NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan di ujung hari

Malam itu, sunyi merayap pelan di dalam mobil. Lampu-lampu jalan menari di kaca, dan denting musik dari radio menjadi satu-satunya suara yang menemani keheningan di antara mereka. Tak ada kata, hanya udara yang membawa rasa-rasa yang tak sempat diucapkan.

“Hmm…” lirih Bunga, seolah gumaman yang tak sengaja lolos dari hatinya.

Rendi melirik sekilas, tatapannya menyimpan tanya, meski kedua tangannya masih mantap menggenggam setir. “Ada apa, Bunga? Kamu butuh sesuatu?” suaranya tenang, tapi tulus, seperti seorang kakak yang ingin mengerti tanpa memaksa.

“Enggak, Pak. Hehe…” Bunga tersenyum kikuk, lalu buru-buru menunduk, jari-jarinya sibuk menggulir layar ponsel—tempat aman untuk sembunyi dari canggung.

Rendi mengangguk pelan, kembali pada jalanan malam.

“Oh iya,” katanya tiba-tiba. “Aku mau mampir beli sate kambing langganan. Kesukaan istri. Gak apa-apa ya?”

Bunga mengangguk cepat, kali ini lebih ringan. “Tentu enggak, Pak. Malah saya juga pengin beli, buat makan sendiri di apartemen.”

Tak lama kemudian, ponsel Rendi bergetar pelan. Nama 'Alisya – Istriku' muncul di layar. Ia segera menepikan mobil dan mengangkatnya.

“Assalamu’alaikum, Sayang maaf ya gak kasih kabar tadi nya mau Surprise, aku baru setengah perjalanan sayang,” sapanya lembut, ada senyum yang tak bisa ditahan.

“Wa’alaikumsalam sayang , santai aja sayang aku khawatir aja… hati-hati ya, Sayang,” jawab suara perempuan dari seberang—penuh cinta, tulus, tanpa syarat.

“Aku bareng Bunga, ya. Dia sekalian ke apartemen di Jakarta, aku anterin.”

“Oh, iya… salam ya buat Bunga.”

“Sayang, kamu mau aku beliin apa?”

“Enggak, aku cuma mau kamu pulang dalam keadaan selamat dan sehat. Itu aja cukup.”

Rendi terdiam, bibirnya mengulas senyum kecil. Kalimat sederhana itu menampar lembut hatinya—betapa dalam cinta yang diam-diam selalu mendoakan.

Bunga menoleh sebentar. Ia tak ingin mencuri dengar, tapi hatinya ikut tersentuh. Begitu hangat. Begitu asing. Ia hanya mengenal cinta dari ayahnya—dan kini, ia menyaksikan cinta lain yang nyata: cinta yang hidup dalam percakapan sederhana.

“Maaf ya, Bunga. Itu tadi istri saya. Nitip salam buat kamu,” ujar Rendi, kembali menjalankan mobil.

“Wa’alaikumsalam… Sepertinya Ibu orang yang sangat baik,” ucap Bunga pelan, matanya menerawang keluar jendela.

“Dia bukan cuma baik… Dia rumah,” jawab Rendi, setengah berbisik, setengah mengingat.

...****************...

Setelah diantar pulang, Bunga membuka pintu apartemennya dengan gerakan pelan. Wajahnya menyiratkan lelah, tubuhnya pun terasa berat seolah membawa beban hari itu bersamanya. Ia menjatuhkan tas ke sofa, melepas sepatu, lalu berjalan menuju ranjang tanpa menyalakan lampu. Hanya remang cahaya kota dari jendela yang menemani.

Begitu tubuhnya menyentuh kasur, ia langsung merebah, menelentang dengan mata terpejam. Helaan napas panjang lolos dari bibirnya, seperti ingin melepaskan segala penat yang tak sempat ditumpahkan di perjalanan.

“Gini ya rasanya kerja sama orang lain… beda banget kalau usaha punya sendiri,” gumamnya lirih, sembari membalik tubuh menjadi tengkurap. Pipinya menempel bantal, tapi pikirannya belum sepenuhnya tenang.

Ia mencoba tidur, namun kantuk belum juga datang. Saat itu, pikirannya tersentak—teringat sesuatu.

“Sate kambing…” bisiknya pelan. Tangan kirinya menepuk dahinya pelan, geli sendiri karena hampir lupa.

Dengan enggan tapi sedikit senyum di wajah, ia bangkit dari kasur, menuju dapur kecil tempat bungkusan sate diletakkan. Aroma daging panggang yang menguar perlahan membuat perutnya kembali sadar akan lapar.

Duduk sendiri di meja makan, ia membuka bungkusnya perlahan. Namun, di balik kepulan uap sate yang hangat, ada satu bayangan yang tak sengaja muncul di benaknya: sosok Rendi yang menyetir dengan sabar, dan percakapan telepon hangat yang tadi ia dengar diam-diam. Sesuatu menghangat di dalam dadanya—entah apa.

Satu tusuk sate masuk ke mulutnya. Bukan cuma enak. Tapi ada rasa yang berbeda. Seperti… rasa tenang. Rasa yang belum ia kenal sepenuhnya.

...****************...

Sesampainya di rumah, lampu teras masih menyala lembut. Rendi membuka pagar perlahan, memarkir mobil, lalu membawa kantung sate dengan langkah hati-hati. Di dalam mobil tadi, pikirannya sempat melayang—bukan karena Bunga, tapi karena rindu yang sudah sejak sore menumpuk untuk keluarganya.

Begitu pintu dibuka, aroma rumah menyambutnya hangat. Wangi sabun, sisa masakan, dan kesunyian khas malam—semuanya membuat dada Rendi menghangat. Tapi langkahnya terhenti sejenak saat mendengar suara kecil dari arah ruang tengah.

