Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!
Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.
Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.
Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Jahat
Akhirnya Kayla pun memesan makanan di salah satu restoran, ia pun menikmati makanannya sendiri.
"Aku udah nikah, tapi kayak belum nikah, hahaha gimana coba," gumam Kayla yang menertawakan nasibnya.
Setelah makanannya habis, dengan terpaksa Kayla masuk ke kamar. Ketika Kayla masuk kedalam kamar, ia melihat Arthur sudah berbaring di sisi kanan ranjang dengan laptop di pangkuannya, masih sibuk bekerja.
'Katanya tadi capek pengen istirahat eh malah kerja,' batin Kayla.
Kayla naik ke ranjang dengan gerakan sangat pelan, seolah-olah jika ia bergerak sedikit saja, Arthur akan berubah menjadi monster. Kayla menarik selimut hingga sebatas hidung di sisi kiri ranjang, menyisakan jarak yang cukup luas di tengah-tengah mereka.
"Jangan terlalu pinggir nanti jatuh," ucap Arthur yang masih fokus pada laptopnya.
"I-iya," jawab Kayla dan sedikit bergeser ke tengah.
"Matikan lampunya jika mau tidur," ujar Arthur dan lagi-lagi tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.
"I-iya," jawab Kayla yang begitu takut dengan sikap dingin Arthur padanya.
Kayla mematikan lampu nakas di sisinya, dalam kegelapan, jantungnya berdegup kencang. Kayla tidak menyangka hidupnya akan berubah secepat ini, menikah dengan pria asing, tidur seranjang tanpa ada rasa suka.
'Gapapa Kayla, kamu bisa melewatinya,' batinnya sebelum akhirnya rasa kantuk mengalahkan rasa takutnya.
Setelah Kayla terlelap, Arthur pun menyelesaikan pekerjaannya. Ia menaruh laptopnya di atas meja dan menatap lekat wajah damai Kayla yang berada di sampingnya, Arthur menarik pelan tubuh Kayla hingga berada didekatnya.
Setelah itu Arthur mengecup seluruh wajah Kayla dan terakhir ia mengecup bibir Kayla hanya kecupan singkat, namun terasa menantang untuk Arthur.
Arthur tersenyum setelah mengecup bibir sang istri, tanpa mengatakan apapun Arthur memeluk Kayla dan menyusul Kayla menuju alam mimpi.
Pagi harinya, Kayla bangun dengan enggan. Namun, ia mengingat jika hari ini adalah hari pertamanya bertugas di salah satu rumah sakit, mau tidak mau Kayla pun harus bangun.
Namun, ketika Kayla benar-benar sadar, Kayla tidak melihat Arthur disampingnya, "Loh Arthur mana?" gumam Kayla.
Kayla pun duduk di pinggir ranjang dan melihat secarik kertas di atas meja, Kayla mengambil kertas tersebut dan membaca tulisan didalam kertas itu.
Sarapan sudah aku siapkan, kunci mobil ada di rak atas, pakai yang warna hitam di slot parkir B-12. Ingat ini hari pertamamu, jadi jangan sampai terlambat apalagi sampai membuat masalah. Arthur
"Dia ini perhatian kan ya, tapi kok aku malah takut ya sama pesannya, ngomong-ngomong tulisan tangannya rapi banget buat ukuran dokter, tapi tetep aja sih isinya cuma perintah, masa gak ada romantis-romantisnya gitu kayak semangat sayang atau apa kek," gumam Kayla kesal.
Kayla pun bersiap-siap begitu ia keluar dari kamar dan menuju meja makan, disana terdapat sandwich dan jus.
"Dia tahu aku suka jus mangga?" gumam Kayla.
Setelah sarapan, Kayla bersiap dengan kemeja rapi dan membawa jas putih kebanggaannya, jas snelli yang menandakan statusnya sebagai dokter muda, Kayla turun ke basemen dan menemukan mobil SUV hitam yang tampak sangat gagah.
"Mobilnya aja serem kayak yang punya," gumam Kayla.
Perjalanan menuju Rumah Sakit Medika Utama memakan waktu tiga puluh menit, jantung Kayla berdegup kencang karena ini adalah hari pertamanya terjun langsung ke lapangan setelah bertahun-tahun bergelut dengan teori.
