NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

morning sickness

Kody kembali berjalan menuju apartemen Laura. Saat ia sudah berada di depan pintu apartemen Laura, ia langsung mengetuk pintu itu.

Tanpa menunggu lama, Laura membuka pintu apartemen dengan wajah kesal.

"Apa lagi yang kau ingin..." ucap Laura terpotong saat yang ia lihat di balik pintu seorang pria bermata cokelat tajam. Jantungnya berdegup kencang, darahnya terasa membeku.

Pria itu adalah pria yang merenggut kesuciannya semalam. Dengan wajah pucat dan tubuh bergetar, Laura hanya bisa terpaku terdiam saat melihat wajah pria yang tak ingin ia temui lagi berada di depannya saat ini.

"A-apa maumu?" tanya Laura dengan gugup. Suaranya bergetar, menunjukkan ketakutan yang mendalam. Laura tak menyangka jika pria ini bisa mengetahui tempat tinggalnya, dan bahkan sekarang ia datang ke apartemennya.

"Apa ini caramu memperlakukan tamu yang datang?" ucap Kody dingin, tatapannya tajam menusuk Laura.

"Bukankah masalah kita sudah selesai?" ucap Laura memberanikan diri, meskipun hatinya diliputi ketakutan. Ia mencoba untuk tidak terlihat lemah di hadapan pria ini.

"Aku tak pernah mengatakan jika masalah kita sudah selesai," ucap Kody, berjalan maju masuk ke apartemen Laura tanpa permisi.

Secara refleks, Laura memundurkan langkahnya. Dalam sekejap, pria itu sudah masuk ke dalam apartemen Laura yang sempit.

Pintu apartemen Laura secara otomatis tertutup, hingga di dalam apartemen sepi itu hanya ada Laura dan pria itu. Suasana menjadi tegang dan mencekam.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu, jika kau tak tahu soal obat yang diberikan kepada makanan Anda? Aku benar-benar tak tahu hal itu," ucap Laura, mencoba menjelaskan situasinya.

"Namun, kau tetap menerima uang itu untuk membayar utang ayahmu saat ini," ucap Kody, melihat sekeliling apartemen Laura yang kecil namun terlihat rapi. Tatapannya menilai, seolah mencari sesuatu.

"Itu..." ucap Laura terhenti. Ia tak bisa membantah jika memang ia menggunakan uang itu untuk bisa membayar utangnya bulan ini. Ia merasa bersalah dan malu.

"Pergilah dari sini dan jangan pernah kembali ke sini. Aku sudah membayarkan semua utang ayahmu. Itu harga untuk keperawananmu yang telah aku nikmati malam itu," ucap Kody dengan nada datar dan tanpa emosi.

"Apa?" ucap Laura, terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Aku tak perlu mengulang ucapanku. Pergilah dari kota ini, dan jangan pernah menampakkan wajahmu di sini. Jalanin hidupmu yang baru, Nona Laura Clarke. Ini adalah belas kasihku kepadamu," ucap Kody, berbalik meninggalkan Laura yang terkejut dengan semua ucapannya tadi. Ia terdiam di tempatnya saat Kody keluar dari apartemennya, meninggalkan dirinya dengan kebingungan dan rasa sakit yang mendalam.

*

*

Entah apa yang ada di pikiran Kody saat ini. Ia malah penasaran dengan Laura, dan bahkan membayar semua utang gadis yang sudah menjebaknya dalam rencana licik Bianca.

Kody tahu jika Laura hanya korban yang tidak tahu apa pun soal rencana jahat yang dirancang Bianca untuknya. Ia yakin bahwa Laura tidak bersalah dan tidak pantas mendapatkan semua ini.

Rasa bersalah karena telah merenggut kesucian Laura, meskipun dalam keadaan tidak sadar, membuatnya mengambil keputusan itu.

Ia ingin memberikan kesempatan kepada Laura untuk memulai hidup baru, tanpa beban utang dan bayang-bayang masa lalu yang kelam.

Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih dalam yang Kody rasakan. Ia tidak bisa memungkiri bahwa ada daya tarik yang kuat antara dirinya dan Laura.

Tapi karena prinsipnya yang tak ingin mempunyai hubungan khusus dengan seseorang membuat mengambil tindakan agar Laura pergi menghilang darinya.

*

*

*

*

Tiga bulan kemudian.

Di kamar mewah sebuah mansion milik Kody, akhir pekan itu, Kody masih terbaring lelap.

Mentari pagi yang hangat menyelinap masuk melalui celah tirai beludru tebal, menciptakan garis-garis cahaya keemasan yang menari di dinding berornamen.

Namun, ketenangan pagi itu terusik ketika perut Kody kembali bergejolak, mengirimkan sinyal nyeri yang tak tertahankan.

