NovelToon NovelToon
Usia Bukan Masalah

Usia Bukan Masalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Tante
Popularitas:183
Nilai: 5
Nama Author: abbylu

"Dia, seorang wanita yang bercerai berusia 40 tahun...
Dia, seorang bintang rock berusia 26 tahun...
Cinta ini seharusnya tidak terjadi,
Namun hal itu membuat keduanya rela melawan seluruh dunia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon abbylu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6

Madeline telah sepakat dengan Liam bahwa malam itu pria itu akan datang ke rumahnya. Liam berencana memasak untuknya, karena di hotel tempat dia menginap bersama band-nya hampir mustahil mendapatkan momen yang benar-benar intim.

Madeline menerimanya dengan campuran gugup dan rasa penasaran. Lagipula, seberapa sering dalam hidup seorang wanita menerima kunjungan seorang bintang rock di dapurnya?

Ketika Liam tiba, dia membawa kantong belanja di kedua tangan dan sebotol anggur terselip di bawah lengannya. Ia mengenakan celana jeans ketat dan kaus berwarna krem yang mempertegas setiap lekuk otot di tubuhnya.

Madeline membuka pintu dengan mengenakan celana jeans ketat dan blus sutra longgar—tampilan kasual namun menggoda, seolah berusaha meyakinkan semesta (dan dirinya sendiri) bahwa ini hanyalah makan malam biasa.

"Halo, chef!" sapanya dengan senyum gugup.

"Halo, nyonya rumah," balas Liam sambil melangkah masuk dengan santai, seolah ia sudah pernah berada di sana sebelumnya.

Saat Madeline membimbingnya ke dapur, Liam mengamati sekeliling dengan penuh minat. Ia berhenti di depan rak penuh rempah-rempah.

"Biarkan aku tebak... ini adalah tempat sucimu, bukan?"

"Betul sekali. Di sini aku yang berkuasa," jawab Madeline sambil tertawa, lega karena suasananya tak setegang yang ia bayangkan.

Tak lama kemudian, dapur dipenuhi aroma sedap, tawa, dan obrolan ringan. Madeline terkejut betapa alami rasanya semua ini bersama Liam. Pria itu memasak dengan luwes, mencicipi dan memadukan rasa dengan percaya diri yang memikat.

"Aku terkejut kamu bisa memasak dengan sangat baik," komentarnya saat melihat Liam mengaduk saus.

"Kalau kamu habiskan berbulan-bulan tur dan makan makanan dari pom bensin, kamu pasti belajar bertahan hidup," jawabnya dengan senyum miring.

Suatu saat, di tengah obrolan dan gelas-gelas anggur, Madeline berniat menuangkan lebih banyak ke gelasnya. Tapi karena gugup, gerakannya jadi kikuk, dan ia malah menumpahkan sedikit anggur merah ke kaus Liam.

"Astaga! Maafkan aku!" serunya panik, buru-buru mencari tisu dengan panik.

Liam melihat noda di bajunya, lalu mengangkat bahu santai.

"Aku bakal kena saus juga, kok."

"Enggak, serius. Biar aku coba bersihkan sebelum nodanya menetap. Aku bisa, kok."

"Madeline, enggak apa-apa…"

"Tolong… aku bakal merasa lebih tenang."

Liam menghela napas, tersenyum pasrah, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia melepas kausnya tepat di depan Madeline. Wanita itu berusaha tetap fokus pada noda… tapi matanya langsung meluncur ke arah perut Liam yang berotot, tato yang melintang di dadanya, dan warna kulitnya yang keemasan. Pemandangan itu nyaris mustahil untuk diabaikan.

"Kamu selalu menatap tamumu seperti itu?" tanya Liam dengan nada menggoda.

"Aku… aku nggak…" gugup Madeline, jelas tertangkap basah.

"Jika kamu menatapku seperti itu, aku tidak akan bisa menahan diri..."

Madeline menguatkan hatinya, mengambil kaus itu dengan mantap dan berbalik hendak menuju tempat cuci. Tapi sebelum ia sempat melangkah, Liam menarik pinggangnya dengan lembut dan memutar tubuhnya menghadap dirinya.

Tanpa meminta izin, bibir Liam langsung menemukan bibirnya dengan penuh urgensi. Bukan seperti ciuman pertama mereka yang penuh keraguan dan rasa ingin tahu—kali ini, penuh hasrat yang terpendam, dengan ketegangan yang sudah membara sejak hari pertama mereka bertemu.

Tangan Liam membelai pinggangnya, menariknya lebih dekat, dan Madeline, entah kapan matanya terpejam, membiarkan dirinya larut dalam pusaran emosi itu.

Saat akhirnya mereka melepaskan diri, napas keduanya masih tersengal. Madeline menyandarkan dahinya di dada telanjang Liam, merasakan hangat tubuhnya yang nyata.

"Kamu akan terus kabur?" bisik Liam dengan suara serak.

"Enggak ada yang kabur…" jawab Madeline, meski tubuhnya sedikit gemetar karena intensitas yang baru saja terjadi.

Liam tersenyum, puas dengan jawaban itu. Madeline perlahan melepaskan diri dari pelukannya.

"Aku tinggal sebentar. Mau coba bersihin ini... tolong jangan bakar rumahku."

"Aku janji cuma bikin dapurmu kebakar rasa, kok," candanya.

Madeline berjalan pergi menyusuri lorong, wajahnya memerah sampai ke telinga. Dalam hati ia mengomel pada dirinya sendiri. “Fokus! Jangan gampang terlena!”

Namun saat ia kembali, Liam sudah menata meja makan, menyalakan lilin, menuang anggur, dan menyambutnya dengan senyum penuh arti.

"Wanita duluan," katanya sambil menunjuk kursi.

"Terima kasih, Tuan."

Mereka mencoba makan. Mereka sungguh berusaha. Tapi ketegangan di udara begitu tebal hingga bisa dipotong dengan pisau. Tatapan mereka saling terpaku lebih lama dari seharusnya, senyum-senyum mereka terlalu menyimpan maksud, dan setiap kali jari mereka bersentuhan, seperti ada percikan listrik yang menyambar.

"Kamu tahu?" kata Madeline, meletakkan garpunya. "Aku nggak bisa fokus makan."

"Aku juga nggak bisa," aku Liam.

Tanpa perlu berkata apa-apa lagi, mereka berdiri hampir bersamaan. Madeline menggenggam tangan Liam dan menuntunnya ke kamar, langkah mereka cepat dan penuh gairah, seolah waktu tak lagi penting.

Begitu sampai, semua keraguan menguap. Satu per satu pakaian terlepas, tubuh mereka saling menemukan dalam bisikan, belaian, dan ciuman yang dalam.

Malam itu terasa intens, liar di beberapa saat, lembut di lainnya. Tak ada ragu, tak ada penolakan hanya dua jiwa yang saling merindukan sentuhan. Hasrat yang selama ini ditekan, akhirnya meledak dalam malam yang tak menyisakan ruang untuk ketakutan atau perbedaan usia.

Dan ketika semuanya usai, mereka terbaring berdampingan, saling memeluk dalam kehangatan selimut. Sunyi yang tercipta terasa nyaman.

Liam membelai lembut lengan Madeline, dan Madeline, dengan kepala bersandar di dadanya, merasakan sesuatu dalam dirinya kembali hidup untuk pertama kalinya, setelah sekian lama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!