Begitu sampai di rumah sakit, Kayla langsung menuju ruang orientasi mahasiswa koas, di sana sudah ada sekitar sepuluh orang lainnya yang tampak sama tegangnya dengan Kayla.
"Eh, kalian tahu nggak siapa yang bakal pegang departemen bedah saraf periode ini?" bisik salah satu teman koas di sebelah Kayla.
"Aku lupa lagi namanya siapa sih, pokoknya Dokter ini tuh ganteng banget dan aku dengar Dokter julukannya Dokter kulkas. Kabarnya juga dia nggak segan-segan buat usir koas dari ruang operasi kalau ada yang salah dikit aja," jawab yang lain dengan wajah pucat.
"Masa sih, aku kok takut ya. Kalau aku buat salah gimana," jawab lainnya.
"Tapi, aku dengar tim kita bakal dibagi dua. Ada yang sama Dokter kulkas itu sama Dokter Bian. Dokter Bian itu yang paling enak, beliau santai bimbingnya," ucap yang lain.
Kayla yang sejak tadi mendengar percakapan mereka pun meneguk ludahnya dengan berat, ia tampak gugup. 'Tuhan, lancarakan koasku, aku gak mau di usir di ruang operasi. Semoga aku bisa koas tanpa ada masalah,' batin Kayla.
Setelah itu seorang petugas masuk ke ruangan tersebut, "Jihan, Fahmi, Angga, Celine dan Kayla, kalian ikut saya dan sisanya akan berada disini," ucap petugas.
Mereka berlima pun mengikuti petugas dan tak lama, mereka masuk ke sebuah ruangan dimana disana Dokter Bian menunggu lima Dokter muda yang akan ia bimbing.
"Jadi kalian Dokter mudanya," ucap Dokter Bian.
Meskipun umurnya sudah tidak muda lagi, tapi aura wibawa dan kepemimpinannya begitu mendominasi.
Dokter Bian tersenyum ramah, tipe senyum kebapakan yang membuat ketegangan di bahu Kayla sedikit mengendur. "Selamat datang di Departemen Bedah Saraf, saya Dokter Bian, salah satu spesialis di sini yang akan membimbing kalian selama beberapa minggu ke depan."
Kayla menghela napas lega dalam hati, 'Terima kasih, Tuhan! Aku nggak dapet Dokter Kulkas itu. Sepertinya Dokter Bian orangnya baik,' batin Kayla.
Teman-teman koas di sebelahnya pun tampak mulai bisa bernapas lega, "Bedah saraf bukan stase yang mudah, kalian harus teliti, cepat dan disiplin. Tapi tenang saja, selama kalian mau belajar, maka saya akan bantu," ucap Dokter Bian.
Kayla pun bertugas dengan penuh semangat membantu Dokter Bian, saat jam istirahat Kayla memilih pergi ke kantin rumah sakit bersama teman-teman barunya.
"Akhirnya istirahat juga, yuk ke kantin," ajak Jihan.
"Ayo," jawab Celine
Ketika mereka baru saja keluar dari ruangan mereka,mereka melihat Nadia salah satu teman koas mereka yang berbeda tim dengan mereka.
"Nadia," panggil Jihan.
Nadia yang terlihat lelah itu menghampiri mereka, "Kamu kenapa kok gak semangat gitu?" tanya Jihan.
"Capek banget, gila kenapa aku harus sama Dokter kulkas sih," ucap Nadia.
"Jahat banget ya emang?" tanya Kayla yang merasa kasihan melihat Nadia.
"Bukan jahat lagi, tapi terlalu jahat. Dokternya terlalu tegas, salah dikit aja dimarahin," ucap Nadia.
"Sekarang ayo istirahat kita mau ke kantin," ajak Jihan.
"Gak bisa, aku mau ke ruangan Dokter kulkas lagi, masihbanyak pekerjaan disana," ucap Nadia dan dengan malas pergi meninggalkan ketiganya.
"Kasihan lihat Nadia," ucap Celine.
"Untung aku sama Dokter Bian yang baik banget," ucap Jihan.
"Iya, aku gak bisa bayangkan kalau aku sama Dokter kulkas itu," ucap Kayla.
.
.
.
Bersambung.....