yang belum lahir ke dunia tersebut.

Di malam yang gelap itu, Taqi mengemudi dengan cepat. Beberapa kendaraan pun ia balap untuk mengejar waktu. Sebab ummi sudah menangis saja saat abah memberikan ponselnya pada ibu angkatnya itu.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Kasih.

Begitu tiba di rumah sakit yang dimaksud, Taqi berjalan cepat masuk ke dalam. Ia menyusuri koridor rumah sakit dengan terburu-buru. Taqi baru berhenti tak kala melihat sosok ummi yang duduk si ujung lorong.

Tap tap tap

Derap langkah Taqi semakin cepat, ia menghampiri ummi dan langsung menanyakan kabar Nada.

"Bagaimana keadaan Nada, Ummi ... Abah?" Taqi terlihat khawatir. Tapi rasa cemas Taqi itu adalah rasa khawatir seperti pada adik sendiri. Sedangkan abah dan ummi menganggap berbeda. Mereka mengira rasa itu adalah rasa yang lain.

Dari sana, ummi merasa yakin. Mungkin pilihan abah sudah tepat. Mungkin Qotrunnada memang jodoh Taqi, mungkin ini memang garis hidup keduanya.

Dengan tatapan kosong, karena pikirannya melayang ke mana-mana, ummi pun menarik tangan Taqi. Agar pria itu duduk di sampingnya.

"Dokter sudah menangani Nada, setelah di USG, alhamdulillah ... janin masih bertahan. Janin itu begitu kuat ..." ucap ummi lalu terdiam.

Ummi tidak bisa melanjutkan kata-katanya, matanya terasa perih saat mengatakan janin itu kuat dan masih bisa bertahan. Karena ummi kembali ingat dengan Zain. Tiba-tiba saja mata ummi perih begitu saja, dan rasa sesak memenuhi isi dadaanyaa.

"Ummi ... ummi titip Nada ... Taqiii!" pinta ummi dengan suara terputus. Ada rasa sesak yang ummi tahan.

Wanita paruh baya itu akhirnya menangis juga, ummi tidak kuasa. Nada akhir-akhir ini memang sering drop. Membuat ummi khawatir, tidak mau kehilangan siapapun lagi.

Abah datang mendekat, kemudian menepuk bahu Taqi.

"Hanya Taqi harapan Abah," ucap abah Yusuf.

Aduh, rasanya Taqi sudah lemas. Padahal Anisa sudah pulang ke Indonesian. Padahal hari bahagianya sendiri sudah ditentukan, bagaimana ini? Taqi dalam dilema besar.

KLEK

Suara pintu terbuka lebar, mereka semua pun menoleh. Menatap dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana putri dan cucu saya, Dok?" tanya ummi begitu mereka sudah berdiri di depan dokter.

"Alhamdulillah, semua masih bisa diselamatkan. Tapi ... kondisi ibu Nada memang kurang baik. Kalau bisa, hindari pikiran berat. Tidak boleh stres. Karena masih mengalami flek."

Tubuh ummi lemas, ia langsung bersandar pada abah. Sedangkan Taqi, hatinya risau menatap pemandangan itu. Benar-benar gegana level provinsi.

***

Pagi yang mendung, semendung hati Anisa. Sejak beberapa saat yang lalu, ia menelpon Taqi tapi tidak ada jawaban. Anisa yang terkenal lembut itu jadi jengkel sendiri.

"Ke mana kamu, Mas?" tanya Anisa pada ponsel yang terus memanggil tersebut.

Kesal, Anisa meletakkan benda pipih itu di atas nakas. Kemudian ia keluar kamar, seperti Taqi benar-benar sibuk, pikir Anisa.

Ya, Taqi memang sibuk. Sibuk di rumah sakit menjaga Nada.

Pagi-pagi, ummi sama abah pulang karena semalam mereka bertiga jaga Nada. Taqi memaksa keduanya pulang, sekedar untuk mandi dan ganti pakaian.

Awalnya ummi menolak, tapi karena Taqi bilang akan jagain Nada, ummi jadi mau pulang. Abah malah bersyukur, setidaknya ada Taqi. Harapan abah setelah kepergian Zain.

Ruang perawatan

"Ingin Mas kupaskan apel?" tanya Taqi dengan canggung.

Awalnya selama ini ia biasa saja, karena sudah menganggap Nada adik sendiri. Tapi setelah abah mempunyai niatan untuk menjodohkan keduanya. Taqi merasa tidak nyaman kalau berduaan saja.

Ia sebenarnya terpaksa bilang akan menjaga Nada, itu karena tidak tega melihat wajah lelah ummi sama abah. Tidak tahunya, ia kini yang merasa tidak nyaman.

