NovelToon NovelToon
Manuver Cinta

Manuver Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / CEO / Dark Romance
Popularitas:415
Nilai: 5
Nama Author: _Luvv

Pernikahan tanpa Cinta?

Pernikahan hanyalah strategi, dendam menjadi alasan, cinta datang tanpa di undang. Dalam permainan yang rumit dan siapa yang sebenernya terjebak?

Cinta yang menyelinap di antara luka, apakah mereka masih bisa membedakan antara strategi, luka, dendam dan perasaan yang tulus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Luvv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

"Dok, ada yang mau bertemu," ujar salah satu perawat sambil mengetuk pelan pintu ruang kerja.

Diandra yang tengah meneliti berkas pasien mengangkat kepala, alisnya bertaut.

"Siapa?" tanyanya bingung. Hari itu ia sama sekali tidak menjadwalkan pertemuan dengan siapa pun.

"Mbak Sandra."

Mendengar nama itu, Diandra terdiam sejenak. Ia menyandarkan punggung, matanya menyipit penuh tanya. "Suruh masuk saja, Sus."

Perawat itu mengangguk lalu keluar. Tak lama, sosok wanita dengan penampilan rapi, rambut tersanggul rapi, dan tas kerja hitam di tangan, melangkah masuk. Ia langsung duduk di sofa tanpa banyak basa-basi.

"Tumben Kakak ke sini. Ada perlu apa?" tanya Diandra membuka pembicaraan, masih bingung dengan kedatangan kakak perempuannya yang biasanya terlalu sibuk untuk datang tiba-tiba.

Sandra menarik napas dalam. Raut wajahnya dingin dan tegas seperti biasa. "Ada urusan apa kamu bertemu Lingga?"

Pertanyaan itu membuat Diandra terbelalak.

"Kok Kakak tahu?" tanyanya, nyaris reflek.

Sandra mengeluarkan ponsel dari tas, lalu menyodorkannya ke Diandra. Di layar terpampang foto dirinya sedang duduk bersama Lingga di sebuah restoran mewah. Sudut pengambilan foto tidak memperlihatkan dengan jelas wajah mereka berdua, namun Sandra sangat tau siapa wanita yang ada di dalam foto tersebut.

"Ada yang melihat kalian dan mengunggahnya. Foto ini udah beredar di media sosial. Kamu sadar nggak dampaknya apa?" nada suara Sandra mulai naik, tapi masih berusaha tenang.

‘Sialan...’ batin Diandra. ‘Ini pasti kerjaan Lingga.’

“Jawab, Diandra.” suara Sandra terdengar tajam, tidak ada lagi celah untuk mengelak.

“Kami… nggak sengaja ketemu—”

“Itu ruangan privat, Diandra?” potong Sandra cepat, nada bicaranya penuh tekanan, nyaris menantang.

“Setelah tidak sengaja masuk ke kantor Adiwijaya, dan sekarang kamu mau bilang tidak sengaja juga masuk ke ruangan privat?”

Diandra menarik napas panjang. Tenggorokannya terasa kering, dan ia tidak mungkin kembali berbohong.

“Iya…” suaranya merendah, tapi jelas. “Aku memang janjian sama dia.”

"Untuk apa?" Nada Sandra seperti seorang penyidik. Sorot matanya penuh kecurigaan.

"Dia mengancam Marissa. Aku nggak bisa diam aja, Kak." jawab Diandra tegas.

Sandra mendengus. Ia berdiri dan berjalan mondar-mandir sejenak sebelum kembali menatap Diandra tajam.

“Kakak tahu kamu peduli sama Marissa. Tapi kamu sadar nggak, siapa yang sedang kamu hadapi?” suara Sandra terdengar rendah namun tajam, matanya menatap lurus pada Diandra.

“Jangan sok jadi pahlawan, Diandra, kalau ujung-ujungnya cuma bikin masalah buat kita semua,” lanjutnya, nada bicaranya mulai terbawa emosi.

“Aku tahu dia siapa, Kak,” jawab Diandra mantap, suaranya penuh keyakinan. “Tapi cuma karena dia punya kekuasaan dan nama besar, bukan berarti kita harus tunduk, kan?”