“ Ayah pulang…” suara itu lirih, tapi penuh harap.

Rasya muncul dari balik dinding, mata kecilnya masih merah karena mengantuk. Di tangannya ada boneka dinosaurus kesayangan yang selalu dibawanya ke mana-mana.

“Eh, Rasya belum tidur?” Rendi segera menunduk, membuka tangannya lebar-lebar.

Anak lelaki 8 tahun itu langsung berlari dan memeluknya. “Aku nungguin Ayah . Soalnya janji mau lihat dinosaurusku yang baru.”

Rendi tertawa kecil, memeluk putranya erat. “Iya, iya… Ayah ingat kok. Maaf ya lama.”

Tak lama, Alisya muncul dari dapur, masih dengan daster dan rambut yang diikat seadanya. Wajahnya tampak lelah, tapi matanya penuh kehangatan.

“Kamu pulang juga, akhirnya…” katanya sambil menghampiri.

Rendi mencium kening istrinya, lalu menyerahkan kantung sate. “Ini, saya bawakan sate kambing kesukaan Bu Alisya tercinta.”

Alisya terkekeh pelan. “Pas banget, tadi Rasya bilang lapar lagi. Kayaknya dia udah hafal kalau papanya pulang pasti bawa makanan enak.”

Mereka bertiga duduk bersama di ruang tengah. Rasya mengunyah sate dengan semangat, sambil bercerita soal tugas sekolah dan dinosaurus mainan barunya. Rendi mendengarkan dengan sabar, meski tubuhnya letih. Tapi lelah itu… seperti mencair di bawah tawa anak dan senyum istrinya.

Sambil mendengarkan, pandangan Rendi sempat tertuju pada wajah Alisya. Ia tidak tahu bagaimana bisa begitu beruntung memiliki perempuan ini di sisinya. Di dunia yang semakin bising dan rumit, rumah ini—dan dua jiwa di dalamnya—adalah tempat yang membuatnya pulang dengan penuh alasan.

Malam itu, Rendi tidak banyak bicara soal harinya. Tidak tentang kantor, atau tentang Bunga. Bukan karena ia menyembunyikan sesuatu, tapi karena ia tahu: tak semua yang hadir di hati perlu dibagi.

Saat Mereka sudah kembali berbaring, berbagi selimut, dan berbagi sunyi. Rasya sudah benar-benar terlelap, sesekali menggumam dalam tidurnya. Di sela keheningan, Alisya kembali bersuara, kali ini dengan nada lebih ringan.

“Jadi… gimana Bunga?”

Rendi menoleh, bibirnya tersenyum kecil. “Gesit. Baru kerja sehari aja, semua beres. Aku jadi bisa pulang lebih cepat… dan bisa lihat Rasya sebelum dia tidur.”

Alisya mengangguk pelan, matanya tak lepas dari langit-langit kamar. “Senang dengernya. Kamu jarang bisa pulang jam segini…”

Rendi mengalihkan pandangan ke arah Rasya. “Iya… rasanya beda, Lis. Lihat dia nungguin aku, terus langsung peluk… kayak semua capek hari ini lunas.”

“Bunga pasti bangga, ya… bisa bantu kamu pulang lebih cepat. Kelihatan dari suaranya tadi, dia sopan.”

“Dia sopan,” sahut Rendi, “tapi juga... kayak kosong. Aku gak tahu, mungkin cuma kesan awal. Tapi aku lihat matanya tadi—capek, tapi ditahan. Ada yang dia simpan.”

Alisya tersenyum simpul. “Mungkin dia belum punya rumah seperti yang kita punya.”

Rendi menggenggam tangan istrinya di balik selimut. “Iya… dan justru karena itu aku makin sadar, rumah ini—kamu, Rasya—adalah hal yang paling aku jaga. Gak semua orang punya tempat untuk pulang.”

Alisya menoleh, menatap wajah suaminya yang diterpa cahaya lampu temaram. “Makasih ya… udah pulang malam ini, dengan hati yang tetap penuh.”

Rendi hanya mengangguk. Tak ada kata-kata yang bisa menyaingi rasa di dadanya. Ia mengecup dahi Alisya, lalu membiarkan keheningan memeluk mereka.

Dan malam pun akhirnya benar-benar menjadi malam—tempat segala tanya digantikan peluk, dan segala lelah dibungkus damai.

1
Iis Dawina
mendingan mundur alisya...ga blk bner klo ortu dah ikut campur mah
Yati Syahira
sdh panjang bab tdk terungkap perselingkuhan suaminya aneeh bikin males baca
ARSLAMET: biar makin penasaran kak , hehehe staytune trus ya
total 1 replies
D͜͡ ๓KURNI CACAH
wanita sebaik dan secantik sabar alisha kok bisa si di sakiti Sama laku laku kampret Kya si Rendi
D͜͡ ๓KURNI CACAH
ngk rela bgt alisha di Madu
D͜͡ ๓KURNI CACAH
kampret Rendi sama bunga kok bisa nikah ...dasar laki laki apa pun ala San nya tetap tak di benarkan
Rubyna
kok gak ada kejelasan tiba tiba menikah karna apa, dan bunga seharus nya menolak tau kan kalau Rendi susah beristri
ARSLAMET: dukungan nya kaka , selalu berharap yang terbaik untuk tulisan ku dan semua hal hehe
Rubyna: semangat ya, noveltoon gak kayak dulu, asal kontrak sudah dapat cuan sekarang susah
total 4 replies
❤ Nadia Sari ❤
ketikannya kok center semua?
ARSLAMET: @ terimakasih sebelumnya atas sarannya ..
❤ Nadia Sari ❤: bagus yg awal aku tadi bacanya kayak lagu
total 3 replies
pembaca
lanjut kan tuk menuju sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!