Sedangkan Nada, ia sama sekali tidak ngefek. Sama sekali tidak terpengaruh. Masih bersikap biasa, dan lagi malah menganggap tidak ada orang di sebelahnya. Matanya masih kosong, masih diselimuti kabut kesedihan. Dan juga Nada mana tahu kalau orang yang dijodohkan dengannya adalah Mas Taqi. Nada sama sekali tidak diberi tahu abah atau ummi siapa yang bakal menjadi suaminya kelak.

Nada juga tidak ingin tahu, lukanya saja belum kering. Rasanya, memikirkan untuk menikah lagi adalah nomor kesekian. Bagi Nada, Zain masih ada di hatinya. Menetap lama dan tidak terganti.

"Nad!" panggil Taqi. Dilihatnya Nada malah melamun dan diam saja.

Nada pun menoleh, dan menggeleng. Wanita muda itu lalu menarik selimut, kemudian memalingkan wajah. Membelakangi Taqi yang sedang memegang apel yang belum dikupas.

"Apa ingin makan sesuatu?" tanya Taqi sekali lagi.

"Tidak, terima kasih. Nada hanya mau tidur."

"Tidur lagi? Kamu bahkan baru bangun!"

Dalam hati Nada menjawab, ia ingin tidak bangun saja. Karena bila kembali ke dunia nyata, kenyataan masih sakit untuk dirasakan.

"Nad ... mau Mas ajak jalan-jalan ke taman?" bujuk Taqi. Pria itu sungguh menyayangi Nada seperti adik sendiri. Apalagi Nada memang jauh di bawahnya.

Melihat Nada yang gunda gulana, ia ingin menghibur wanita muda tersebut. Mungkin jalan-jalan ke taman untuk mencari udara segar bisa membuat Nada sedikit fresh.

"Nggak, Mas. Nada capek."

Taqi menghela napas panjang. Pria itu kemudian meraih ponselnya yang sudah penuh dicas. Ia nyalakan ponselnya yang sebelumnya di mode pesawat agar batre cepat full.

Begitu ponsel menyala, banyak nofit yang masuk. Seketika pusing Taqi jadi dobel kuadrat.

Banyak pesan singkat dari Anisa yang masuk.

[Mas Taqi, bisa tidak nanti siang kiat ketemu?]

[Kalau sibuk, sorean dikit juga gak apa-apa]

[Kok gak bisa ditelpon? Mas Taqi baik-baik aja, kan?]

[Nisa balik lusa, sebelum Nisa balik, sempetin ketemu ya, Mas?]

[Mas Taqi ... nanti kalau gak sibuk, telpon balik ya?]

Taqi terduduk lemas, dilihatnya Nada yang terbaring dengan selang infus yang menggantung di atasnya. Setelah itu Taqi menatap ponsel.

Setelah menghela napas dalam-dalam, Taqi mengetik pesan balasan.

[Nanti malam, Mas ke rumah]

Cling ....

Pesan terkirim. BERSAMBUNG

Apa nanti Taqi akan jujur dan mengucap kata putus? Atau malah memilih berbohong lagi?

Ikuti Instagramm Sept, ada bagi-bagi THR bulan depan.

Ig : Sept_September2020

Btw, Sept juga nulis cerpen. Jangan lupa ditengok ya.

judul Prince of Wolf

Klik banner atas di noveltoonn

Aku tunggu jempol kalian, makasih ya.

1
Churin iin
Luar biasa
@bimaraZ
taqi salahjuga..meskipun cuma menena gkan g harus memeluk juga...
@bimaraZ
hhh tagi jadi ketagihan tuh...😍
@bimaraZ
anggap saja nisa dan taqi tidak berjodoh...
@bimaraZ
sampai g bisakomen bacanya ..g kebayang di posisi taqi
jawab iya salah jawab tidak juga berat
RL
Luar biasa
Zumi Zauhair
seruu
indah
😭😭😭😭😭😭
indah
Maa shaa Allaah Gemes ny 😍😍
indah
Hem Rumit nih
indah
Bawang Bombay
😭😭😭
Safitri Agus
jodoh othor yg menentukan 😁🤭
komalia komalia
ooh iya apa nada engga pakai hijab ya
komalia komalia
mas taqi mau bulan madu
komalia komalia
umii iis bukan nya diem bikin orang jadi malu aja
komalia komalia
umi kaya nya engga pernah bikin cap si abah
komalia komalia
udah baca
komalia komalia
itu lah kalau kita punya hutang budi bagai buah si malakama
komalia komalia
mampir
zauza
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!