Sandra terdiam. Pandangannya tak lepas dari adiknya yang kini duduk tegak, dengan sorot mata menyala seperti bara yang sulit dipadamkan. Keberanian itu… justru yang membuat hatinya berat. Ia tahu, inilah sifat Diandra yang paling disukai sekaligus paling berbahaya dan terlalu berani, terlalu siap melawan, dan kadang lupa menghitung risikonya. Tak heran jika ayah mereka begitu protektif… karena ia tahu, satu langkah salah saja bisa menghancurkan semuanya.

"Masalah ini lebih rumit dari yang kamu kira. Ini bukan sekadar Marissa atau keluarga Hadinata. Ini bisa menyeret nama kita juga."

Diandra menatap kakaknya lurus. "Kalau kita diam, apa itu menyelesaikan masalah?"

Sandra tidak langsung menjawab. Ia hanya menarik napas panjang, mencoba menyembunyikan keresahan yang menggelayut di dadanya. Setelah hening beberapa detik, ia akhirnya berkata, suaranya pelan namun tegas.

“Kali ini saja… bisa nggak, jangan bikin Kakak khawatir?”

Suara Sandra terdengar pelan, tapi tajam. Sorot matanya menusuk, namun sarat dengan kekhawatiran.

Sebagai kakak yang lebih dulu terjun ke dunia bisnis dan kehidupan sosial yang keras, Sandra tahu persis betapa licinnya jalan yang sedang Diandra tapaki. Ia juga tahu, sekali saja lengah, akibatnya bisa fatal.

“Kamu tahu, Diandra… bagaimana perjuangan Papa untuk bertahan di posisi ini. Di saat semua orang berharap kamu bisa bantu Kakak, justru kamu memilih jalanmu sendiri,” ucap Sandra, nadanya merendah tapi tetap tegas. “Dan sekarang, ketika kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan… setidaknya jangan menambah beban keluarga kita.”

Ucapan itu membuat Diandra menunduk. Rasa bersalah menggelayut di dadanya, menusuk seperti duri yang tak bisa dicabut.

“Maaf, Kak… lain kali aku akan lebih hati-hati,” ucapnya pelan. Ia sadar, tak seharusnya menambah beban di pundak kakaknya.

Namun, Sandra belum selesai.

"Kamu tahu kalau Lingga tertarik sama kamu?" tanyanya, kali ini dengan tatapan menelusuri ekspresi adiknya.

Diandra terdiam sesaat, lalu mengangkat bahu pura-pura santai. "Hah! Paling cuma kabar burung aja, Kak. Nggak mungkin dia beneran tertarik."

Tapi jantungnya berdetak lebih cepat. Jika Sandra tahu soal itu... berarti ini bukan sekadar tebakan atau isu semu.

Sandra mengangkat alis, lalu mengungkapkan fakta yang membuat Diandra terbelalak.

"Dia datang ke rumah. Ketemu langsung sama Papa dan dia bilang kalau dia tertarik sama kamu."

"Apa?!" Diandra hampir berdiri dari duduknya. "Baru seminggu lalu kami ketemu, Kak! Gila, itu orang bener-bener niat."

Pantas saja Sandra sampai menyempatkan diri datang langsung menemuinya hari ini.

"Tenang aja, Kak. Aku nggak tertarik sama dia." lanjut Diandra, berusaha tetap tenang meski hatinya berkecamuk.

Sandra hanya menatapnya dalam, seperti menimbang sesuatu yang belum ia ungkapkan.

"Kak... kok ngelamun?" tanya Diandra, mengibaskan tangannya di depan wajah kakaknya.

Sandra tersentak dari pikirannya.

"Ingat ya. Jangan gegabah. Sekarang Kakak masih bisa lindungi kamu, nutupin identitas kamu. Tapi kalau sampai semua orang tahu kamu anak Harris Aditama... ya siap-siap aja."

Diandra mendesah. "Kak, jangan sekarang. Aku cuma pengen dikenal sebagai diri aku sendiri. Bukan karena nama belakangku." pintanya, sungguh-sungguh.

"Kalau begitu, jaga tindakanmu. Jangan sampai sembrono." ucap Sandra, nada suaranya mulai melunak tapi masih tetap tegas.