DenganMemberontak, ia segera beranjak dari ranjang berukuran king dengan seprai sutra yang terasa dingin di kulitnya.

Langkahnya terhuyung menuju kamar mandi yang mewah, di mana aroma lavender samar-samar menenangkan memenuhi udara.

Di depan kloset duduk porselen putih, ia memuntahkan semua isi perutnya dengan getir, tubuhnya bergetar hebat.

Rasa asam yang pahit membakar kerongkongannya, meninggalkan sensasi tidak nyaman yang mmendalam

Kelelahan mencengkeramnya, merenggut semua energi di pagi yang seharusnya menjadi waktu untuk bersantai.

"Hueek.. hueek.." Suara muntahnya menggema di antara dinding marmer kamar mandi yang megah.

Entah apa yang terjadi padanya selama sebulan terakhir ini, setiap pagi ia selalu disambut dengan rasa mual dan muntah yang menyiksa.

Perasaan khawatir dan bingung mulai menghantuinya. Ia sudah memeriksakan diri ke dokter yang di rekomendasi sepupunya sendiri, namun semua hasil tes menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda keracunan makanan atau penyakit serius lainnya.

Misteri ini semakin memperburuk kecemasannya, membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya.

*

Setelah memuntahkan semua yang ada dalam perutnya, Kody berjalan perlahan kembali ke kamar.

Tubuhnya terasa lemas dan wajahnya pucat pasi. Dengan tangan gemetar, ia meraih botol obat yang diberikan dokter untuk mengatasi mual yang selalu menghantuinya setiap pagi.

Butiran pil itu terasa dingin saat menyentuh telapak tangannya.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok pria seumuran Kody. "Kau muntah lagi?" tanya Hugo, sepupu Kody, dengan nada khawatir bercampur prihatin.

"Hmm," jawab Kody lirih. Setelah menelan obatnya dengan susah payah, ia kembali merebahkan diri di tempat tidur. Matanya terpejam, berusaha mengusir rasa mual yang masih menggerogoti perutnya.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau selalu muntah di pagi hari? Aku rasa kau harus mengurangi minum alkoholmu, Kody," ujar Hugo, mencoba memberikan nasihat meski terdengar seperti sindiran.

"Jangan menceramahiku. Kenapa kau datang pagi-pagi ke sini?" balas Kody dengan suara serak, berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.

"Aku cuma mau mengingatkan dirimu jika my mom akan mengadakan pesta perayaan pernikahannya yang selalu ia rayakan setiap tahun. Jangan lupa datang, kalau tidak kau tahu kan ibuku akan seperti apa jika kau tak datang," kata Hugo, mengingatkan Kody tentang acara penting keluarga mereka.

"Sudah musim dingin rupanya?" gumam Kody, merasa waktu berlalu begitu cepat. Ia bahkan hampir lupa tentang pesta tahunan itu.

"Morning!" seru Connie dengan nada ceria, memasuki kamar Kody.

"Kapan kau tiba di London, Connie?" tanya Kody, mendongakkan kepalanya saat mendengar suara adik perempuan sepupunya yang selalu ceria itu.

"Sudah tiga hari. Kau masih saja muntah di pagi hari, Kody," jawab Connie, menatap Kody dengan tatapan seorang dokter yang prihatin.

"Aku sudah ke dokter dan meminum obat dari dokter yang kau kenalkan. Namun, aku masih saja muntah di pagi hari," keluh Kody, merasa frustrasi dengan kondisinya.

"Kau seperti seorang wanita yang mengalami morning sickness saja," celetuk Connie, yang juga berprofesi sebagai dokter.

"Jangan-jangan!!! wanita mana yang kau tiduri lalu hamil anakmu, Kody," timpal Hugo dengan wajah menyebalkan, mencoba menggoda Kody.

Kody spontan melempar bantal tidurnya ke arah Hugo, namun dengan sigap Hugo menepisnya. Hugo tertawa lirih melihat wajah Kody yang kesal.

"Itu bisa saja terjadi. Karena ada kasus di mana istrinya sedang hamil, namun suaminya yang mengalami morning sick dan juga sensitif dengan bau-bau tertentu." ucap Connie

Kody terdiam sejenak. Ucapan Connie membuatnya teringat pada wanita yang selama ini selalu hadir dalam mimpinya, yaitu Laura.

Hugo yang melihat Kody terdiam seperti memikirkan sesuatu, segera memecah lamunan Kody pagi itu. "Aku sudah lapar. Bersiaplah, Kody. Kami akan menunggumu di meja makan," ucap Hugo, mengakhiri percakapan mereka.

Kody tersadar. Ia duduk di ranjang, menghela napas panjang. "Ya, aku akan bersiap dan segera turun," jawab Kody, mencoba mengumpulkan kembali semangatnya.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!