Diandra mengerucutkan bibir, cemberut. "Aku juga nggak nyangka dia bisa tahu aku siapa…" gumamnya, setengah kesal.

"Makanya jangan semborono." Sandra menatap adiknya sejenak sebelum berdiri. Ia menyentuh kepala Diandra dengan lembut.

"Kakak balik ke kantor. Jangan lupa pesan Kakak."

Diandra mengangguk pelan, menatap punggung kakaknya yang perlahan menjauh. Dalam hati, ia tahu hidupnya tidak akan sama lagi setelah ini.

"Tumben Kakak lo ke sini." suara itu menyentak Diandra dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Kevin sudah berdiri di ambang pintu, membawa dua cup kopi dengan ekspresi santai.

"Kangen sama gue." Diandra menjawab sambil tersenyum tipis, menutupi kegelisahan yang sejak tadi mengganggu pikirannya.

Kevin masuk dan duduk di sebelahnya, menyodorkan segelas es kopi. "Lo harusnya bilang dari tadi kalau Sandra datang." ucapnya sambil menyeruput kopinya.

"Gue juga nggak tau kalau dia dateng, tahu-tahu dia udah di depan pintu." Diandra menerima kopi itu dan menyesapnya perlahan. Rasa pahit-manis di lidah sedikit menenangkan pikirannya.

Kevin melirik iseng. "Comblangin gue dong, Ra. Lo kan adiknya."

Diandra tertawa kecil, mengingat masa lalu yang cukup menggelikan.

"Udah gue bilang, Kakak gue nggak suka sama dokter. Bukannya lo udah pernah coba kenalan terus ditolak mentah-mentah?"

Wajah Kevin langsung berubah masam.

"Itu sakitnya nggak ketulungan. Baru nyebutin nama aja langsung dibilang, Maaf, saya nggak tertarik sama dokter."

Kevin menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil mendesah dramatis. "Tapi tetap aja, dia tuh tipe gue banget, tau nggak."

Diandra menggeleng sambil tertawa geli. "Lo jaga malam ini?"

Kevin mengangguk malas, "Iya. Padahal gue lagi pengen malam mingguan." keluh Kevin sambil memainkan sedotan minumnya.

"Gaya banget. Malming sama siapa?" ejek Diandra.

"Sama lo lah, siapa lagi. Jadi temen tuh kadang harus berguna dikit. Kita sama-sama jomblo, kan?" goda Kevin sambil menyenggol bahu Diandra.

Diandra langsung melempar tisu ke arahnya. "Gue mah jomblo elegan. Jomblo bukan berarti kesepian."

Kevin mengangkat alis, pura-pura tak terima. "Kok bisa sih lo hidup tenang-tenang aja tanpa cinta? Monoton nggak, sih?"

Diandra mengangkat bahu santai. "Enggak tuh. Hidup itu nggak melulu soal cinta, Pin. Asal bisa makan enak, tidur cukup, hati tenang... gue udah bersyukur banget."

Kevin terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan.

"Susah ya jadi cewek keren. Standarnya tinggi banget, nggak terjangkau."

Diandra tersenyum sambil memutar sedotan di cup es kopinya. "Bukan soal standar, Pin. Gue cuma belum nemu yang klik aja."

Kevin menaikkan alis, matanya menyipit penuh rasa penasaran.

"Tapi gue masih nggak ngerti, sebenernya tipe lo tuh kayak gimana sih? Dokter Reyhan aja lo tolak, padahal tuh cowok idaman semua dokter muda di sini. Pintar, disiplin, rajin, sopan, dan jelas-jelas ganteng."

Diandra tertawa pelan, lalu menatap Kevin sambil memainkan sedotannya. "Nah, justru itu masalahnya… dia terlalu sempurna. Terlalu rapi. Nggak ada celahnya, kayak bukan manusia."

Kevin terkekeh, menggeleng tak percaya.

"Lo ini aneh banget, sumpah. Udah ganteng, baik, mapan… harusnya lo bersyukur di sukai cowok sempurna."

1
Erika Solis
Duh, sakit banget hatiku. Terharu banget sama author!
Isolde
🙌 Suka banget sama buku ini, kayaknya bakal aku baca lagi deh.
Madison UwU
Gak sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!